DARAH-DARAH MEREKA HARUM.

Pak H Amin adalah seorang pedagang yang baik dan berusaha jujur dalam dagangannya. Sehingga kehidupan yang dimilikinya menjadi berkah memang terbukti dia bisa mempunyai beberapa anak yang hafall Al Qur’an sebelum mereka masuk ke sekolah Umum dan selanjutnya mereka menyelesaikan Sarjana mereka di bidang bahasa Inggris dan Fakultas Ekonomi. Anak-anak itu ta’at kepada orang tua mereka dan agama Allah SWT. Selain berdagang ia juga bergabung dengan rombongan yang sering datang ke masjidnya untuk berkeliling silaturahmi ke rumah-rumah orang Muslim di desanya dan juga desa lain bahkan di desa Propinsi lain. Dengan ajaran bahwa dengan korban untuk agama maka kita akan mencintai agama kita dan pemilik agama kita serta yang menurunkan agama Islam. Allah SWT. Namun bila kita berkorban banyak untuk mobil kita, maka cinta kita akan beralih ke mobil kita. Bila korban lebih banyak untuk anak kita maka kecintaan kita akan beralih kepada anak kita. Dan demikian juga jika korban kita pusatkan kepada rumah kita, maka hati kita akan mencintai rumah-rumah kita. Demikian seterusnya. Padahal kita harus mencintaiNya melebih segala apapun yang ada terhampar di bumi dan di langit dan di atas langit.

Kegiatan lain pak H Amin sama dengan orang-orang di rombongan itu, yakni mengajak orang yang tidak datang ke masjid untuk sholat berjama’ah di masjid. Rombongan ini juga mengajak orang yang tidak sholat untuk sholat. Kemudian jika di kampung itu ada kerusuhan mereka berusaha sebagai penengah sehingga kampung itu menjadi damai dan saling sayang satu sama lainnya.

Selain itu kegiatan lain rombongan itu mereka mengadakan pengajian secara gratis di rumah-rumah dan juga di masjid. Biasanya yang di rumah-rumah adalah untuk para wanita. Sehingga mereka bisa bergabung dengan ibu-ibu lain dan mendengarkan pengajian yang materinya tentang kewanitaan dan bagaimana menjadi Ibu rumah tangga yang baik dan bertanggung jawab dan memperlakukan benar kepada suaminya. Rombongan itu juga mengajak pak H Amin untuk meninggalkan keluarganya selama 3 hari atau 40 hari menuntut ilmu agama. Untuk sementara keluarga ditinggalkan. Dengan bekal secukupnya untuk keluarga selama ditinggalkan tentunya. Harus ditinggalkan uang secukupnya untuk keluarganya memang. Suatu hari pak Kaharuddin mengadakan silaturahmi dengan beberapa temannya ke Lombok Timur di Propinsi kecil dekat dengan propinsi Bali.

Dalam perjalanan dari rumah menuju ke kota itu dia berkunjung ke saudara muslimnya yang selama ini tidak pernah kelihatan di masjid pusat. Dikhawatirkan ada apa-apa dengan saudara muslimnya itu. Maka berangkatlah ia dengan sepeda motor berempat dengan menempuh jarak kurang lebih 100 km. Tujuan bukan bisnis atau lainnya kecuali hanyalah silaturahmi. Adakah kita menemukan banyak manusia melakukan perjalanan jauh hanya untuk silaturahmi sesuai perintah Allah? Bukankah hanya sedikit sekali manusia melakukan hal itu. sebab kebanyakan kita mengunjungi seseorang atau famili saat kita punya kepentingan yang menguntungkan? Mereka hanya semata-mata berpisah dan bertemu karena Allah SWT bukan karena hal lain. Panas jalan raya yang ditempuhnya bukan menjadikan masalah bagi rombongan empat orang itu. Sebagian di antara mereka menebarkan salam kepada sopir yang didahuluinya. Mereka merasakan kebahagiaan bisa mengunjungi dan sebentar lagi menjumpai saudara muslimnya Pak Abas. Alhamdulillah akhirnya mereka bertemu dan saling melepas kasih sayang dengan berbincang banyak tentang perkembangan masjid dan jamaahnya. Betapa semakin banyak orang yang mulai sadar akan pentingnya agama. Sebab agama Islam ini menuntun manusia untuk bahagia, berhasil, mulia, tenang, damai, kaya, dunia dan akherat. Dengan kehidupan yang tenang maka manusia bisa bahagia walaupun berharta sedikit. Bukankah memang manusia diciptakan ada yang miskin dan kaya?

Adalah hal yang sangat tidak mungkin menjadikan semua manusia di bumi ini kaya semuanya. Hatta ini di Amerika sekalipun termasuk Jepang dan Hongkong ada manusia miskin yang bergantung dari pemberian dan pertolongan manusia lainnya. Dengan demikian maka mereka bisa saling tolong menolong dalam kehidupan mereka. Pak H Amin dan teman-temannya juga dijamu makan siang dan melanjutkan cerita lagi akan keadaan desa mereka yang dahulunya banyak pencuri, karena semakin banyak orang mengenal agama, maka pencuri itupun tobat dan sekarang kerja sebagai tukang batu dan ada juga yang hanya menekuni pertanian di desanya. Harta tidak lagi menjadi tujuan kehidupan mereka. bahkan ada pula di suatu desa di Sumbawa yang tadinya minus dalam hal panen setelah mereka beramal agama makmurkan masjid yang mereka bangun, dengan memperbaiki sholat dengan baik, mereka dengan cara berjamaah dalam sehari 5 kali itu menjadikan desa mereka berhasil dalam panen sehingga mereka surplus dan lebih dari 70% mereka berangkat ke Mekkah menunaikan Ibadah haji yang selama ini mereka idam-idamkan.

Hari sudah mulai rembang senja ketika pak H Amin pamitan pada pak Abas. Ketika mereka akan berpamitan ternyata pak Abas akan ikut ke masjid Attaqwa Pusat dimana mereka biasa kumpul di kota, Mataram. Kemudian ada seseorang yang menitipkan uang untuk saudaranya yang berdomisili di kota Mataram. Entahlah mengapa pak H Amin menolak dan minta maaf dia tidak bisa.
“ Maaf saya tidak bisa mengantarkan uang itu ke sana. Mungkin saya tidak bisa sampai ke sana.”
“ Okey dah tidak apa-apa jika demikian, “ kata orang itu sambil memasukkan uang itu kembali.
Namun Pak Abdullah berkata biarlah dia yang akan memberikan uang itu kepada familinya di Mataram itu nanti setelah sholat Isya’. Selanjutnya mereka pamitan kembali ke Mataram .
“ JAzzakallah ( semoga Allah membalas anda). Assalamu ‘alaikum.”
“ Wa ‘alaikumussalam.”

Tidak ada yang memahami kenapa pak Amin bilang tidak sampai sana. Akhirnya uang itu dibawa oleh Pak Abdullah. Hari bisa berubah kapan saja. Yang tadinya cerah dengan rembang senjanya ternyata menjadi gelap karena mendung yang dikandung oleh awan yang menutupi matahari. Dan tidak pernah disangka-sangka juga mereka akhirnya menempuh perjalanan dalam hujan. Cukup lebat dan entahlah apa yang menyebabkan mereka juga tidak berteduh. Mungkin mereka menganggap jarak yang ditempuh masih dekat. Mereka juga tidak mau berhenti untuk mencari tempat berteduh yang baik sesuai dengan hati mereka. Tidak pernah diharapkan dan tidak pernah disangka kematian datang kepada pak H Amin ketika tiba-tiba mobil dari pertigaan di sebuah desa langsung melaju dan membelok tiba-tiba. Akhirnya hal yang tragis itu terjadi. Pak Abas dan boncengannya selamat dan pak H Amin meninggal di tempat. Mereka yang melihat kecelakaan itu tidak pernah tahu bagaimana kejadiannya karena memang tiba-tiba dan hari cukup gelap deselingi hujan yang cukup lebat. Merekapun datang berbondong-bondong membantu mengangkat tubuh yang sudah tidak bernyawa. Dan beberapa orang heran karena mereka melihat darah yang tercecer di aspal hotmiks itu berbau harum. Demikian juga pak Abas merasakannya juga keadaan itu. Akhirnya diceritakan siapa mereka kepada orang kampung itu dan akhirnya beberapa orang mengamankan sopir mobil itu dan mengurusi apa saja yang berserakan di jalanan. Seorang menelpon alamat tujuan dari kedua orang itu. Maka tidak lama berdatanganlah teman-teman pak Abas dan pak H Amin ke tempat kejadian perkara. Mereka masih mencium bau harum darah pak Bidy. Rupanya Allah tampakkan bahwa benarlah orang yang meninggal di jalan Allah dalam keadaan apapun kematiannya maka itu menjadi kematian yang syahid bagi dirinya. Janganlah engkau menyangka bahwa orang yang mati di jalan Allah itu mati, sesungguhnya mereka hidup dan diberi makan oleh Tuhannya.

Akhirnya acara berubah menjadi pengurusan jenazah atas kematian pak H Amin. Mereka membicarakan kematian yang bagus itu. Kematian yang membuat orang beriman ingin berebut seperti pak H Amin. Meninggal dengan buah bibir bagi orang di sekitarnya. Meninggal yang indah dan bergengsi di era global kini. Memang kematian yang seperti ini sangat langka karena manusia yang kebanyakan di bumi ini sesat dan menyesatkan sehingga waktu mereka matipun mereka sering tidak tahu mana jalan menuju Allah SWT. Mereka mengalami kematian yang mereka peroleh adalah kematian yang biasa saja. Bahkan banyak yang su’ul kKhotimah. Dan jarang juga manusia yang berdoa agar mereka dimatikan olehNya dalam keadaan shahid. Kematian yang shahid itu lebih tinggi derajadnya dibandingkan kematian yang biasa saja. Maka orang-orang yang beriman tinggi ingin sekali matinya dalam keadaan shahid di jalan Allah dimanapun mereka berada bukan menjadi halangan untuk menjemput kematian. Kematian merupakan perkara yang mereka dambakan sebab kematian adalah hari raya bagi orang beriman.

Mereka akan bertemu dengan kekasih-kekasih mereka, yakni Tuhan mereka dan para Nabi khususnya Nabi Muhammad SAW. Mereka memang ingin matisecepatnya dibandingkan hidup di dunia yang kemungkinan akan menyebabkan mereka menjadi bermaksiat kepada Allah SWT. Mereka memburu kematian dengan amalan sholeh. Mereka berlomba dengan amalan sholeh dan mereka selalu bersaing dengan orang lain perkara amalan sholeh. Bukan harta yang mereka pertandingkan. Akan tetapi mereka selalu berlomba dalam kebaikan yang diperintahkan olehNya kepada mereka. Bukan hanya sholat fardu yang mereka kerjakan setiap harinya. Demikian pula puasa bukan hanya puasa fardu dalam bulan ramadhan saja namun mereka juga mengerjakan Puasa Senin Kamis, bulan putih Qamariah tanggal 13, 14, 15, dan juga puasa dalam bulan Rajab, Sa’ban dan Sawal serta dalam bulan-nulan lain yang mana nabipun dahulunya berpuasa.

Pantaslah manakala kematian mereka kematian yang Ikhlas dan penuh dengan rasa rindu. Inilah yang disebut oleh Nabi sebagai orang yang Cerdas yakni orang yang mengetahui kematian dan persiapannya untuk kematian itu. Mereka beramal sholeh dengan tanpa memikirkan apakah Surga atau Neraka yang mereka dapatkan. Namun mereka berharap Surga dan cemas takut juga dimasukkan ke dalam Neraka. Allah menunggu manusia yang beriman di dalam Surga. Neraka adalah tempat pembuangan manusia durhaka kepada Tuhannya yang menyembah selain Allah. Padahal mereka diberi rejeki dan disehatkan dan diberikan kesejukan air oleh Allah SWT. Lebih buruk lagi di antara mereka bahkan ada yang benci sekali manakala disebut nama Allah dan melihat orang yang beriman. Mereka mencari pertolongan kepada selain Allah dan akhirnya juga menyembah kepada selain Allah. Inilah kebalikan daripada orang beriman. Selamat jalan pak Haji……. semoga kematian kamipun seperti kematian engkau. Engkau telah mendahului kami, namun kegiatanmu untuk mengajak orang masuk masjid dan mengajak orang yang tidak sholat untuk sholat, menyembah kepada Allah… yang mana ini adalah tugas dari semua muslim dan muslimah di luar kewajiban pribadinya untuk menyembah kepada Allah SWT. Maha benar Allah dengan segala firman-firmanNya. ***