TURUNKAN GAMBAR-GAMBAR ITU!
( Seorang Miskin Yang Takwa)

Ketika saya berkunjung ke rumah pak Ahmad suatu malam dia bercerita tentang pak Madun tetangganya yang baru saja meninggal dunia. Yang sebenarnya sayapun tahu siapa Pak Madun sewaktu dia masih hidup. Memang adalah kesenangan saya pribadi mentalkinkan orang di akhir hayat atau ketika dia nazak mengalami sekaratul maut. Agar mana saya bisa mengetahui manusia yang baik di ujungnya dan mana yang tidak baik, sehingga saya bisa mencontoh yang baik dan menyiarkannya. Kemudian memberikan rambu-rambu kepada manusia lain dari kematian manusia lain yang tidak baik. Pak Ahmad tahu akan hal itu. Dengan tujuan itulah maka kami bisa memberikan gambaran-gambaran jalan menuju akhir hayat yang baik. Saya tahu bahwa kematian seperti ini kematian yang sulit kita peroleh.
“ Pak Amir bolehlah dia dimasukkan dalam bahan cerita tentang orang yang baik, yang Husnul Khotimah.”
“Anda lihat kan? Anda yang mentalkinkan juga? Siapa saja yang ada di dekat anda?”
“Bukan-bukan saya saja, namun banyak teman-teman kita juga. Ada mungkin 4 atau 5 orang dan mereka semua melihat kejadiannya itu. Termasuk yang dekat sekali adalah isteri pak Budi di Yeyen.”
“ Ya saya tahu dia……..dia…dia memang baik orangnya. Tapi bisa anda ceritakan agak jauh tentang kehidupannya dan kegiatan sehari harinya itu sampai akhir hayatnya beberapa hari lalu. Sebab ini semua menjadi teladan bagi kita semua. Bukankah kita diperintah oleh Allah mengikuti para Nabi dan Rasul dan para orang-orang sholeh terdahulu?”
“Betul pak Amir. Sekarang ini mungkin hanya satu orang saja dari 1000 orang yang meninggal dunia dengan Husnul Khotimah. Dia termasuk di dalam 1 itu insya Allah. Saya lihat tanda dan buktinya.“
“Bukan…dari 1000…... malah menurut penelitian seorang dokter katanya hampir semua pasien meninggal di Rumah Sehat tidak bisa Husnul Khotimah. Kebanyakan tidak siap. Bahkan juga mereka ketika dijemput kematian itu mereka justru tidak mau mati….! Jangan-jangan termasuk dokter itu juga nih……..? ”
“ Mudah-mudahan janganlah yang jelek termasuk diri kita. Kalau gitu benar dong kata Syech Ahmad penjaga makam Nabi Muhammad SAW katanya hanya 1 dari 60.000 orang yang mati dengan iman. Sebab kebanyakan mereka jelek sholatnya, jelek zakatnya, jelek akhlaknya pada suami dan jelek akhlaknya pada isterinya atau apalagi yah..? Saya agak lupa itu? Kan ada selebaran yang mengingatkan kita tentang kematian tanpa iman itu ya…kan? Bahkan kita disuruh mengkopi dan menyebarluaskannya kan? Alhamdulillah saya sudah kerjakan itu. Bukannya saya berharap apa-apa yang dikatakan di selebaran itu.“
“Oh iya saya ingat itu. Pak Amir percaya akan ancaman di selebaran itu? kalau nggak ngopi kita akan mendapatkan musibah atau keburukan perjalanan karir kehidupan.”
“Maksudnya kalau tidak mengkopi?! Maka kita akan dipecat atau mendapatkan musibah begitu?!?” tanya teman saya serius sekali menanggapi akan hal itu.
“Ya betul. Ada kan berita tentang itu semua?” kata saya mengingatkannya.
“ Ya. Maksud saya pak Amir percaya ancaman di surat itu?”
“ Ya dan tidak. Pokoknya saya ketik ulang selebaran itu lalu saya kopi dan saya sebarkan ke toko-toko dan ke masjid. Sebab Nabi SAW melarang kita menolak berita yang sifatnya seperti itu dan melarang juga untuk menerimanya. Maksudnya pelajari dulu. Baru kemudian mengambil pelajaran dari berita itu.”
“ Kalau saya, tidak yakin itu akan bisa terjadi.”
“ Saya yakin yang diancamkan itu benar………….jika orang tidak sholat dan tidak zakat………dan tidak baik pada suami atau isteri dan tidak melakukan kebaikan akan mendapatkan musibah dunia dan akherat….kan demikian pak Ahmad?”
“ Ohh…………kalau yang itu sih saya yakin 200%. Baiklah Pak Amir saya akan ceritakan tentang pak Madun dalam sehari-harinya.” Saya mendengarkan dan mencatat yang perlu-perlu dari cerita pak Ahmad saksi hidup kematian Husnul Khotimah pak Madun selain itu juga isteri pak Budi pegawai hotel Holiday tetangga sebelah yang anak-anaknya sering diberikan makanan dan ikan dsb oleh pak Madun almarhum.

“Seorang Madun. Yang gempal dan umur sekitar 55 tahun ketika dia meninggal dunia. Dia miskin namun tidak menjadikannya berkeluh kesah. Dia telah berhasil menghantarkan ke 4 anaknya ke jenjang pernikahan. Semuanya telah jauh dari orang tuanya karena sudah berumah tangga. Dua di antara anak-anaknya ada yang hafal Al Qur’an dan kini bekerja di Jakarta dan satunya lagi sebagai Polisi. Tugas Pak Madun telah selesai. Dia kini ingin mempersiapkan diri untuk kematiannya. Sewaktu dia masih hidup… dia bekerja sebagai pedagang ikan laut dan kadang-kadang dia sendiri juga mancing di laut yang kebetulan dekat dengan rumahnya. Kadang juga sebagai kuli bangunan. Yang tentunya panghasilannya hanyalah cukup sebagai biaya makan dan keperluan sehari-hari saja. Namun dia tidak pernah mengeluh. Dia nikmati kehidupan yang demikian karena dia tahu makna hidup di dunia ini.

Suatu ketika, dia ikut rombongan yang selalu bergerak dari masjid ke masjid. Dia ikut program selama 3 hari. Dia ikut rombongan itu ke suatu masjid untuk iktikaf selama 3 hari. Di sana dia sholat berjama’ah, musyawarah, mudzkarrah dan dzikir bahkan dia juga belajar mengunjungi saudara muslim. Malam harinya mereka latihan mendatangi rumah-rumah saudara muslim untuk mengingatkan agar mereka mau memakmurkan masjid yang telah mereka bangun dengan biaya milyaran itu. Lewat tengah malam mereka sholat Tahajjud. Dan kegiatan lain di masjid selama tiga hari yakni mendengarkan ceramah agama yang disampaikan oleh salah seorang anggota jamaah itu. “
“ Lantas apa yang selanjutnya terjadi sepulang dia ikut program latihan amal sholeh 3 hari itu?”
“Kemudian setelah pulang dari mengikuti program itu, Pak Madun berubah. Mulai rajin sholat di masjid dan mendengarkan pengajian di masjid-masjid juga mulai senang dengan silaturahmi dan mendengarkan orang membicarakan agama dengannya. Bahkan kesabaran juga mulai datang. Misalnya isterinya yang sering mengomel karena capeknya pekerjaan rumah dsb dengan sabar membantunya. Kesabarannya itulah orang melihat perkembangan yang luar biasa pada pak Madun. Mereka mulai menjadikannya buah bibir. Dan ketika ketemu orang dia selalu sebarkan salam. Demikian juga kepada anak-anak selalu dia memberikan salam terlebih dahulu. Dia sering bawakan ikan kepada tetangganya yang lebih miskin daripada dia, dia bawakan juga tetangga kanan kirinya ikan yang segar dan enak dari laut sebagai tanda kasih sayang bertetangga. Pak Budi termasuk sering mendapatkan perhatian dari pak Madun mendapat kiriman ikan dari laut yang dipancing oleh pak Madun. Diapun juga azan di masjid dan malam hari dia kelaur rumah untuk mengontrol keadaan tetangga mereka apakah aman atau tidak dan dia kemudian memukul tiang telpon untuk menunjukkan pukul berapa saat itu. Dia juga orang yang rajin mengajak siapapun untuk sholat ketika dia berjalan sholat saat waktu sholat telah tiba. Dan selain itu ada beberapa hal yang mungkin tidak bisa ditiru oleh kebanyakan manusia, kecuali mereka yang sabar adalah pak Madun selalu sabar untuk mengurusi ibunya yang buta melek itu. Dia menuntun ibunya ke kamar mandi, dapur dan kemanapun dia mau. Selalu memijiti badannya saat ibunya mengeluh sakit, menyiapkan makan dan menyuapi ibunya. Menyiapkan air hangat untuk mandi. Menghiburnya dengan bacaan Al Qur’an dan cerita-cerita indah perjalanannya ikut rombongan ke masjid-masjid itu. Ibunya senang sekali dan merasa bahagia walaupun dia tidak bisa melihat karena penyakit katarak yang menyerangnya. Ibunya rido dengan kegiatan anaknya yang selalu berbakti sejak dahulu ketika dia masih kecil itu.”
“Teruskan pak Ahmad,” sambil saya serius merekornya untuk tulisan ini.
“ Kemarin juga isteri pak Budi cerita kepada saya, katanya sebulan sebelum dia meninggal, dia pergi ke toko kain untuk membeli kain kafan untuk dirinya. Sehingga yang melayani tertawa dan merasa heran dengan dirinya. Lantas seminggu sebelum hari kematiannya, dia berkata kepada orang-orang yang ada di dekatnya bahwa dia hari Rabu atau Jum’at depan akan mati.”
“ Orang-orang yang mendengarkan ceritanya bertanya kenapa begitu. Dia menjawab karena dia sering didatangi oleh ayahnya yang sudah meninggal dunia untuk kemudian digandeng ke tempat yang jauh.”
“ Masya Allah..orang-orang percaya?”
“ Ada juga yang mengiyakan dan ada juga yang melarangnya agar dia tidak mati cepat.”
“ Teruskan kejadian berikutnya.”
“Hingga suatu hari dia muntah darah dan dia berkata pada orang… inilah sebagai tanda kematiannya itu.” “ Apakah betul kemudian dia sakit keras dan mengundang banyak perhatian tetangga?”
“ Benar dan mereka datang ramai-ramai mengunjunginya.”
“ MAsya Allah..”
“ Mereka mulai merasa kehilangan kasih sayangnya, tebaran salamnya, kentungan tiang telepon, seretan sandal dari langkah-langkah kakinya. Maka orang-orang berdatangan silih berganti dan mengajaknya bercengkrama dan menyuruhnya bersabar atas ujian yang diberikan oleh Allah SWT padanya. Dia hanya senyum dan terima kasih pada mereka. Sampai beberapa hari. Iapun didatangi oleh teman-temannya dan membacakan surat-surat dalam Al Qur’an dan mendoakannya agar lekas sembuh…………”
“ Pengaruhnya ada tidak bagi dia?’ Tanya saya ingin tahu saja pengaruh do’a dan kesembuhan. Sebab banyak yang yakin dan banyak juga yang tidak yakin atas do’a-do’a untuk orang yang akan meninggal.”
“ Semukan tergantung takdir Allah SWT. Kalau DIA berkenan menyembuhkan biar tanpa do’apun bisa disembuhkan oleh Allah kan?” saya hanya mengangguk dan tetap mengharapkan kelanjutan cerita itu.
“ Kami bergilirian datang mengunjunginya. Ketika setelah sholat Subuh. Dia pernah dalam hari-hari yang menegangkan itu..berkata begini;” Saya tidak mau lepas dari tasbih saya ini. Saya lihat banyak sekali uang dan wanita-wanita cantik dan perahu-perahu yang sangaaat indaah…Saya harus tetap pegang tasbih ini.”
“ Apa kemudian kegiatan pak Ahmad dan teman-teman?”
“ Baca Yassin, do’a dan baca Al Qur’an. Habis gimana lagi…dia nggak mau dibawa ke Rumah Sehat. Dia mau menunggu kematian yang memang sudah lama ditunggu-tunggunya itu. Kain kafannya saja sudah disiapkan olehnya sendiri kan?”
“Masya Allah…..Masya Allah …Masya Allah……..”
“Nafasnya mulai agak sulit. Dia sudah nggak bisa bicara apa-apa. Sementara matanya beputar-putar seolah mencari sesuatu yang hilang di atas sana. Di atap rumahnya yang sederhana itu.”
”Orang-orang gimana responnya saat seperti itu?”
“ Yah ada juga ternyata tetangga yang berbisik bahwa penyakitnya dibuat oleh orang. Karena dia sekarang senang dengan kebaikan dan mengajak orang lain. Katanya sih juga karena pak Madun paling ramah dan jujur di antara para pemancing dan nelayan penjual ikan. Dan juga ketika dia bekerja serabutan. Bahkan paling rajin dan tepat waktu dalam jam kerjanya. Inilah kebaikan itu ya?”
‘ Memang manusia itu ada-ada saja. Yang berbuat baik malah diguna-gunai yang buruk malah dibiarkan.”
“ Saya tidak paham perkara seperti itu. Orang baik kok dijahili. Inilah zaman gila yang membalik fakta.”
“Mungkin memang hanya fitnah dan isapan jempol belaka. Kebanyakan demikianlah keadaan orang kampung. Selalu menghubungkan hal-hal mistis.”
“ Terus bagaimana kelanjutannya? Sadar tidak dia waktu itu?”
“ Sadar sih tidak ya? Teman-teman terus mentalkin dirinya yang sudah mulai payah bernafas. Hingga beberapa jam ditalkin namun nampaknya matanya terus mencari sesuatu yang seolah hilang di atas rumahnya itu. Kemudian seseorang nyeletuk menanyakan apakah ada yang akan disampaikan sebagai wasiat atau pesan barangkali.“
“ Tidak berapa lama datanglah ibunya yang sudah buta itu berkata dengan sedih sekali. Anakku…aku sudah rido nak dengan kamu…pergilah nak…ibu rido..kamu anak ibu yang selalu baik…ta’at…ibu rido nak……..”
“Terus apa jawaban pak Madun kemudian? Dia sadar dan sehat atau bagaimana selanjutnya?“
“Dengan tetap memandang ke atas dia mengatakan lebih kurang demikian, “ Tolong turunkan gambar-gambar itu. Ada dua orang berpakaian putih besar-besar terbang mau turun ke sini ..tapi…tidak bisa-bisa……sambil tangannya menunjuk ke gambar-gambar di dinding. Termasuk poto-poto diri dan anak-anaknya yang telah menikah semuanya. Yang mereka saat itupun, sebagian sudah ada di rumah itu. Kecuali yang di Jakarta belum sampai ke rumahnya. Maka dengan segera teman-teman menurunkan gambar-gambar tersebut. Meletakkan di atas lantai dan membaliknya, menutupi dengan kain selimut. Tidak lama setelah itu tiba-tiba dia berteriak seperti orang azan, “ Allohu akbar… Allohu akbar..…Allohu akbar….. Allohu akbar……. Sambil tertawa gembira……….. !!!”

“ Lalu hilang sudah ruhnya ?” tanya saya penasaran dan tidak sabar ingin mengetahui akhir hayatnya.
“ Alhamdulillah. Hilanglah sudah ruhnya. Semua orang terkesima dan mereka sungguh mendapatkan sesuatu pelajaran yang bisa diambil sebagai langkah-langkah menempuh hidup mereka kelak.
Tidak lama ramailah orang-orang berdatangan setelah mendengar ada orang yang meninggal dunia. Dan yang telah meninggal dunia orang yang selalu menebarkan salam pada mereka. Mereka benar-benar merasa kehilangan seorang Madun yang rajin ibadah dan penebar salam. Apalagi dia sebelum meninggalnya seolah dia sedang azan dahulu. Mereka menjadikan pak Madun buah bibir sampai saat memandikannya mereka menyebut-sebut kebaikan Pak Madun. Mereka senang sekali memandikannya dan tak henti-hentinya mulut mereka mengagumi mayat pak Madun. Inilah mayat yang baik. Dia baik. Dia orang baik… ini…. Mulut-mulut orang-orang itu terucap terus akan kebaikan jenazah pak Madun. Mereka juga iri dengan kematiannya. Semua ingin mati seperti dia. Semogalah demikian nanti setelah tiadanya pak Madun. Maka masjid akan menjadi ramai. Mereka mengenang pak Madun sebagai pelopor kesholehan dan pelopor usaha besar keNabian di kampungnya. Usaha Nabi Muhammad SAW. “

“ Persis seperti ketika orang-orang memandikan mayat Bambang kalau begitu,” kata saya pada teman saya itu. Kemudian saya ceritakan tentang Bambang yang bekerja di Hotel Senggigi Beach Lombok.
“ Wah hebat dia pak Amir ya? Semogalah kita juga seperti mereka kelak jika mati.”
“ Amin…….. Tapi kita kan sudah tahu jalan yang telah ditempuh mereka-mereka itu .”
“ Banyak orang bingung mencari kebenaran. Padahal kebenaran itu dalam ISLAM. Dan kebenaran Islam itu pada tuntunan kehidupan yang telah ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Jangan kemana-mana dan kepada siapa-siapa mencarinya. Sebab misalnya kita salah mengikuti mereka. Kita masih termasuk dalam golongan mereka. Tapi kalau ikut orang lain. Dia salah? Maka kita ikut dia yang salah.”
“ Masuk Neraka dong kalau gitu?”
“ Memang kemana lagi dong tempatnya?”
“ Kenapa begitu pak Amir?”

“ Ya kan sudah ada hadits yang menyatakan hal itu? Jika seseorang ingin menjadi hafiz Qur’an dan dia belajar dengan sungguh-sungguh, kemudian dia meninggal sebelum dia hafal Al Qur’an, maka dia masuk dalam golongan mereka. Lalu ada juga nasehat Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan bahwa seseorang bersama yang diidolakan dan diikuti. Mantasya baha fahuwa minhum= siapa orang yang mengikuti suatu kaum , maka dia akan termasuk dalam golongan kaum itu.”

“ Sebenarnya mudah pak Amir ya ikut mereka? Tapi saya heran kenapa banyak yang bingung dengan kebenaran ISLAM sekalipun. Mereka berebut aliran yang paling benar. Kenapa begitu pak Amir? Saya gak paham jadinya.”
“ Yah sebabnya gampang sekali kita tahu. Beberapa hal kita harus jelaskan. Pertama karena kita kurang takwa. Di awal Al Qur’an sudah jelaskan bahwa inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi orang yang bertakwa. Mereka yang yakin kepada negeri akherat dan mereka mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat mereka.”

“ Maksudnya bagaimana sih pak Amir?” tanya teman saya penasaran.
“ Begini: KALAU ORANG RAGU PADA AL QUR’AN JELAS KARENA DIA; TIDAK TAKWA, TIDAK YAKIN PADA YANG GHOIB, TIDAK YAKIN PADA AKHERAT, DAN TIDAK SHOLAT DAN TIDAK BERZAKAT.”
“ NAH JIKA ADA ORANG YANG MENGERJAKAN SEMUA ITU TETAPI TIDAK YAKIN AL QUR’AN BAGAIMANA pak Amir?”
“BERARTI SHOLATNYA BELUM BENAR. BELUM STANDAR NABI. MISALNYA TIDAK SELALU BERJAMAAH DI MASJID DAN TIDAK TEPAT WAKTU DAN TIDAK MENDAHULUKAN SHOLAT DARIPADA KEPENTINGAN LAINNYA ITULAH STANDAR NABI. Banyak kan orang melalaikan sholat.
Mereka meremehkan masjid dan sholat. Mobil dan sepeda motor bisa pergi ke Mall dan Pantai-pantai dan Gunung-gunung, tapi gak bisa bawa dirinya ke masjid. Lucu kan ini?”
“ Oh, iya ya….pak Amir…ya. Saya mulai ngerti. Sayapun dulunya demikian. Tapi setelah ikut teman-teman latihan di masjid-masjid selama 3 hari seperti pak Madun, saya sekarang tahu makna hidup dan tugas kewajiban saya sebagai manusia di dunia ini. Mudahanlah mati saya juga seperti pak Madun. Kematiannya sangat mahal harganya.”
“ Amiiiiin…… Sekarang kita tinggal mau atau tidak. Standar dan langkah-langkah yang dicontohkan oleh Nabi sudah jelas, gak usah banyak alasan dan pendapat. Dengar dan laksanakan. Kalau mau mencari kebenaran orang Islam dimana? Ya itu WAKTU MATINYA. HUSNUL KHOTIMAH atau TIDAK. Memang banyak orang mengatakan banyak jalan menuju ke Roma. Tapi ke Allah SWT hanya satu saja LAILAHA ILLALLAH. Selain itu, bathil tidak syah alias SALAH.”
“ Ekstrim sekali pak Amir ini ya?”
“ Pasti dong. Kebenaran mutlak kebenaran. Nabi dulu mati-matian menyampaikan kebenaran. Kita mati-matian mencari dunia yang bahkan dunia yang tidak benar lagi. Ingat: ISLAM adalah AGAMA yang diakui oleh Allah. Selain itu tidak diakui olehNya.”
“ Ya benar pak Amir. Kan pak Amir sering dakwah ke bule-bule yang stress dan telanjang di pantai-pantai itu kan?”
“ Ya seringkali. Bahkan sama pendeta dari Miami Florida dan Professor dari Perancis, Doktor dari Amerika, juga ada beberapa ahli Matematika dari London dan dokter dari Universitas di Indonesia dan Jepang pernah saya ajak diskusi tentang Islam. Dan mereka akhirnya mengalah dan menyatakan kebenaran Allah SWT dan Kitab suciNya Al Qur’an. Hanya mereka gak cukup sekali didakwahi. Yang dari London itu dulu setelah 5 kali saya datangi baru dia bisa masuk Islam. Kami sempat bertengkar dan berdebat akhirnya saya berikan dia waktu bicara 1 jam. Saya tidak tanggapi omongannya. Agar saya tidak berdebat. Lalu saya hanya menyampaikan apa saja dulu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada para shabat-sahabatnya yang dulunya Musyrik dan Kafir akhirnya Islam kan?

Itupun bukan saya yang mengIslamkan dirinya. Di Pak Haji Saehun atau siapa dulu itu, tidak ingat saya. Alhamdulillah. Keselamatan kan untuk dia sendiri dan keluarganya. Kalau saya mengharap upahnya datang dari Allah saja. Ya kan. Ha..ha…ha…….”
“ Benar Pak Amir. Itu pak Madun kan sebagai contoh teladan untuk kita yang hidup. Jangan sampai orang bingung tidak tahu yang mana manusia yang benar itu kan?” teman saya menambahkan pendapatnya. Saya mendengarkan dengan seksama. Hari mulai malam namun kami masih asyik diskusi.

“Kemarin dulu saya ketemu sama orang apa barangkali pak Amir. Dia mengatakan gak ada orang tahu akan kematian yang benar dan salah itu. Katanya itu rahasia Allah SWT saja. Gimana orang seperti itu pak Amir? Bahkan juga dia membenarkan agama selain Islam? Katanya itu masalah hidayah Allah. Orang Islam atau tidak itu tergantung kepada Allah saja? Betul gitu pak Amir?” tanya teman saya yang pak Ahmad itu tegang sekali.
“ Orang seperti itu berbahaya. Sebab kurang Ilmu dan pengalaman dan mungkin juga kurang dakwah. Atau bisa jadi tidak dakwah. Bisa jadi juga karena dia membaca Al Qur’an hanya bahasa Arabnya saja tanpa mengerti artinya dalam bahasa Indonesianya.”

“ Kenapa saya bilang begitu? Bukankah banyak ayat yang menjelaskan betapa Nabi dan Rasul-rasul dahulu mati-matian mendakwahkan agama Islam ini hingga mereka diolok dicaci dan dibunuh dan diasingkan dan diboikot dan ditifnah digergaji dikejar-kejar dilempari batu dan tahi onta dan dipenjarakan dan masih ribuan derita lagi beliau-beliau alami. Sehingga beliau-beliau memperoleh hakekat kepahaman dari Allah SWT. Ada itu di ayat apa namanya saya lupa…maklum tidak hafal sih….Allah berfirman begini artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Dengan furqon inilah maksud Allah SWT kita akan bisa membedakan yang benar dan salah yang maksiat dan tidak dan yang diridhoi oleh Allah dan yang tidak. Hatinya yang akan menilainya dan kemudian dia mampu melakukan kebenaran dan menghindari kemaksiatan. Nah tetapi salah satu syarat takwa adalah bahwa kita harus mendakwahkan agama ISLAM ini kemana-mana. Siap tidak pak Ahmad!?” tanya saya mendesaknya.

“ Insya Allah!!! Terus perkara hidayah itu bagaimana?” katanya bersemangat sekali.
“ Kemudian masalah Islam dan tidak itu urusan manusia sendiri. Kalau dia mau hidayah karena hasil pemikiran dengan otaknya yang mulia itu, maka Allah segera berikan hidayah itu dengan melalui apapun dan siapapun. Bukankah banyak ayat Allah yang meminta kita pikirkan dan telaah Al Qur’an agar kita bisa mengakui keagungan dan kehebatan Allah dan kebenaran ISLAM. Sekiranya Allah pilih dia dan diberikan hidayah sebaliknya yang lain tidak dipilih dan tidak diberi hidayah , kemudian dio dipilih. Dimana nilai sifat keadilan Allah? Jadi manusia yang mau hidayah, maka diberikan hidayah olehNya. Orang Islamlah yang mempromosikan Islam sebagai rahmat seluruh alam. “Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum hingga kaum itu mau berubah menuju kebenaran Islam,” ini firman Allah SWT dalam surat apa, Ar Ro’du mungkin surat ke 13.”

“ Ingat ya firman Allah ; Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang rugi. (Surat Ali Imron Ayat 85). Jelaskan ? kalau RUGI itu gimana? Tidak ada lain……kecuali ……………………………….yah…………………….MASUK NERAKA!”
“ Ya Pak Amir saya mulai ngerti. Orang Islam yang seenaknya mengatakan semua agama benar itu nanti akan ditanyakan oleh Allah dan si akherat lidahnya akan ditarik panjang dan digunting-gunting dengan gunting api NerakaNya. Saya tidak buat-buat lo. Ini ancaman disampaikan oleh Nabi. Orang yang membuat-buat kata agar dia dibilang pandai pidato bukan untuk mengajak manusia pada Allah, namun mengajak manusia pada dirinya, maka dia juga akan sama dengan orang-orang yang baru saya sebutkan itu tadi…...bahkan amalan Fardu dan Sunnahnya semua ditolak mentah-mentah olehNya!!!”
“ Naudzubillahi mindzalika.” Sahut pak Ahmad.

“ Baiklah Pak Ahmad saya pulang dulu. Nanti lain kali kita ketemu lagi ya? Jangan lupa dakwah jadikan maksud hidup dan kerja dunia sebaga keperluan hidup. Akherat tujuan hidup dan dunia sebagai…?”
“ Jembatan hidup……”
“ Akherat yang sesungguhnya dan dunia ….adalah…………..?”
“ Fatamorgana dan mainan hidup.”
“ Jangan biarkan mulut kita diam membisu kecuali berdzikir tapi gunakanlah mulut kita untuk ……………….?”
“ Dakwahkan agama kita.”
“ Assalamu ‘alaikum……wr wb.”
“ Wa ‘alaikumussalam wr wb……….
“Selamat mendakwahkan agama Allah dan rahmatNya pak Ahmad. Sampai jumpa di Surga…..kelak…………….dan bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW…!”
“ Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiin ….”

Patutkah pak Madun mendapatkan rahmat dariNya. Mungkinkah kita bisa menapaki jejak nya? Kita hidup di zaman yang sama dengannya. Makan minum yang sama dan bahkan matahari yang sama? Langit dan bulan bintang yang sama. Baju kain yang sama. Negeri yang sama. Presiden yang sama dengan dia. Tentunya kita bisa bahkan mungkin lebih baik daripada diapun kita bisa. Sekarang ini marilah kita tinjau diri kita sendiri sejauh mana beramal sholeh untuk persiapan kita ke negeri barzah. Sudahkah kita sholat dengan sebaik mungkin dan setepat waktu mungkin. Sudahkah kita mengetahui isi Al Qur’an dan berusaha menjalankannya. Sudahkah kita selalu ingat sholat dan masjid dimanapun kita berada dan kapanpun. Sudahkah anak isteri tetangga dan orang tua dan kekak-kakak adik-adik kita menjadi bahan pemikiran agar mereka juga bisa ke SurgaNya kelak setelah kematian datang menerkam mereka? Marilah kita ubah pola hidup dan pikir kita! Jangan tinggalkan dunia. Jangan remehkan akherat. Letakkan pikir akherat di atas pikir dunia, hukum akherat di atas hukum dunia, bisnis akherat di atas bisnis dunia, wajah akherat di atas wajah dunia, dahukukan kerja akherat daripada kerja dunia, dahulukan untung akherat daripada untung dunia, dahulukan kepentingan dan urusan akherat daripada urusan dunia, perbanyaklah ilmu akherat di atas ilmu dunia, agungkan iklmu akherat daripada ilmu dunia, pilihlah title akherat di atas title dunia, penghormatan akherat di atas penghormatan dunia, dahulukan keinginan akherat dariapada keinginan dunia.

Dengan semua rumusan itu, maka insya Allah kita akan siap menemui kematian kapan saja dan dimana saja kita berada. Dan kita pasti punya bekal cukup baik untuk menghadap DIA Yang Maha Perkasa dia atas segala yang paling perkasa dimanapun.

Kesimpulan kehidupan pak MAdun yang bisa kita ambil sebagai teladan yaitu :
1. Ta’at dan sabar dengan ibunya sejak dia kecil dan hingga setelah dia menikahdan bahkan hingga dia punya cucu.
2. Meskipun dia miskin namun tetap bersabar dan sholat dengan rajin dan diusahakan selalu di masjid selama 5 waktu.
3. Sabar dengan kemarahan isteri dan selalu membantu isteri dalam kerja-kerja rumah untuk meringankan kerja isterinya.
4. Tidak mengeluh dalam kehidupan ini dan banyak bersyukur kepadaNya.
5. Senang dengan pelajaran dan nasehat agama Islam.
6. Mau menuntut ilmu agama dengan menyisihkan sebagian harta dan waktunya untuk perkara agama.
7. Menebarkan salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenal dan kepada anak-anak.
8. Berusaha senyum kepada tetangga dan beramah tamah dengan mereka dan menjaga silaturahmi dengan tetangga. Memberikan sebagian rejeki untuk tetangganya.
9. Paling cepat mengunjungi tetangganya yang sakit atau terkena musibah.
10. Rajin azan manakala tidak ada marbotnya di masjidnya.
11. Ikhlas dengan semua kegiatan hidupnya baik susah maupun ketika bermasalah.