Friday, January 21, 2011 at 11:31 PM
1. KUBURANNYA DI AUSTRALIA
( Pelajar Yang Meninggal Tenggelam di Australia)


Setelah tiga bulan baru saya ketahui bahwa teman karib saya itu kehilangan buah hatinya yang diharapkan menjadi orang besar, orang kaya dan menjadi orang yang bisa mengangkat derajad orang tuanya. Itulah sebabnya ketika ada tawaran mengirimkan anaknya ke Australia melalui Pertukaran pelajar, maka segeralah dikirimnya anaknya yang berumur sekitar 15 tahun dan masih duduk di kelas 1 SMA. Dia pandai berbahasa Inggris dan begitu ta’at pada agama dan menurut pada orang tua. Pergaulannya selalu dengan anak-anak yang baik. Menjaga diri dari pergaulan yang tidak baik dan mengatur waktu dengan baik antara sholat bermain dan belajar. Membantu orang tua dalam pekerjaan rumahnya seperti bagaimana yang dikehendaki ayah ibunya. Adakah kira-kira anak sedemikian ta’at pada hari ini? Mungkinkah banyak anak yang bisa membagi waktu antara bermain sholat dan sekolahnya? Rupanya memang di mata orang tuanya dialah anak teladan panutan semua anak muda yang ingin disebut sebagai anak sholeh. Sholatnya tepat waktu dan hampir selalu di masjid berjama’ah. Lebih kurang 97% dikerjakan di masjid dengan berjama’ah. Namun rupanya kehidupan ini memang penuh misteri yang tiada banyak diketahui oleh manusia dan hanya sedikit saja manusia yang memahami. Apa yang segera terjadi bahkan kepada diri kita sendiri tiada yang tahu. Apalagi yang akan terjadi pada orang lain. Demikian pulalah yang berlaku kepada anak sahabat karib saya ini. Bulan diharapkan bersinar apa daya mendung yang datang sehingga kegelapan yang dia rasakan. Begitulah yang terjadi kepada anak muda ini. Setelah beberapa bulan berada di Australia dia lancar mengirimkan surat dan bahkan menelpon ayah ibunya kemudian juga menceritakan keadaan dirinya di sana. Teman-temannya yang menyenangkan dan kegiatan padat yang mendatangkan kesan dan pengalaman tersendiri bagi dirinya. Semua merupakan perkara indah dan menakjubkan yang harus diceritakan kepada ayahnya dan ibu serta saudara perempuan satu-satunya.

Perjalanan ke berbagai tempat dan kota membuatnya begitu kerasan di negeri Kangguru itu. Ayahnya hanya berpesan agar dia berhati-hati dan mengerjakan yang terbaik menurut ajaran Islam dan menjalankan program dengan sebaik-baiknya. Waktu berlalu dengan begitu cepat dan tanpa sadar kegiatan anaknya telah melampaui hampir enam bulan dan berita terakhir dari anaknya bahwa dia kemungkinan tidak bisa sering berkirim kabar lagi sebab kegiatan yang akan dikerjakan jauh dipedesaan dan dia tidak diperbolehkan menulis surat agar tidak mengganggu program “mendesa” itu. hatinya saja yang selalu berhubungan dengan orang tua. Untungnya ayah ibunya mengerti dan begitulah waktu terus menggerogoti siang dan malam. Malam memasuki siang dan siang menembus malam hari. Gelap menghilangkan terang dan terang ditelan gelap silih berganti. Tanpa sadar beberapa minggu sejak berita terakhir dari anaknya ayahnya sudah biasa tidak menerima surat ataupun telepon.

Tiada dinyana dan dikira berita dahsyat pada suatu hari yang luar biasa terjadi kepada anak ini, Lalu Freddy. Sewaktu mengadakan tour study di suatu kota dekat dengan pantai anak-anak muda di program pertukaran pelajar itu berenang di pantai. Ajal tanpa diduga. Nasib tanpa disangka. Mati tanpa diingini. Anak muda yang sholeh itu hilang dan telah dicari hingga beberapa hari akan tetapi hasil pencarian hanya nol belaka. Dan setelah tidak bisa diketemukan jasadnya, maka pihak Australia baru mengabarkan kejadian tragis ini kepada ayah anak muda ini. Anak yang menjadi harapan kedua orang tuanya telah hilang lenyap ditelan gelombang. Berita ini bagaikan WTC diserang pesawat atau sebagai tsunami datang ke Aceh. Maka serta merta teriakan sedih dan pedih tiada terkira menyerang ayah dan ibunya. Mereka menangis sejadi-jadinya tanpa bisa dibendung oleh siapapun. Runtuh semua harapan yang selama ini disandarkan pada anaknya itu. Bayangan anaknya menjadi direktur atau menejer atau orang besar telah sirna seketika itu saja. Terbayang wajah imut-imut baby face anaknya yang begitu patuh dan sholeh. Dia menjadi suatu istana dalam jiwa kedua orang tuanya. Mereka inginkan dia menjadi sebuah mahligai keluarga yang mengharumkan dinasti keluarganya yang selama ini mereka dambakan akan terujud tidak lama lagi. Dengan dikirimnya anak itu ke Australia maka sejenak lagi anak itu akan menjadi orang yang bisa mewujudkan dambaan keluarga mereka. Mereka tidak punya lagi harapan yang bisa mendatangkan kebahagiaan bagi keluarga mereka. Bagaikan sinar siang hilang di malam hari semuanya tiada bekas. Air mata tyelah tumpah dengan lenyapnya harapan pada anak yang pandai dan sholeh itu. Semua bayangan keindahan dan kebanggaan telah tidak bisa di raih lagi. Kemana mengadu? Kemana mengganti sandaran kebanggaan? Kemana mengganti harapan? Hendak kemana meniti lagi tangga asa dan puja yang pernah ada di kalbu dan mata mereka?

Mereka juga mengutuk Australia yang memberitakan berita ini setelah kejadian ini berlaku sepuluh hari. Dan akibatnya mereka tidak bisa berdo’a untuk menyelamatkan anaknya yang dikasihi luar biasa ini. Sekiranya dikabarkan lebih awal peristiwa itu mungkin saja mereka bisa berdoa dan mempunyai kesempatan untuk mengembalikan anaknya pada kehidupan atau juga mungkin saja anak itu diketemukan oleh temannya. Dan mungkin masih ada 1000 lagi kemungkinan yang bisa saja terjadi dengan do’a ibunya yang melahirkannya. Do’a ayahnya yang mencarikan rejeki untuknya. Mendidiknya agar menjadi orang besar. Seorang ayah yang memberikan motivasi luar biasa bagi anaknya agar menjadi direktur, PR atau bahkan sebagai Duta besar suatu hari karena kemampuan bahasa Inggrisnya yang bagus. Beberapa orang menghibur mereka dan menenangkan hati mereka agar bisa memahami bahwa semua itu adalah ujian dari Yang Maha Kuasa. Allah memberikan semua di dunia ini hanyalah sebagai titipan sesaat yang tidak boleh dicintai terlalu dalam dan terlalu keras sebab manakala dia diambil oleh yang mempunyainya, kita akan menjadi begitu sakit dan terluka. Apalagi jika sampai titipan itu diletakkan dalam hati dan ditempelkan ketat dengan paku cinta dan lem gila keterlaluan cinta, maka yang terjadi bisa sangat luar biasa sakitnya. Pedih tiada tara!

Telah banyak yang datang memberikan sejuta kata penuh makna dan elusan penuh kesejukan agar mereka tawakal melegakan hati mereka, nampaknya meskipun begitu banyak kata untuk menghibur mereka, tidak memberikan kesembuhan hati yang luka itu. Terutama ayah anak muda itu. Dialah yang begitu mendambakan kebanggaan dari anak lelaki satu-satunya itu. Bayangan dia bisa membatidakan anaknya ternyata telah pupus. Inilah perasaan yang sebenarnya tidak boleh terjadi pada dirinya. Sehingga manakala ada orang yang datang dan menanyakan tentang anaknya, maka tangisan yang meledak bagaikan gunung yang sudah lama akan meledakakkan magma. Sehingga orang yang tahu keadaan Bapak Lalu Freddy itu, maka mereka cenderung tidak menanyakan masalah itu. Mereka cenderung bertanya kepada isterinya yang lebih luas hatinya dan merasakan lebih pasrah dibandingkan ayah anak itu. akan tetapi tidaklah mungkin asap ditutup, akan keluar juga. Demikian rapatnya cara menutupi berita itu maka orang baru yang tadinya belum dengar akan selalu menanyakan keadaan anak itu. Setiap kali kata tanya tentang L Freddy maka seketika itu pulalah yang membuat ayah almarhum anak itu menjadi tegang dan nampak tersiksa bathinnya. Dia selalu menyalahkan keadaan.

Hari berganti hari kebaikan silih berganti berpacu dengan keburukan hati yang selalu berbolak balik kadang baik kadang tidak akhirnya menelusup dalam hati ayah anak yang hilang itu. Hal yang baik datang kepadanya sehingga menjadikan baik bagi keluarga itu. Adalah sejak saat itu ayah Lalu Freddy mulai senang sholat, padahal sebelumnya dia begitu mengagungkan kekuatan otak dan tenaga manusia. Kecerdasan jiwa, IQ kepintaran manusia dan kehidupan glamour dan seabreg simbol dunia moderen dipujanya dan ditransfer kepada anak lelaki satu-satunya yan akhirnya hilang itu. Dia menganggap bahwa semua di dunia yang dimiliki oleh manusia adalah hasil olah karya manusia dan kepandaiannya dan akalnya. Dia anggap bahwa tanpa otak dan pemikiran manusia maka dunia ini akan menjadi sesuatu yang tiada makna. Dialupa akan hati yang menjadi penyebab baik buruk perilaku manusia. Baik hatinya baik jasad dan gerakannya. Akhirnya dia agak bisa mengerti bahwa selama ini kemungkinan yang menyebabkan kematian anaknya adalah nasehat anaknya pada dirinya suatu siang ketika pulang sekolah. Ayahnya masih sibuk menyelesaikan tugas dari kantornya. Kemudian anak itu mengingatkan ayahnya agar sholat dan berdo’a kepada Allah SWT agar semua menjadi kebaikan bagi kita. Jangan sampai kerja terus dan tidak ingat sholat yang wajib sebagai manusia yang diciptakan untuk itu oleh Allah. Kita dan jin diciptakan olehNya untuk menyembah kepada pencipta manusia itu. Bukan menyembah dunia dan semua isinya.
“ Ayah…. sholat dulu..Yah. Supaya semua menjadi baik bagi kita……….”
“Yang sholat……., sholatlah …….toh akhirnya banyak masalah…selesai ….dengan otak kita. Banyak orang sholat dan mereka lebih banyak masalah yang bisa selesai.”
“Ayah ……tapi ……….sholat itu perkara tugas ….dan ….kewajiban ……….ayah.”
“Ya ayah paham itu. ..ngerti…bahkan pahala dan dosanya …paham……Tapi ini juga tugas dan kewajiban ayah………. Dari kantor ini…..yang nggaji ayah……….lebih besar mana….?”

Akhirnya anaknya tidak bisa membantah ayahnya. Dia hanya bisa berdoa agar ayahnya menjadi orang yang lebih paham tentang agama. Nampaknya inilah sebagian kesalahan kata-kata ayahnya bahwa semua bisa selesai dengan otak. Ternyata Australia yang dikatakan negeri maju dan modern dan menjadi idola sebagian manusia Indonesia tidak bisa mengangkat atau bahkan hanya menemukan anaknya yang hilang ditelan ombak lautan. Segala upaya yang mereka kerjakan ternyata tidak bisa menemukan kembali jasad anak yang hilang itu. dan mungkin telah begitu banyak orang–orang yang hilang dan tidak bisa diketemukan. Kemana kehebatan itu? Kemana otak manusia? Kemana akal manusia? Bukankah segala alat telah mereka buat? Dan segala bentuk model pola dan kerja tangan dan kaki untuk memudahkan kehidupan sudah mereka buat? Mereka mengatakan negeri maju hebat dan teladan bangsa lain? Akhirnya ayah Freddy mulai membaca Al Qur’an, mulai sholat dan mulai membuka makna Al Qur’an dalam bahasa Indonesia. Sehingga sedih dan duka lara mulai hilang dan juga sebagai pelampiasan kesedihannya dia menulis dan membaca apa saja. Entahlah hati orang tiada t\yang bisa tahu. Walau senyum terkulum bisa jadi hati berdendam. Walau bibir tersungging bisa pula hati tersinggung. Ini lebih baik. Sekalipun demikian rapi menata hatinya, banyak orang yang datang berkunjung nampaknya bisa membaca keadaan dan mereka datang ke rumahnya dan tidak banyak menanyakan keadaan anaknya atau hanya menyinggung saja kehilangannya. Sebab dia sendiri masih nampak membungkam masalah hilangnya anaknya di Australia. Nampak bahwa dia masih luka dengan keadaan itu sehingga kemungkinan kompensasi pada dirinya dengan membaca Al Qur’an dan mulai sholat dengan baik masih belum bisa menyembuhkan kedukaan akibat luka kehillangan.

Namun itu masih bisa kita katakan kompensasi yang sangat baik dibandingkan yang kadang dicontohkan di televisi. Manakala masalah datang menimpa, mereka minum mabuk dan bahkan yang paling sangat buruk dan terkutuknya adalah mereka mengajarkan bunuh diri. Dan ini seburuk-buruk perbuatan yang dikutuk oleh Allah. Ketika saya menemuinya di suatu Minggu setelah sholat Subuh, dengan senang hati mengetuk pintu dan menampakkan bahwa seolah tidak membawa masalah yang harus saya bicarakan dengan ayah Almarhum Lalu Freddy. Setelah saya uluk salam padanya.
“Oh, Budi….. wa a’laikumussalam….come in…..ayo masuk…. Duduk….duduk……tumben.”
“Thanks. ( Dia juga guru bahasa Inggris). Are you fine?“
“Fine thanks. Alhamdulillah. Saya sekarang ini rajin sholat. Baru saja say abaca berapa lembar sudah Al Qu’an kita ini….luar biasa..indah bahasanya…...setelah saya tahu artinya dalam bahasa Indonesianya…….Sudah 10 tahun lebih tidak sholat saya..tahu? Baca AL Qur’an juga mulai saya kerjakan lagi…setiap pagi….dzikir….saya…perbanyak….juga. Enaaak…rasanya lega di hati saya. Gimana bisnismu lancarkah? Banyak muridnya?”
“Alhamdulillah pak…hanya agak menurun. Maklum makin banyak turis maka makin banyak siswa kursus bahasa Inggris di tempat saya. Jika turis sepi Ya Allah agak kurang yang mau belajar bahasa Inggris. Untuk apa belajar bahasa Inggris tidak bisa dipakai kerja. Kata mereka begitu. Hotel saja sepi pak. Banyak yang bangkrut lagi. Besar / kecil.”
“ Yah jangan mundur dengan keadaan gitu kan?”
“ Tidak pak, maju terus dong …saya. Memang .. hidup …ini kan begitu. Bagus itu Pak sekarang rajin baca Al Qur’an dan amalan sholeh. Berarti banyak perkembangan dong Pak? Alhamdulillah. Kita ini makin tua Pak….jadi ….. makin mendekati kubur. Jadi apalah sisa umur kita ini. Maksimal 60 tahun,” kata saya mulai agak berani mengarah pada maksud kehidupan manusia di dunia. Dan tentunya ingin tahu anaknya yang hilan di Australia itu. Bagaimana cerita sebenarnya yang saya memang gak tahu betul.
“ Benar Bud itu. Memang kalau saya pikir selama ini, untuk apa saja umur saya yang puluhan tahun? Eropah sudah saya kunjungi. Amerika dan Australia. Mekah. Lantas apakah sebenarnya yang saya cari? Ujung-ujungnya sebentar lagi saya out dari dunia ini. Tul tidak? “ katanya memberi khotbah sama saya. Nampaknya hatinya mulai bagus.
“Persis Pak. Makanya kita harus saling tolong dalam kebaikan dan takwa. Saling ingatkan dan saling menasehatkan akan kebajikan. Sebab tidak ada yang kita cari di dunia ini! Kecuali menunggu kematian dan masa menunggu inilah kita harus selalu berbuat kebaikan dan semua amalan sholeh sesuai kemampuan maksimal kita. Dan amalan sholehn itu adalah ketentuan Allah yang membuat kita….. Kemudian nanti setelah mati yang datang tiba-tiba itu, kita akan ditanyakan perkara sholat, dzikir, zakat, umur muda, umur tua kita, ilmu kita dan harta dari mana dan untuk apa kita habiskan. Banyak pak.”

Dia mengangguk-angguk sambil menatap jauh ke depan. Hari masih pagi dan embun masih terasa diterpa dari luar pintu masuk ke dalam ruangan. Isterinya tidak nampak, anak perempuannya juga tidak nampak. Mungkin mereka masih tidur atau sedang sholat dan dzikir. Kemudian kami melanjutkan diskusi tentang maksud kehidupan kita di dunia yang fana dan hanya sekejap mata ini saja. Saya masih hati-hati sekali mendekati maksud saya sebenanrya. Saya ingin bisa menelusup hatinya tanpa luka lagi.
“Bud, kalau dulu saya malas sekali sholat. Hampir berapa belas tahun sudah saya tidak pernah sholat. Untung saja saya masih hidup. Saya masih ingat sewaktu di Ka’bah dulu. Begitu sedih dan terharunya melihat Ka’bah yang gagah dan penuh berkah itu. Hilang rasanya diri saya dan kesombongan otak saya. Dia berdiri perkasa dan penuh makna dengan menghancurkan pendapat ilmuwan yang mengatakan air hanya tersimpan di hutan dan di akar-akar tumbuhan, namun di Ka’bah Allah tampakkan kehebatanNya dengan mengeluarkan air yang segar dan memelihara kesehatan kita dari bawah batu Ka’bah yang perkasa gagah itu. Dan air zamzam yang tidak perlu dimasak namun menyehatkan bahkan menyembuhkan segala penyakit yang diderita oleh manusia. Sebab dia tergantung kepada yang meminumnya. “ kata-katanya seperti peluru yang lepas dari senapan mesin. “Hebat luar biasa air zamzam itu Bud..tiada taranya.”
“Wah benar sekali Pak. Bapak sekarang tidak kayak dahulu. Mirip Zainuddin MZ.”
“Kenapa memangnya? Tambah pintar saya ya?” gayanya bertanya tetap saja.
“ Saya lihat begitu Pak. Dulu sih sedikit-sedikit cerita Amerika, Eropah, Australia, Jepang, Hongkonglah. Padahal negeri-negeri itu negeri negeri orang buta akherat dan kematian. Dan mereka pemuja dunia tanpa paham makna kehidupan sejatinya. ”
“ Alhamdulillah. Ternyata semua ini hanyalah fata morgana. Permainan yang penuh tipu daya. Gak ada yang perlu dipegang erat dunia ini. Datang hilang silih berganti kan?”
wah rupanya sudah waktunya saya tanya tentang anaknya yang hilang nih pikir saya…….

“Maaf Pak. Omong-omong….” Dia nampak kaget dengan kalimat saya yang memotong pembicaraannya itu. Saya mulai agak ragu akan meneruskan atau tidak. Karena saya akan bertanya tentang anaknya yang hilang di Australia itu. Saya berpikir apakah saya lanjutkan bertanya atau tidak. Tidak atau lanjutkan. Akhirnya karena saya memang ingin recek dan meyakinkann benarkah dia begitu terpukul dengan hilangnya anaknya itu atau tidak. Malah yang lebih berat lagi saya dengar bahwa dia agak tidak waras jika ingat anaknya. Sehingga dia berusaha menutupi dari semua pembicaraan yang berhubungan dengan anaknya itu. Dia nampak sepi. Menunggu apa yang akan saya katakana sejenak.
“Saya minta maaf ini pak. Sebab baru kemarin malam saya dengar kesedihan Bapak selama ini tentang si .…… sholeh itu….sapa itu namanya…si…..Lalu……em….Freddy…..? Betulkah dia………” belum selesai saya ungkapkan tiba-tiba dia memotong pembicaraan saya yang bermaksud menyampaikan lebih jauh tentang anaknya itu.
“Tidak..sekali kali… tidak dan ….jangan…. jangan….. lagi….kamu bicarakan itu……..! Saya tidak kuat lagi…..! Tidak kuat lagi…..jangan ada lagi orang bertanya tentang dia. Dialah satu-satunya yang saya harapkan sebagai penerus saya dan generasi saya dimasa depan.
Saya sudah cukup menderita dengan berita itu. Jangan kamu tanyakan lagi…dan tidak boleh ada orang lainpun bertanya lagi kepada saya. Cukup dan cukup sudah smapai di sini…….hu..hu…hu…..tidak…cukup sudah……hu hu hu….” Tangisanya memilukan dan bathin saya ikut duka. Say dekati dan saya peluk dia. Badannya yang gemuk tidak penuh dalam rengkuhan saya. Pantas saja orang tidak berani lagi bertanya tentang anaknya agak lebih detail lagi. Dan dia…. juga semenjak peristiwa anaknya itu tidak diberikan jam mengajar. Karena masih trauma dan menyisakan kusut masai wajah dan hatinya. Saya biarkan aja dia menghabiskan kata-katanya yang mengandung kepedihan dan harapan hampa yang tiada berasa lagi. Ditumpahkannya air matanya dipangkuan saya. Saya senang mendengarkannya. Saya rela menerima air matanya. Saya biarkan habis semua yang ingin ditumpahkannya oleh kedua matanya itu. dia terus mengguguk nestapa lara.

“Dia …begitu baik ….dan cerdas ….dan dialah…anak …..yang….. bisa saya harapkan meneruskan cita-cita …saya untuk menjadi orang besar….. dengan saya kelak akan sekolahkan dia ke luar negeri…harapan saya dia bisa pulang dengan title yang baik ….dan kerja di perusahaan besar dan suatu hari bisa ………menjadi direktur Bank atau di kedutaan…….jadi orang terhormat….. Begitu banyak harapan saya inginkan dari anak saya itu Bud…tapi semuanya hancur…hancur dan musnah tiada berbekas lagi………hilang musnah tanpa tersisa… Bud….. Hu..hu..hu..hu..hu…Banyak orang mungkin mencibirkan saya. Terutama yang anaknya dulu bersaingan dengan cerdasnya anak saya, dan entahlah berapa persen yang ikut sedih dengan kehilangan anak saya itu…lebih banyak yang mencela saya Bud….mengejek saya Bud……mereka hina saya…mereka merasa menang.”

Saya masih diam. Menunggu saat tepat masuk ke topik. Mata saya memandang dengan kasih sayang dan perasaan empatik yang mendalam lubuk hati pada teman karib saya ini.
“B..u..d..i …….kamu datang juga sama dengan mereka? Mengungkit luka-luka lama saya di hati saya yang paling dalam……yang sudah saya kubur menjadi onggokan arang? Bahkan sudah saya simpan di lubuk saya paling dalam…..dan tidak ingin ada orang lain yang bertanya lagi…….cukuplah dia saja…. yang hilang…..jangan sampai……. kebahagiaan kami juga…….hilang dengan……..pertanyaan-pertanyaan itu lagi…please..saya mohon.., Bud…hentikan kalimat itu lagi..”
Akhirnya dengan sedikit berani dan penuh kasih sayang saya menjelaskan kepada Bapak Freddy akan makna kejadian yang menimpa keluarganya. Bukanlah merupakan musibah namun hakekatnya adalah berkah dan rahmat dari Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.
“ Pak….kita… hidup dengan manusia,” sambil tangan saya mengelus-elus pundaknya, saya lebih merapat ke lengannya dan memegang bagian belakang punggungnya dengan selembut mungkin dan penuh hati-hati.
“ Kita tidak mungkin lepas dari masalah dan derita dan juga bahagia…. Orang lain yang bertanya tentang kehidupan kita ….itu tentu..…orang yang care…… dengan kita. Mereka perhatian penuh terhadap….. kita. Dan mananakala kita sembunyikan masalah ……kita dari manusia toh tetap mereka… akan bertanya………………..” saya melihat reaksinya. Dia diam sambil sesenggukan. Matanya menatap ke bawah meja ruang tamu itu. Diam beku.
“ Kemanapun Bapak ………dan kapanpun Bapak ……….berada… dengan siapapun….Bapak berada………….., maka suatu ketika akan ada lagi pertanyaan serupa dengan pertanyaan saya itu. Kecuali mereka tidak tahu dan sudah lupa …….dengan anak Bapak yang sholeh itu………….anak yang bagus tanpa pernah membuat keburukan pada orang tua………..…”
Dia menoleh dengan gembira ketika saya ucapkan sholeh. Sebab memang saya tahu akan amalan anak Bapak ini. Bahkan pernah saya berbincang dengan anak ini dan dia bercerita ingin sekali kelak menjadi Insinyur atau Direktur atau Pilot entahlah pokoknya sesuai dengan kemauan ayahnya menjadi orang besar, namun beriman dan beramal sholeh. Sehingga kelak bisa bertanggung jawab akan kehidupan yang telah dilaluinya. Dia juga bahkan ingin sekali hafal Al-Qur’an sebab dia mendengar bahwa orang yang hafal Al Qur’an itu tinggi derajadnya di sisiNya. Dia ingin sekali itu terjadi pada dirinya. Saya terus melanjutkan pembicaraan dengan ayahnya.
“Jadi pak …..yang paling baik….. adalah kita renungkan….. makna hilangnya………anak Bapak……. itu. BAIK atau TIDAK bagi dia. Sebab kematian itu pak ada 2 saja! Jika tidak HUSNUL KHOTIMAH ya SU’UL KHOTIMAH……..! Sekarang kira-kira…. si Freddy………… itu gimana….. Pak? Kalau…. tidak baik kematiannya mari kita nangis bersama….. dan….saya….juga turut……berduka..cita. Namun sebaliknya……jika kematiannya baik dan husnul khotimah………., mari kita nangis juga……. tapi untuk diri kita…….…bisakah kita mati seperti……… dia? Dia Husnul Khotimah Pak! Freddy itu pak anak paham…., anak yang sholeh…. dan baik…….., tidak kenal pacaran….. dan selalu ta’at pada ayah ibunya dan dia masih kecil…..sekali. Umur 15 tahun dengan cita-cita yang luhur serta tenggelam….. itu sudah cukup sebagai tanda…. Dia….. Husnul Khotimah pak! “ tangan saya terus mengelus pundaknya. Tangisannya mulai agak reda dan lega rasanya.
“Nabi pernah bersabda bahwa orang yang meninggal dunia tenggelam, kejatuhan bangunan, sakit kolera, kena wabah, perang membela agama Allah, melahirkan, kecelakaan saat akan menuntut ilmu agama dan menjalankan silaturahmi pokoknya di jalan Allah, mati membela hartanya dan keluarga pribadi adalah orang-orang yang Husnul Khotimah. Lantas kenapa kita terus bersedih dan malahan tidak bergembira pak? Ini kan suatu kesalahan fatal Pak. Yang ditangisi dan disedihkan sebenarnya bahagia gembira ria, malah yang belum tentu Husnul Khotimah tidak bersedih hati dan tidak merasa cemas akan keadaan dirinya. Contoh lain Pak. Ada orang yang menangisi ‘ulama besar yang wafat, namun dia sendiri tidak bertambah amalan sholehnya. Yang ditangisi sedag bersenang-senang di Surga malah yang menangisi tidakpernah tahu kemana akan perginya setelah matinya. “ sahabat karib saya itu nampak paham dengan penjelasan saya itu. Dia kemudian memandang saya dengan penuh harapan dan cita. Dia terus menatap saya dengan asa.
“ Baiklah Bud…terima kasih…mungkin saya salah selama ini….sebagian oranbg mengatakan saya gila…saya membuat mereka salah sangka. Terus apa yang harus saya kerjakan selanjutnya…? Nampaknya hampir semua teman sekarang mulai menganggap saya gila. Padahal saya hanya tidak mau mereka bertanya lagi dan lagi tentang si Freddy.“ katanya sedih namun ada kebaikan dari tutur kata-katanya.
“ Biasa itu pak….manusia Indonesia memang lebih banyak yang buruk sangka pada manusi lainnya dari pada baik sangka pak…... Begini saja…… Pak. Biar masalah itu tetap mengalir dan terima semua dengan husnuzon, baik sangka saja…….. Kelak akan datang masa yang kita harapkan…..….yakni orang-orang…… akan merasa bahagia dengan berita kematian anak Bapak itu……….Dan….mereka….mengirikan……karena… tahu akan makna kebenaran. Jadi jangan sedih dan takut pak……jangan cemas dan hilang asa…...dariNya. Marilah kita Persiapkan diri kita untuk menuju kematian yang Husnul Khotimah itu. Bapak harus bersyukur kepada Allah karena diberikan anak yang sholeh dan meninggal Husnul Khotimah. Banyak hari ini anak yang mati dalam keadaan buruk dan tercela di langit dan tercela di bumi. Dikutuk orang tuanya dan masyarakatnya……mereka tidak mengenal siapa dirinya dan untuk apa hidupnya. Siapa yang mereka harus puja……dan puji? Ada juga yang sebaliknya….. dahulu sewaktu masih hidup dia menjadi kebanggaan dan pujian manusia, penduduk…. di bumi, namun ternyata dia dibenci oleh penduduk langit……pak. Mereka tidak beramal sholeh …….karena memang mereka tidak tahu…. Dan… tidak punya iman pak……..! Sekarang bagaimana diri kita bisa menjadi harum……..menjadi buah bibir dan dibatidakan di langit ketimbang penduduk dunia bangga sama kita. Kalau bisa dua-duanya…..dibatidakan di langit dan dibatidakan di bumi……OKEY?” kata saya menambah semangatnya dalam menghadapi kehidupan ini.
Dia mengangguk. Air mukanya telah berubah dari tertekan menjadi terkesan bahagia.
“ Yah kalau bisa ngetop dua-dua nya di bumi dan di langit Bud. “
“Syukur kalau bisa Pak. Amin..amin…amiiin…….” Dia hanya mengangguk dengan pandangan mata yang lega penuh berjutamakna di untuk masa di depannya.

Sejak saat itulah dia begitu senang dengan kehidupan ini. Dan kami sering saling menasehatkan dalam perkara beramal saleh. Bahkan ternyata beberapa minggu kemudian saya dengar dia diangkat menjadi Kepala Sekolah sebuah SMA di Lombok Tengah dan dia juga berhasil dalam memimpin sekolah. Terutama perkara IMAN dan Takwa siswanya dan guru-gurunya. Sekolahnya juga terkesan bersih dan rapi menjadi teladan sekolah di sekitarnya. Anak-anak didiknya harus bisa baca Al Qur’an. Semua orang tua anak-anak itu dipanggil dan dibebankan agar anak-anak mereka ngaji dan bsia baca AL Qur’an dan jika tidak bisa baca Al Qu’an maka tidak diluluskan dalam EBNTANAS. Daam hal itu sekolah juga menyediakan guru ngaji yang stand by di sekolahnya untuk anak-anak itu. Alhamdulillah habis susah datanglah kegembiraan. Habis penderitaan datanglah kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT. Setelah musibah datanglah berkah dan rahmah dari Yang Maha Ramah dengan semua ciptaaanNya.

Kesimpulana dari perjalanan kehidupan L Freddy yang bisa kita ambil teledannya yakni Dia selalu sholat berjamaah di masjid, Ta’at pada orang tua, Meninggal tenggelam, Usia muda dalam ta’at padaNya, Bercita-cita untuk menjadi orang yang beriman di masa depan, Tidak mau pacaran atau kehidupan gelap masa kini. Bercita-cita luhur.


Kejadian yang serupa dialami pula oleh dua orang dosen yang masih relatif muda dan mereka mempunyai anak 3 orang, semuanya gemuk dan sehat-sehat dan semuanya mempunyai kepandaian yang bisa dibatidakan oleh kedua orang tuanya. Rangking 1 dan rangking 3. Gita,Galuh dan Galih merupakan anak-anak yang tidak sepatutnya sakit atau apalagi ada di antara mereka yang hilang, meninggal dunia dengan begitu cepat tanpa bisa memberikan kesempatan kedua orang tuanya untuk menikmati cita-cita luhur mereka.

Kehidupan yang bahagia diselang kehidupan mereka yang makmur dengan kelimpahan cukup harta dan sendau gurau yang manis dalam keluarga mereka. Galuh termasuk anak yang sangat langka bisa ditemukan hari ini. Mungkin bilamana ada maka adanya hanya di sinetron yang direkayasa atau dalam 1000 mungkin hanyalah 1 saja yang bisa seperti Galuh. Kehidupan anak yang murni suci dan dijauhkan dari keribetan kehidupan anak masa kini yang senang dengan kemewahan, hura-hura kemanjaan, main-main, dan kehidupan anak yang penuh dengan tuntutan yang membingungkan orang tua mereka. Bukan anak yang bertipe mata HP, mata duit, mata Mall dan mata kemewahan lainnya. Namun dia benar-benar naak yang berbudi luhur, sayang orang tua, mengerti keadaan orang tua, memahami kesulitan orang tua, memahami makna hidup dan harus bagaimana berbuat terhadap orang tua, menyenangkan hati orang tua, membahagiaakan hati orang tua, membatidakan hati orang tuanya, mendatangkan pujian orang terhadap orang tua yang memilikinya, menjadikan orang lain senang bergaul dengannya, bangga bergaul dengannya, menjadikan orang lain iri hati ingin agar anaknya mau bergaul dengannya, menjadikan orang lain mencontohkan pada anak-anak mereka akan sifat diri Galuh, dia yang montok dan manis penuh senyuman pengertian dan kasih sayang yang tinggi akan nasib kehidupan orang lain. Umurnya yang hanya 10 tahun membuat dirinya dikagumi orang lain yang mengetahui keseharian dan sepak terjang tutur katanya dalam kehidupannya.

Fakir miskin di sekitar rumahnya hampir semuanya mengetahuin siapakah Galuh. Dialah anak yang montok menggemaskan yang senang menegur mereka ketika dia lewat di depan rumah mereka atau mereka lewat depan rumahnya ataupun mereka berpapasan dengannya. Dengan senyuman dan salamu ‘alaikum yang selalu mereka kenang selama mereka nhidup. Karena di lingkungan kampungnya hanyalah dia anak kecil yang mempunyai pikiran dewasa dan harus menjadikan orang dewasa mengoreksi amalan pribadinya karena tutur katanya yang mengandung makna itu. Bagaimana tidak demikian adanya? Di pagi hari orang sedang tidur sementara azan Subuh telah berkumandang dan hampir habis sementara ayam berkokok bersahut-sahutan dengan bahagianya, kebanyakan orang dewasa tidur karena bola yang tadi malam ditonton oleh mereka, dialah yang membangunkan orang tuanya untuk sholat Subuh agar jangan terlambat waktunya. Dan ayahnya diperintahkan olehnya untuk jangan sholat dalam rumahnya, dia harus sholat di masjid di rumah Allah. Semua dalam rumah itu dibangunkan agar tidak terlewatkan waktu sholat Subuh. Ayahnya kadang kala juga sedikit jengkel manakala kantuk masih menyerangnya kemudian dia dengan senyuman khas dan suaranya yang periang itu datang membangunkannya untuk urusan sholat dan pergi ke masjid. Ibunya orang yang paling mengerti gaya bahasa anaknya, Galuh, dia juga senyum dan kemudian mengerdipkan mata dan mulai bangun dari tempat tidur dan berusaha untuk menuju kamar mandi dan mengambil air wudu dan bersama sholat Subuh dengan adik-dan kakaknya.

Dialah Galuh si kecil lucu yang periang penuh ajaran mulia. Di sekolahnya dia dikenal oleh teman-temannya sebagai si ringan tangan dan si periang. Dermawati boleh dikatakan demikian. Hatinya selalu terpaut kepada anak-anak yatim piatu dan anak-anak fakir miskin. Dia mencatat jumlahnya dan kemudian memberikan catatan itu kepada ibunya agar setiap bulannya diberikan oleh kedua orang tuanya pakaian atau makanan atau juga membayarkan buku-buku untuk mereka. Dan hebatnya juga kedua orang tuanya selalu berusaha menuruti ajakan mulia anaknya sesuai dengan keuangan yang ada pada mereka. Kadangkala dibawanya anak-anak miskin itu ke rumahnya untuk dijamu makan dan minum dengan baik. Dan tentunya ibunya sudah siap dengan acara memberi makan fakir miskin itu. Menjamu mereka dengan makanan dan minuman yang enak dan kue yang kemungkinan di rumah mereka, anak-anak miskin itu tidak pernah memakannya atau jarang makan kue seperti itu. mereka gembira dan Galuh tertawa riang dan hatinya berbunga bunga. Dialah Galuh yang penuh kegundahan akan keadaan mereka yang miskin. Kemudian anak-anak miskin temannya itu juga diberitahukan agar mereka mengaji jika belum bisa membaca Al Qur’an dan mereka harus belajar dengan giat agar kelak menjadi orang yang pandai dan saleh. Mereka kemudian diberi buku-buku tulis kosong untuk mereka sekolah dan kadangkala pakaian yang telah disiapkan oleh kedua orang tuanya yang sungguh sangat senang dengan kegiatan anaknya yang luar biasa itu. perhatiannya kepada fakir miskin sungguh luar biasa. Tidak rugi benar mereka tinggal di lingkungan yang termasuk banyak orang miskinnya. Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan mereka. Harta mereka bermanfaat betul. Anak-anak dan diri mereka menjadi bermakna dengan kelahiran anaknya Galuh yang dermawati itu. dan ini merupkana pelajaran amat besar bagi kedua saudara Galuh. Mata mereka selalu melihat bagaimana adiknya bagi Gita dan kakaknya bagi Galih, sibuk dalam memikirkan keadaan orang miskin di sekitar rumah mereka. Sibuk memberikan makan dan pakaian dan kemudian juga mendata rumah keluarga miskin dengan jalan-jalan keliling membawa pulpen dan buku untuk kemudian memberikan datadata itu pada kedua orang tuanya agar menyiapkan baju dan sarung untuk lebaran. Sekaligus juga zakat fitrah bagi mereka. Dialah yang keliling membagi-bagikan sarung untuk orang-orang miskin di lingkungan rumahnya.

Dialah yang membawakan sarung-sarung itu dengan senyuman dan kebanggaan yang tidak mungkin didapati pada anak kecil seumurnya lainnya. Ini adalah pekerjaan orang dewasa dan para dermawan dewasa. Inilah pikir presiden petinggi Negara. Ini adalah pikir para menteri Negara. Ini adalah pikir para DPR dan MPR. Ini adalah pikir dan risau orang kaya pengusaha. Inilah pikir para ‘ulama dan lurah desa dan orang kaya di sekitar lingkungan kumuh kaum miskin yang hari-hari mereka lihat keadaan mereka. Bukan pikir anak kecil!!! Ini pikir anak dewasa yang kecil. Namun ayannya merasa senang dan bahagia saja dengan keadaan anaknya meskipun kadang juga agak ribet dibuatnya rumah mereka karena kehadiran anak-anak miskin yang harus dijamu oleh anaknya si Galuh. Dan kekaguman msyarakat melihat tangan kecil montok membawakan sarung kepada mereka menjadikan sesuatu yang luar biasa indahnya di mata mereka. Mereka berterima kasih dan berdo’a dan memandangnya hingga keluar halaman rumah mereka dengan senyuman bangga dan terharu dan penuh harap semoga ada anak mereka yang bisa seperti Galuh. Dia yang dermawati. Dia yang ramah. Dia yang tanpa jijik memegang tangan mereka yang miskin untuk berjabatangan dan bertegur sapa. Dia yang tiada palsu memandang mereka yang miskin untuk dijadikan sebagai temannya bermain. Mereka dipandang dengan senyuman manis dan murni tanpa dosa. Setelah hilang dari pandangan mereka barulah mereka masuk rumah sambil masuk dengan harapan dan pemikiran untuk anak-anak mereka ada yang mengikuti jejaknya. Rumah yang satu dengan lainnya merupakan rumah yang menjadi jarahan kaki montoknya. Tetangga mereka dimasuki satu persatu untuk diberikan sarung atau pakaian layak pakai dan makanan enak dan sayuran yang memang dimasakkan lebih untuk mereka agar mereka bisa merasakan masakan Jawa yang manis dan penuh santan dan mereka bisa berbagi bahagia dan kenikmatan dariNya.

Galuh disayangi guru dan teman dan orang tuanya dan tetangga-tetangganya dan bahkan anak-anak dari desa lain yang mendengar kegiatan Galuh di sekolahnya menjadi senang dan memanggil-panggilnya dengan indah dan penuh harapan jadi sahabatnya.
“ Galuh…! Hello Galuh…!”
demikian terkenalnya anak ini di sekolah dan lingkungan rumahnya sendiri sehingga manakala sakit dapat dibayangkan apa yang terjadi. Begitu banyak orang datang silih berganti menjenguknya dan mendo’akannya. Mereka berharap anak gadis kecil yang periang dan dermawati itu bisa sehat kembali dan membagi senyumnya kepada mereka. Tegur sapa salamnya. Jabatan tangannya yang erat dan ikhlas tanpa sak wasangka dan perasaan hati yang menghinakan orang ain. Hangat dan erat sampai masuk dalam daging darah dan urat-urat.

Sakitnya semakin serius dan malang benar ayahnya sedang ada pertemuan penting di Jakarta urusan dinas kantornya. Dia hanya ditemani oleh tetangga dan teman-temannya dan ibunya yang dengan setia menjaganya dengan air mata dan do’a kepadaNya agar senantiasa gadis berbudi yang sulit didapati di era kini ini segera sembuh dan kemudian bisa bermain lagi. Berkeliling tetangga lagi dan menjadikan ramainya rumah mereka lagi dengan kegiatan amaliah rohani. Tetangganya juga banyak yang menangis melihat betapa lemahnya badannya karena penyakit yang menyerangnya itu. Penyakit demam berdarah. Dengan berbagai ragam upaya akhirnya berangsur pulihlah keadaan Galuh dengan cerianya dia menyatakan dirinya membaik dan ingin pulang dari Rumah Sehat Umum Mataram. Ayahnya masih di Jakarta dan kini sedang bergerak ke Bandung dan besuk pagi baru akan datang kembali ke Mataram. Ternyata karena dalam waktulah yang mempertemukan manusia dan waktu pulalah yang akan akhirnya memisahkan mereka juga. Malang tidak diharap datang dan sial tidak diharap ada. Namun takdir juga yang akan menjadi penentu kisah manusia di dunia ini. Ketika ayahnya menelpon anaknya, ayahnya sedang di airport Juanda Surabaya. Dia segera terbang pukul 09:00 dan tiba di Mataram kurang lebih setelah terbang selama 1 jam lebih kurang.
Pembantunya di rumah sangat senang dan terharu dengan keadaan anak ini. Karena dialah yang sering bertanya akan keadaan kesehatannya dan keadaan dirinya. Apakah dirinya membutuhkan pijit? Dan dai pulalah yang sibuk berseterika pakaian ibunya yang tentunya tidak mungkin bisa dengan keadaan diri dan pakaian ibunya yang cukup besar dan panjang itu. Ibunya membayangkan betapa setia dan penuh pengertian anaknya yang kedua ini. Dia membantu ibunya melipat pakaian yang sudah kering, membersihkan kamar mandi dan mengingatkan sholat kedua ayah ibunya, kakak adiknya dan kemudian juga begitu mandiri dengan sifatnya dan sikapnya terhadap orang lain. Namun kini anak itu kembali harus berbaring di Rumah Sehat dengan tanpa kehadiran ayahnya. Nampaknya keadaan yang mendadak semakin kritis itu membuat orang yang ada di sekitar dirinya berpikir yang tidak –tidak meskipun pada akhirnya mereka benar adanya. Badannya semakin panas dan lemah.
“Ma..temani aku ma..”
“Iya sayang….mama di sini. Jangan takut ya…mama di sini…nih dekatmu ini…” dipeluknya anaknya yanmg telah meninggalkan banyak kenangan manis lucu menggemaskan dan mengirikan akan kebaikan mengharukan dan segudang keadaan yang sulit dikatakan dan diuraikan. Berbudi luhur nan agung. Inilah yang membuat ibunya tidak bisa membendung air mata yanbg terus mengalir tanpa bisa ditahannya.
“ Berdo’a …ya …sayang…Allah akan tolong kamu..Kamu anak yang baik…..segera sembuh kok ya..?” hatinya teriris melihat anaknya. Benarkah anaknya akan sembuh atau sebaliknya..? dia hanya bisa pasrah kepada Yang Maha Pencipta. Ayahnya sedang terbang….semoga dia bisa melihat keadaan anaknya, hanya DIA yang mengatur segala perjalanan manusia. Tanpa pernah diduga dan diharapkan sesuai kehendak manusia kadangkala bahkan sebaliknya harus terjadi pada mereka. Demikian pulalah mereka hari ini berharap agar kebaikan yang sesuai dengan hatinya namun kehendakNya adalah sebaliknya.
“Sayang..sabar ya..ayah akan datang segera…. ”
“Ma..saya dingin ma..peluk….saya ….ma…” tangannya menggigil memegang tangan ibunya.
“ Ma…salam sama…teman-teman ma..guru Galuh…pak Dirman. Pak Bakar ..bi Rumnah…..bi Rusnah …dan ….teman-teman ngaji Galuh ma..salamkan sama mereka ma…ya? Galuh kan pulang ma…”
“Jangan bicara gitu sayang..mama sayang sama Galuh..Galuh anak yang paling baik di dunia…..mama maafkan apa saja dosa Galuh sama mama…mama juga minta mmaaf kalau selama ini slah sama Galuh…”
“Ma…salam sama ayah….Galuh suka bangunin ayah waktu ayah sedang tidur ma..sampaikan salam saya ma ya..? mama sayang sama Galuh..?”
“Ya dong sayang..sekali sama Galuh tuh kak Gita juga sama adik Galih semua sih sayang sama Galuh..teman-teman Galuh juga sayang semua sama Galuh..guru-guru Galuh juga demikian…mereka belum datang…karena belum tahu Galuh ada di Rumah Sehat ini lagi….kemarin Galuh udah sehat kan..? “
“ Ma….Galuh jalan..di jalan panjang ma…..indahnya ma…ma…ma…Galuh diajak pergi ma……”
“Sayang.. sebut Allah sayang…mama sayang sama Galuh…”
“Ma…..Galuh….. pergi Ma….ma……..” akhirnya pergilah gadis dermawati itu kepada Allah…inna lillahi wa inna ialihi roji’un………”
“ Galuh…………………………….selamat…………jalan………………………..sayang………..mama… rido.. sama… kamu sayaaaaaaaaaaaang………………………………………….selamat jalan sayang……………………………do’a…mama menyertaimu…….sayang…….” semua menangisi si Sibuk Dermawati itu.
Ayahnya baru saja landing dan setelah mengambil barang-barangnya segera keluar mencari mobilnya dia tidak melihatnya. Hatinya bagaikan dihantamkan keluar angkasa sendirian dan bersak wasangka terhadap anaknya Galuh yang sedang berbaring di Rumah Sehat itu. Dia bagaikan balon kosong yang digelindingkan di alan raya dan ditiup oleh angina kakinya tidak kuasa lagi diajak berjalan jautuhlah dia dan kegelapan menerpa dirinya. Ketika terbangun dia dapati dirinya sudah di IGD dan persis didekat kamar tidur anaknya yang sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Dia kemudian bergegas bangun dan didapatinya orang banyak mengerumuni diri dan sebagian melihat keadaan anaknya yang sudah ditutup kain panjang. Dia telah tiada di dunia ini.
“ Mas…..Galuh mas…” dipeluknya suaminyadengan keras.
“ Dimana aku dik?”
“Rumah Sehat mas di Mataram. Mas sudah sehat..? mas tadi katanya pingsan. ”
“ Iya dik…Dia telah pergi dik? Kekasihku? Sayangku? Galuhku? Harapanku?” dia bangun dan mendekati tempat tidur anaknya yang sudah nampak bagaikan orang tidur dengan wajah berseri cantik indah sekali.
Isterinya menganggukkan kepala lemah. Dia pegang pundak suaminya dan menatap tajam mata suaminya.
“ Dik…saya rido dik…biarkan Allah yang mengambilnya. DIA yang punya dik…DIA yang punya…….. Hu..hu..hu…“ tangisnya meledak mendesak desak dadanya…… biarkanlah DIA yang mengambilnya dik….”
“Yam as saya sudah bahagia mas..dia anak yang baik sekali…banyak pelajaran untuk kita tiru mas…darinya…dia telah pergi selamanya dan menanti kita di sana..mas..Sabar mas……ya..dia kirim salam….mas….” nada suara isterinya yang menyayat hati bagaikan pedang tajam membelah dadanya.
“ Dik…biarkan kupeluk Galuh sekali lagi dik..” isterinya menganggukkan kepala. Mengelus punggung suaminya dengan halus. Semua orang yang di ruangan itu menahan sedih dengan kenangan masing-masing. Tak banyak yang tahu sepak terjang Galuh semasa hidupnya kecuali beberapa orang saja di ruangan ini. Mereka adalah Om dan Tantenya dan adik kakaknya dan seorang pembantunya. Tidak ada teman-temannya yang tahu. Tak pula tetangganya. Tak pula guru-gurunya. Seemuanya diselimurkan dan tidak boleh banyak air mata dalam mati bahagia ini. Dia masih kecil, 10 tahun yang suci murni. Penuh dedikasih dan amaliah Islami. Dia tidak membutuhkan banyak air mata. Biarlah mereka simpan semua kenangan indah tak terperi itu di hati mereka yang pernah mengetahui keadaan dan sifat anak ini.
Kenangan indah nan panjang..……….penuh kasih sayang sejati….Galuh telah pergi bersama malaekatNya. Mengahadap Sang Maha Pencipta yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan Yang Maha Esa…Maha Guru seluruh alam semesta raya yang diciptakan untuk Jin dan Manusia dan seluruh makhluk semuanya untuk keperluan hambaNya yang telah diciptakanNya.

Setelah penguburan ayahnya merasa seolah hatinya ikut terkubur…kenapa dan kenapa ketika dia ditilpun anaknya sejak awal sakit kemarin lusa tidak segera pulang. Sehingga bisa bertemu dan bertatap muka dengannya. Mendengar kata-kata terakhirnya. Memeluknya terakhir masa. Membaur dan melebur dengan kasih sanaknya yang suci murni dalam bimbinganNya. Kenapa tidak segera pulang saya? Hatinya terus menyalahkan dirinya. Indah dan mengesankan kenangan namun pedih dirasakan oleh ayahnya. Dia mulai mencari jawaban apa atas musibah ini. Mungkinkah yang saya cari selama ini untuk anaknya? Bukan untuk harga dirinya? Bukan pujian manusia akan dirinya? Anaknya mengingatkan sholatnya yang kadang lalai. Namun karirnya kantornya temannya atasannya mahasiswanya rektornya satpamnya dan teman dosen lainnya tidak sama sekali risau dengan apa yang dirisaukan oleh anaknya. Namun kenapa saat kritis kemarin yang terjadi pada anaknya dia tidak mementingkan pulang menemui anaknya? Yang sering menasehatkan dirinya akan perkara yang bisa mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan dunia akherat, malah diremehkan panggilannya. Tidak………….tidak..itu kesalahan besarku…. Kesalahan kantorku…….kesalahan sistim duniaku…mereka sering meremehkan ini…..membesarkan kecilnya dunia….
Akhirnya menangislah dia di dekat pusara anaknya..di malam yang gelap gulita…….ditemani oleh seorang ustaz yang selalu menemaninya saat diskusi panjang tentang kehidupan manusia yang sering dipandang salah oleh mereka. Bahkan oleh dirinya dulu sebelum dia banyak diskusi dengan ustaznya. Dia ingatkan akan betapa para Nabi juga mengalami keadaan yang bahkan lebih dahsyat derita hatinya. Saat cinta mulai tumbuh pada seseorang iseri atau anaknya, kemudian diambilnyalah mereka tiba-tiba. Seperti Nabi Ya’kub yang begitu besar cintanya pada Yusuf akan tetapi anak itu malah dibuang oleh anak-anaknya yang lain. Wajah anaknya yang bersih cemerlang penuh iman dan kasih sayang sejati selalu membayang di wajahnya malah kemudian dibiarkan olehNya dibawa pergi dan dibuang dalam sumur…tanpa diketahui nasib buruk baiknya oleh ayahnya……dikatakan dia dimakan oleh Serigala….. Betapa sadis dan kejamnya berita itu! Dia yang dicintai malahan diambilnya seketika tanpa tanda dan izin dari dirinya………namun itulah Allah Yang Maha Tahu akan kebaikan bagi manusia….memperlakukan manusia ciptaanNya. Namun itu bisa jadi lebih baik bagi mereka dan yang diharapkan berlaku padanya dari sesuatu yang hilang tidak lebih baik bagi mereka. Akhirnya sadarlah dirinya dan dengan lemahnya dia mulai berdiri dan pulang bersama ustaznya…sekitar pukul 12:00 tengah malam.

“ Pak …untunglah anak anda masih kecil ketika dipanggil olehNya. Masih suci dan tiada berdosa.”
“ Baik pak Ustaz…saya paham… tapi saya masih sering sedih pak Ustaz…….…”
“ Wajar itu pak ….Raharjo …semua orang cepat atau lambat mengalami peristiwa yang anda alami bahkan bisa jadi ada yang lebih mengerikan dan lebih kejam dibandingkan dengan keadaan anda. Namun mereka bisa bersabar dan memahami kehidupan ini dengan lapang dadanya. Yang jelas …kebaikan datang dariNya dan keburukan selalu datang karena ulah tangan mereka.”
“ Baik pak Ustaz…saya mengerti pak Ustaz……..”
“ Mari kita ambil pelajaran yang berharga dari anak kita itu……..agar kita menjaga sholat dan menyantuni anak yatim piatu dan fakir miskin……mengajak orang lain melakukan kebaikan pula…bersifat kasih sayang…selalu berusaha menebarkan salam..berjabat tangan dengan fakir miskin dengan ikhlas……..selalu mengaji Al Qur’an yang mulia. ….…dia memberikan contoh pada kita agar kita juga mau membaca Al Qur’an …memperbaiki bacaan kita terhadap… Kitab suciNya…selalu memberikan sesuatu kepada yang lebih miskin daripada kita…dia memberikan contoh kepada kita agar tangan kita selalu di atas…..agar kita mau keliling ke rumah-rumah orang miskin……memberikan hati kita kepada orang miskin dan memberikan contoh agar kita bisa selalu bermanfa’at bagi orang lain…….dan dia meninggalkan contoh-contoh ajaran mulia Nabi Muhammad SAW …..maka dari itu pak Raharjo…….bersyukurlah kepada Allah..karena kita ditinggalkan oleh anak yang baik dan saleha………..…dan banyak amal sholehnya meskipun usianya masih kecil…....dialah yang kelak akan berkata kepada Allah..Ya Allah…mana orang tuaku? Aku tidak akan masuk Surga kecuali dengan mereka ya Allah…maka Allah akan berfirman…wahai malaekatKu…….bawalah dia kepada kedua orang tuanya….dan biarkanlah mereka masuk Surga bersama-sama….Inilah hari bahagia itu pak..harus kita yakini jangan sampai kita terus menerus menjelek-jelekkan keadaan dan mengeluhkan dan menyalahkan Allah SWT…….padahal sesuatu itu baik bagi kita…kita menganggapnya itu jelek bagi kita……..ya khan? “
Pak Raharjo hanya mengangguk setuju dan barulah dia menyadari keadaan dirinya sendiri sebelumnya adalah seperti yang disebutkan oleh ustaznya itu. Dia baru sadar dengan kebodohannya. Kejelekan ilmu agamanya. Kurang sering hadir dalam pengajian agama tidak seperti anaknya. Kekurangan kesabaran dan ilmu pengetahuan agamanya. Kekurangan amalan sholehnya dibandingkan dengan anaknya. Dia baru sadar bahwa selama ini dia juga dia malas bergaul dengan orang miskin…apalagi duduk-duduk dengan mereka. Dan bahkan jabatan tangan dengan mereka kurang disenangi..padahal jabatangan dengan saudara muslim saat bertemu itu menggugurkan dosa kita…..Seperti sabda beliau Nabi Muhammad SAW :” Tidak bertemu dua orang muslim yang saling berjabat tangan kecuali dosanya digugurkan oleh Allah SWT sebelum kedua tangan mereka dilepaskan.” Dia baru menyadari betapa dia sering mendahulukan kepentingan temannya yang kaya dan menomer duakan orang miskin. Jika ada acara pesta makan maka pertama yang diingat olehnya adalah mereka temannya yang kaya walaupun mereka tinggal jauh darinya. Sementara anaknya keliling ke tetangga mencari fakir miskin untuk diberi makan dan pakaian. Hatinya terpaut kepada fakir miskin. Sementara itu…. … hatinya terpaut kepada orang kaya yang bahkan jauh darinya….padahal manakala dia atau keluarganya sakit atau kena musibah maka tetangganya yang dekat dengannyalah yang segera turun tangan membantunya. Inilah kesadaran yang kini muncul dibenaknya untuk perbaikan pola pikir dan hidup bersama keluarganya. Ternyata anaknya lebih baik daripada dirinya dalam banyak hal. Semoga Allah mengampuni dirinya atas kebodohan dan ketidak tahuannya akan ilmu agamaNya yang suci dan benar selama-lamanya. Amin…..amin..amin…ya Robbal ‘alamiin….was wr wb…..

0 comments

Post a Comment