BACAKAN SURAT AL WAQI’AH SAJA

BACAKAN SURAT AL WAQI’AH SAJA….
    ( Seorang Pedagang  Obat Penyayang & Dermawan )

Berikut ini adalah kisah seorang lelaki yang minta dibacakan surat Al Waqi’ah ketika akan meninggal dunia. Untuk itu marilah kita melihat kebelakang bagaimana perjalanan pak Syahrial sehingga bisa diberikan kematian yang Husnul Khotimah   oleh Allah SWT. Apakah amalan yang patut kita tiru dalam menapaki kehidupan kita?  Hasil diskusi dan dialog dengan seorang anak wanitanya yang kebetulan adalah sekretaris  teman pak Ibnu yang bernama Tina,  menjelaskan panjang lebar tentang ayahnya.  Dia bahagia karena melihat ayahnya meninggal dalam keadaan yang baik. Selama ini ada kekhawatiran akan ayahnya. Sebab dia juga senang merokok, namun sebulan atau dua sebelum kematiannya datang ayahnya sudah berhenti sama sekali dari kebiasaan buruk merokoknya itu.

Dia seorang pedagang obat mengambil modal dari sebuah bank. Kegiatan rutin seperti orang lain saja. Berdagang di pasar di kiosnya, kemudian pulang dan bercengkerama dengan keluarga dan mengerjakan sholat di masjid dan juga mengikuti pengajian malam Jum’at-an. Dia senang sekali menolong orang dan jika yang ditemui orang yang sakit namun tidak mempunyai uang karena miskin, maka ia berikan  pengobatan gratis kepadanya. Sebelum pembangunan Puskesmas di setiap kecamatan atau bahkan setiap desapun ada, maka bapak Syahrial ini seperti puskesmas berjalan. Kunjungan ke rumah orang yang ditangani kesehatannya juga merupakan kunjungan yang mendatangkan kesejukan jiwa bagi pasiennya. Ternyata pak Syahrial juga memperhatikan keadaan sholat dan tidaknya pasiennya. Dia marah semarahnya manakala melihat pasiennya tidak mau mendirikan sholat. Walaupun hanya sendirian. Karena pak Syahrial  sendiri berusaha sholat secara berjamaah di masjid. Dia seringkali juga malah mengajarkan orang-orang kampung untuk sholat dan membaca bacaan sholat. Kehidupan pak Syahrial termasuk kehidupan yang cukup dengan harta yang relatif ada dengan ketujuh anaknya dari dua isterinya.

Mereka hidup rukun dan ia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa pernikahan lebih dari satu itu adalah demi kemaslahatan  dan mengangkat derajad wanita menjadi ratu-ratu rumah tangga. Jika mereka tidak dinikahi, maka mereka mungkin bisa jadi wanita jalanan dan wanita-wanita kesepian yang membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Dan jika kemiskinan dalam kesendirian wanita itu akan mendatangkan bencana besar bagi masyarakat sekitarnya apalagi tidak diurusi oleh saudara atau famili mereka.
Mereka akan mencari sumber kehidupan yang tidak layak. Bukankah menikah  itu lebih baik daripada mempermainkan wanita tanpa pernikahan di jalan-jalan? Atau di hotel-hotel? 

Ketika dia akan menikah lagi maka gegerlah teman-temannya. Sebagian mengejek sebagian membela  dia karena dia termasuk orang yang mau menderita dengan menikahi wanita lebih dari satu. Bukankah Nabi menikah bukan untuk nafsu? Beliau adalah teladan bagi ummat Islam. Mengapa menikah lagi dicela sementara yang kawin cerai, malah dibiarkan bahkan didukung juga oleh tetangga lainnya? Sebaliknya yang tidak menikah namun maksiat dan pelecehan seks terhadap wanita jalan terus tidak pernah menjadikan kerisauan dan bahan pemikiran masyarakat. Yang nikah syah dicela yang berzinah dimana-mana tidak ada masalah.  Tidak ada masyarakat  yang meributkannya.

Ejekan ditanggapi dengan senyuman dan penjelasan,”  Saya menikahi dia karena saya ingin mengangkat derajadnya. Anda tahukan dia seorang janda. Kalau saya mau memuaskan nafsu saya mengapa saya menikah. Cari saja di luar sana yang daun muda-muda. Lebih enak bebas dan gak ada masalah. Nikah itu mengundang masalah.  Ya tidak? Tapi biarlah masyarakat tahu yang benar itu harus benar. Yang salah juga salah.”

“ Tapi kan anda sudah punya isteri?  Nyakiti hati isteri itu gimana sih hukumnya?” tanya seseorang  yang mungkin tidak senang dengan pernikahan  kedua pak H Syahrial.
“ Dulu Nabi bersabda kepada sahabat beliau, agar kita menyandarkan nafsu kita kepada agama yang dibawa oleh beliau. Maksudnya makan ikut agama. Tidur ikut agama. Kerja ikut agama. Mandi ikut agama dan juga perkara kawin nikah juga harus ikut agama. Memang kita ini penuh nafsu. Tapi sandarkanlah nafsu-nafsu itu pada agama yang dibawa oleh beliau. Gitu. Pahamkan kita? Isteri juga harus demikian.”
“ Jadi tidak apa-apa menyakiti hati isteri? Kan dosa?”

“Dosa sih, nyakiti hatinya modelnya begini. Tidak memberi nafkah dan menyiksa tanpa sebab.  Atau kita  berkata dan bersikap kasar dan keras tanpa memikirkan perasaan dan hati dia yang bisa sakit karena sikap kata kita yang kasar itu. Dia harus menuruti agama Allah. Tidak boleh egois dan memenuhi nafsunya sendiri akan suaminya dan harta suaminya. Wanita  lainkan  berhak juga dalam hal kemaslahatan  atas dirinya dari agama Allah. Makanya ada orang  yang banyak hartanya. Ada yang  sedikit, dan itulah sebabnya Allah mengatur hukum menikahi wanita itu mulainya dari dua wanita  tiga atau empat lalu kalau tidak mampu dan mungkin takut berbuat tidak adil sebaiknya satu saja. Di sini sebenarnya ada pesan untuk wanita agar mereka mau mengikuti isteri-isteri Nabi yang hidup sederhana dan  memberikan kesempatan suaminya untuk bisa berbuat keadilan pada makhluk sejenis mereka yang lemah dan membutuhkan perlindungan dan  sebagian rejeki untuk mereka bahkan juga bimbingan agama Allah.”

Inilah nilai kemuliaan wanita dalam Islam  itu. Bukan dipermainkan. Dijadikan tontonan, hiburan seks. Model yang meletidak lenggok untuk memuaskan hawa nafsu laki-laki.  Dijadikan gundik dan pemuas hawa nafsu. Namun dinikahi dan dan diberi nafkah dan perlindungan serta agamaNya.  Sehingga akan nampak mulia dalam rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan amalan agama. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi-nabi  terutama Nabi Muhammad SAW yang menghilangkan perbudakan nafsu syahwati manusia terhadap wanita.”

Akhirnya orang-orang laki yang bertanya itu mulai memikirkan semua kata-kata temannya. Memang selama ini banyak orang menghina dan melecehkan lelaki yang menikah lebih dari satu dan ini syah. Namun mereka tidak pernah mencela orang yang mempermainkan wanita sebagai budak seks dan permainan  para lelaki. Bahkan mereka menjulukinya PSK dan nama lain yang mungkin dicarikan lebih bergengsi lagi.  Ini kerja para wartawan yang membahayakan wanita itu sendiri tapi wanita-wanita itu  tidak menyadarinya. Bahkan orang yang mengadakan hiburan yang sifatnya nanti akan ada transaksi ke arah pelecehan wanita juga tidak pernah mereka cela dan benci. Benar memang kebanyakan manusia hari ini tersesat dan saling menyesatkan  manusia lain. Yang benar dikatakan yang salah dikatakan  benar dan menjadi tuntunan manusia.

Dia menjelaskan bahwa yang dinikahi ini adalah seorang janda beranak tiga dengan kehidupan yang susah. Sementara anaknya masih kecil-kecil suaminya yang pergi ke Malaysia meninggal dunia dalam perjalanan ke sana. Dan lebih buruk lagi bahwa suaminya adalah TKI gelap gulita. Maka lengkaplah penderitaannya ketika orang yang dihutangi uang untuk pergi ke Malaysia datang menagihnya. Maka dia hanya bisa mengeluh dan mengaduh. Disanalah dia menemukan peristiwa itu. Kita lelaki, paling tahu daun muda. Dan senang daun muda. Kenapa menikah jika bisa mendapatkan daun muda mudah saja? Menikah kan memasuki suatu gerbang ikatan dan penderitaan dan kebahagiaan yang sementara? Namun ini semua adalah perintah dari Allah SWT. Nikahilah wanita yang kamu sukai dua tiga atau empat dan berbuatlah keadilan dan jika engkau tidak mampu cukupkan yang satu saja. Jadi kalau kita kira-kria tidak mampu ya tidak usah coba-coba. Sesuai dengan pesan Allah SWT YMT. 

Begitulah kurang lebih khotbah kepada teman-temannya yang orang -orang pasar.  Memang paling sering mendengar keluh kesah manusia yang hidup di dunia. Karena dalam pasar lah pusat dari segala kegiatan manusia untuk hidup.  Kiosnya sering didatangi oleh teman-teman yang jualan di pasar. Sebab selain menyediakan obat, pak Syahrial juga tempat diskusi bagi mereka ketika menghilangkan kejenuhan kehidupan.

Ketika mereka menghujat pernikahannya yang kedua maka dengan serta merta dia menjelaskan detail akan kehidupan ini. Rejeki dan jodoh dan hidup mati baik buruk telah ada ketetapannya. Namun yang baik datang selalu dariNya dan yang buruk selalu datang dari manusia itu sendiri. Masyarakat yang diundang dalam pernikahan sederhana itu dulu juga perlu  penjelasan. Makanya dia kemudian yang berbicara sebagai orang yang menasehati dirinya dalam pernikahan sederhana itu. Dia mengatakann kurang lebih,” As wr wb. (setelah memuji Allah SWT dan NabiNya) Bapak bapak dan Ibu-ibu undangan yang terhormat…saya menghaturkan terima  kasih yang sebesar-sebarnya semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kita. Tentunya dengan pahala Surga dan kebahagiaan dunia akherat. Menikah itu penting demi kebahagiaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Menyatukan dua keluarga besar untuk perkara yang satu itu sangatlah tidak mudah. Saya merasa bersyukur sekali mempunyai isteri yang memahami  hati-hati wanita teman hidup sejenisnya. Ketika saya sampaikan maksud saya akan menikah lagi isteri saya yang kedua  ini dia mengatakan bahwa dia merasa bangga dan bahagia bisa membagi kebahagiaan kepada sesama jenis dengan wanita. Apalagi dia seorang janda yang miskin dan membutuhkan pertolongan. Dan tidak ada yang mau menolongnya dan dia mempunyai sifat seperti isteri-isteri Nabi-nabi  yakni memikirkan wanita dan para janda di sekitarnya. Bagaimana mereka bisa menjadi bahagia bersama kita. Saya memang beruntung mempunyai isteri seperti dia semoga kami bahagia bersama keluarga besar ini. Namun telah menjadi ketetapan kami bahwa kami harus menjaga sholat. Tidak ada di antara kami yang meninggalkan sholat. Tidak boleh. Haram hukumnya. Karena sholat adalah perintah Allah SWT kepada kita sebagai bekal kematian kita kelak. Sekian nasehat perkawinan kami terima kasih atas sudinya para undangan menghadiri pernikahan kami yang kedua ini. Ws wr wb.” 

Para undangan termenung dengan pemikiran mereka masing-masing dan akhirnya   mereka juga yang memutuskan negatif positifnya masalah nikah lebih daripada satu. Tentunya mereka adalah orang yang bisa memahami maksud pernikahan dari Pak Syahrial. Ada yang lebih mengerikan dari seorang isteri yang egois dan mempunyai nafsu ingin memiliki suaminya seorang diri terus menerus. Walaupun  sauminya sebenarnya termasuk kategori mampu untuk menikah lagi. Namun dia melarangnya untuk menikah akan tetapi dia tidak perdulikan suaminya hitam atau biru dalam jalanan hidupnya.

Suatu ketika suaminya keluar kota atau tugas studi ke luar negeri mereka tidak ada kekhawatairan akan suaminya yang menyeleweng. Lebih buruk lagi ketika isteri-isteri itu ditanya mereka mengatakan dengan statemen yang sungguh mengerikan dan membahayakan dan menghinakan bahwa suami itu di rumah kalau di luar rumah itu bukan suami suami saya. Sehingga wajar  saja Indonesia kini banyak orang diserang Virus HIV. Akhirnya mereka kalang kabut mengatasinya. Kemudian mengatakan  bahwa  Setelah makan bersama mereka kemudian pulang ke rumah masing-masing dengan koreksi pribadi-pribadi.


Esok harinya ketika mereka berbelanja di sebuah warung ada beberapa Ibu yang membicarakan tentang Aisyah isteri kedua dari Bapak Syahrial.
“ Aku gak bisa seperti Aisyah,”  kata seorang Ibu membicarakan isteri pertama pak Syahrial. “ Mau-maunya dia dimadu begitu?  Apa tidak jijik dia.“
“ Aku juga tidak mau ah…,” kata yang lainnya.
“Mana dong ada hati bisa dibagi dua?”
“Tetapi betul kata seorang Ustaz dalam sebuah pengajian ketika itu saya menghadirinya. Bahwa makin tinggi orang yang beriman makin mampu dia kerjakan apa yang kebanyakan orang tidak bisa kerjakan. Pak Syahrial mempunyai iman lebih tinggi daripada suami-suami kita. Termasuk kita juga. Kita lemah iman. Iman ibu Aisyah lebih  tinggi daripada iman kita yang bahkan ilmu ibu Aisyah juga lebih tinggi,” kata seorangIbu yang nampaknya membela ibu Aisyah isteri pertama pak Syahrial.

“Kenapa begitu bu Rosyi ?” celetuk seorang ibu.
“Memang ibu Rosyi bisa didobelkan?”
“ Saya belum bisa membayangkan. Hanya saja kita ini belum   pernah  bertanya kepada suami kita ketika dia pulang dari beberapa hari dinas keluar kota. Apakah dia pernah melakukan sesuatu yang melanggar norma agama. Misalnya tidur dengan seorang pelacur. Paling yang kita tanyakan adalah mana uang mas. Berapa dapat uang mas? Apa oleh-olehnya mas? ” agak sedikit jengkel dia ungkapkan kalimat-kalimat ini. Mungkin juga jengkel kepada dirinya  sendiri.

“ Tapi kan…lain suasananya  itu Bu? Ini kan menikah lagi. Ya kan Ibu-ibu?”
“He.. eh. Dan lagian kitakan ekonominya tidak sebaik Pak Syahrial.”
“ Nah itu dia Ibu-ibu! Suami kita berbeda dengan dia. Bahkan lebih buruk lagi pernah kita bicarakan Ibu Ratna yang sering mengecek kesetiaan suaminya. Dia begitu repotnya menanyakan suaminya ketika mendengar dia sering main perempuan. Lantas kita memutuskan suatu pendapat kita mengatakan jika suami kita dalah ketika di rumah kita. Kalau di luar rumah, dia bukanlah  suami kita. Ya tidak !?”

Akhirnya ibu-ibu itu bubar dari warung itu setelah membawa barang-barang belanja mereka untuk dimasak bagi keluarga mereka. Dalam warung itu  ada beberapa lelaki yang dari tadi nguping percakapan para wanita itu.

Diskusi panjang terjadi antar lelaki di warung itu kurang lebih demikian.
“ Ah dasar wanita. Dinikahi orang jadi gunjingan. Nanti ada wanita yang dijadikan  gundikan tidak menjadi masalah apa-apa. Bahkan disenangi dan diajak  guyon-guyon  apalagi jika dia banyak uangnya. Mau  bagi-bagi dengan dirinya.  Bahkan banyak wanita yang tanpa nikah kumpul kebo hidup bersama satu  rumah juga tidak pernah jadi topik mereka. Dasar wanita penuh fitnah dan dosa. “
“ Jangan gitu mas. Lelaki juga penyebab wanita berdosa. Sebab dia juga yang  mau menggoda wanita. Kalau tidak digoda mungkin tidak dosa dong mereka?”
“ Ya itulah.” Lelaki memang pemilik rusuk wanita. Namanya juga pemilik. Wajar dong selalu ingin memiliki rusuk-rusuk yang kececeran. Kasihan dong? Iya tidak? Yang wajar dan sehatlah kita menilai.”
“ Kenapa begitu?”
“Seenaknya. Ya kan? “
“ Udah-udah. Kita ini kurang pengajian. Makanya kita harus sering-sering ke masjid untuk mendengarkan pengajian  dan menuntut ilmu pada kiai atau Ustaz di mana saja mereka berada. Kebanyakan main gaple saja sih kalian!”

Mereka seringkali memperbincangkan keadaan tetangga dengan seringkali tidak berdasar ilmu yang benar. Agama ISLAM. Sebab yang salah dibenarkan dan sebaliknya yang benar disalahkan. Beginilah keadaan manusia hampir di setiap pojok tempat berkerumunnya manusia baik di ruangan atau di luar ruangan selalu memperbincangkan manusia. Akhirnya juga seringkali yang dibicarakan malah lebih baik daripada mereka. 

Untuk mengukur standar kebaikan dan kebenaran itulah maka Allah turunkan agama.
Contohnya Amerika dan sekutu-sekutunya ngebom seenaknya negeri Iraq. Mereka tidak didengung-dengungkan sebagai teroris. Nanti ada orang Iraq membela negeri mereka dengan ngebom penjajah mereka dikatakan  bom bunuh diri…. Teroris…dsb. Lebih bahaya lagi ummat Islam juga menyalahkan bom bunuh diri semacam itu. Gimana bangsa Indonesia bisa maju kalau pemikirannya tanpa dasar yang benar?  Untuk kebenaran yang hakiki mutlak standar pengukuran kita bukan akal kita apalagi di akal-akalan atau menggunakan hukum hak azasi manusia segala. Lebih rusak lagi. Sebab kehancuran manusia  di luar negeri itu karena mereka mengagungkan HAM dari pada Hukum Allah SWT. Dengan menggaungkan HAM maka kelak manusia tidak lagi menyembah Allah SWT yang menciptakan mereka dan memberi makan mereka. 

Demikianlah kehidupan Pak Syahrial sehari harinya dilalui dengan membahas tentang pertanyaan akan pernikahannya yang kedua. Dagang obat tetap jalan dan gossip akan dirinya juga tetap berlangsung. Konflik dalam keluarganya tidak banyak terjadi. Anak-anak cenderung menurut ayahnya dan ibunya. Antara satu dengan lainnya hidup dengan baik saja. Hingga pada suatu hari peristiwa yang ditakuti oleh hampir setiap manusia terjadi pada dirinya. Yakni sakit  dan mati. Pada saat itu awal bulan Syawal ketika manusia merayakan Idul Fitri, pak Ibnu yang sebenarnya ingin mengunjungi seorang temannya di suatu desa, namun entah kenapa malah dia membelokkan sepeda motornya  ke arah rumah Pak Syahrial. Karena di rumah pak Syahrial ada teman kerjanya

Di sana dia bertemu dengan temannya yang dicari kemudian duduk ngobrol bersama dia pula duduklah ayahnya seorang pedagang obat itu yang berumur kurang lebih 60 tahun. Dia sehat dan gembira sekali menerima teman saya Ibnu. Mereka ngobrol kesana kemari.
Saat itu pukul 12:00 kurang lebih sehingga beberapa menit saja setelah mereka berbincang-bincang, mereka kemudian mendengar azan dikumandangkan dari masjid. Mereka berpisah karena pak Ibnu akan sholat Duhur di masjid. Sedangkan ayah Sofie sholat di rumah karena merasa agak pusing  dan badan terasa tidak enak. 

Sepulang dari masjid diketahuilah oleh pak Ibnu bahwa ayah temannya  itu sudah rebah dan tidak bisa bangun. Panas dan pusingnya rupanya keras sekali.  Musyawarah dilaksanakan oleh kedua belah pihak  dan keputusan akhirnya dijalankan, pak Syahrial dibawa ke Rumah Sehat. Di dalam taksi di tengah perjalanan ke Rumah Sehat itu bacaan Yassin dikumandangkan  oleh teman saya sementara anaknya yang bernama Sofie itu memangku  kepala ayahnya. Tidak berapa lama ayahnya berkata terbata bata,” Tolong saya jangan dibacakan Yasiin. Bacakan saja surat Al Waq’iah.”

Setelah mendengar   wasiat itu, maka dia berhenti membaca Yassin dan membuka AL Qur’an kecilnya yang selalu dibawa oleh pak  Ibnu itu untuk membaca surat Al Waqi’ah.  Tidak lama  kemudian dia, pak Syahrial, menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah beberapa ayat dari surat ke 56 itu.  Dia nampak bagaikan tidur dengan bahagia dan penuh kenikmatan. Rupanya inilah pelajaran berharga bagi teman saya itu yang mana harus menjadi suatu contoh gambaran berita besar yang harus dipegang olehnya sebagai bekal untuk tetap yakin bahwa apa yang menjadi nasehat Nabi Muhammad itulah berita gembira yang sesungguhnya. Jaminannya pasti. Dan bahagianya juga sudah pasti.  Tidak ada keraguan padanya. Memang tiada pelajaran yang besar yang tidak ada hubungannya dengan Nabi besar Muhammad SAW.  Nabi  Muhammad SAW adalah Nabi yang mengajarkan perkara yang maha besar dari Tuhan YME Allah Yanag Maha Besar dan Maha Suci.

Dengan lukisan kematian manusia seperti itulah maka pak Ibnu akan mendapatkan tambahan keyakinan untuk tetap mendakwahkan  agama Allah SWT. Karena pak Ibnu termasuk ustaz yang sering memberikan nceramah agama dan mendatangi orang yang belum Haji namun kaya raya dan belum sholat dsb.

Sebuah pelajaran berharga. Jadi tidaklah sia-sia dia membelokkan sepeda motornya ke arah rumah pak Syahrial yang meninggalkan pelajaran maha besar bagi pak Ustaz Ibnu. Dia juga kerjakan dakwah di LP3I  untuk mengajak mahasiswanya mempunyai Iman selain Ilmu pengetahuan yang bisa mengangkat harkat dan martabat derajadnya di suatu  hari nanti.  Semoga kebaikan pak syahrial akan menjadikan suri teladan pak Ibnu dan saya sendiri seklaigus kita semua untuk menjalankan kebaikan yang pernah ditapaki oleh  pak H Syahrial.

Kemudian taksi berputar dan kecemasan menjadi kedukaan yang dalam dan para tetangga mengetahui apa yang sedang terjadi segera mengundang orang lain dan akhirnya bulan Syawal bulan bermaaf-maafan menjadi bulan penguburan bagi keluarga Pak Syahrial. Proses pengurusan jenazah berlangsung dengan lancar dan penguburan berlangsung dengan aman dan baik. Setelah mentalkinkan jenazah pak Syahrial saat memberikan kalimat-kalimat Takziah  Ustaznya memberikan cerita kepada masyarakat bahwa mereka harus meniru kegiatan pak Syahrial meskipun sibuk urusan bisnis namun tidak pernah lupa membagi waktu untuk sholat berjamaah di masjid ketika azan berkumandang. Dan malam hari juga selalu membaca surat Al Waqiah. Jika perlu juga meniru menikah lagi daripada  menceraikan isteri. Sebab cerai itu hal yang  dibenci oleh Allah. Sementara yang mampu bisa menikah lebih dari dua untuk mengangkat derajad wanita. Sebab kematian pak Syahrial  itu adalah kematian yang Husnul Khotimah ingat kepada Allah SWT. Dia yang menyuruh pak Ibnu membaca surat AL Waqiah ketika dia membaca surat Yassin. “

Sesuai janji Allah bahwa barangsiapa membaca surat Al Waqiah pada malam hari maka akan dijamin oleh Allah bebas dari kefakiran. Kematian yang Husnul Khotimah adalah kekayaan yang maha besar dan tiada tertandingi dan sebaliknya kematian yang Syu’ul Khotimah adalah salah satu cabang kemiskinan. Dan tidak mampunya manusia memenuhi azan yang berkumandang di masjid untuk sholat berjama’ah  adalah sebuah cabang kefakiran itu. Semoga kematian kita adalah kematian yang Husnul Khotimah.   Ya Allah masukkan kami ke dalam golongan hamba-hambaMu yang Engkau berikan nikmat bukan orang yang Engkau azab. Amiiiin….. ya Robbal ‘alamiiiiin………………………………***