Friday, January 21, 2011 at 11:01 PM
40 HARI LAGI KUSUSUL KAMU.
( Suami isteri takwa dan dermawan )

Cerita ini adalah cerita ulang Ibu saya tentang mbah kakungnya sewaktu beliau masih hidup, mbah Sastro namanya. Mbah Sastro Miharjo adalah seorang Wedana di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Dia selalu berkeliling ke daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya. Memperhatikan keadaan rakyatnya siang dan malam haripun kadang dikerjakan juga. Sebelum subuh dia berkeliling rumah-rumah di sekitar masjid dan membangunkan rakyatnya dengan teriakannya yang khas dan telah menjadi “lonceng” khusus bagi rakyat di sekitar masjid.
“Salamu alaikum…bangun-bangun Tahajjud……do’a pada Allah agar kita segera merdeka,” dia teriakkan dengan bahasa Jawa yang kental.
“ Salamu alaikum …sholat Tahajjud…dan do’a supaya segera kita merdeka,” sambil berjalan tertatih-tatih dia mengelilingi rakyatnya di lingkungan masjid.
Suatu hari diamenemukan sekelompok orang yang sedang membagikan sesuatu dan setelah melihat mbah Sastro nampaknya mereka agak kaget sedikit saja. Mereka sednag membagikan harta curian mereka.
“ Sapa itu ya? “
“ Saya mbah Paimun. Sedang bagi-bagi rejeki mbah.”
“ Punya siapa kamu ambil itu?”
“ Londo mbah. ( Belanda mbah)…….!”
“ Ya udah yang adil dan hati-hati lho. Jangan lupa sholat terus do’a biar cepat merdeka!”
“ Inggih mbah.”

Demikianlah sebagian kecil perjalanan kehidupannya mbah Sastro sehari-hari. Dia selain menjadi Wedana atau sekarang ini lebih atas sedikit daripada Camat juga dia mengajarkan ngaji kepada anak-anak dan orang dewasa di desa itu. Ibunya sudah meninggal demikian pula ayahnya. Ayah mbah Sastro dulu adalah juga seorang guru ngaji. Kini rupanya kerja ayahnya dilanjutkan olehnya. Isterinya seorang isteri yang soleha dan dermawan hatinya. Fakir miskin yang datang kepada mereka selalu disantuninya dan diingatkan agar menjaga sholat. Kalau tidak bisa sholat diperintahkan untuk belajar di rumahnya dengan suaminya. Karena dermawannya itulah maka kepemimpinannya terkenal dan rakyat berusaha menjaga dan melindungi mbah Sastro dari segala kejahatan orang lain termasuk Belanda.

Mbah Sastro senang puasa sunnah dan melakukan amalan yang dahulu dikerjakan oleh Nabi, termasuk mengajak manusia lain ta’at kepadaNya. Suatu hari di rumahnya ketika Mbah Sastro tidur datanglah dua orang pencuri yang mengincar LONCENG EMAS yang dijadikan bel di kereta kudanya. Mereka masuk dan mengambil lonceng itu. Namun pencuri itu tidak bisa keluar dari rumah mbah Sastro. Yang satu membawa sebuah guci namun dia berkeliling terus dalam ruangan tamu itu. Sementara itu yang satunya lagi memegang lonceng itu di dadanya dan diam terpaku di dekat kereta kuda mbah Sastro. Keesokan pagi setelah mbah Sastroi kembali dari masjid barulah diundang para tetangganya untuk menyaksikan suatu peristiwa yang langka terjadi di desa itu. Ibu saya bercerita melanjutkan kisah mbah kakungnya.
“ Siapa kamu le?”
“ Saya mbah ….Midun …..dan saya …..Midin …..Mbah,” kata dua orang pencuri itu.
“ Kenapa kalian kemari ambil barang untuk kamu curi?”
“ Itu barang Belanda penjajah kita ambil kalo bisa. Jangan barang orang pribumi sebab itu bangsamu sendiri . Kasihan mereka. Paham?”
“ Nggih mbah. Kenapa kamu tidak bisa keluar dari rumah ini? Saya tidak tahu jalan mbah. Karena saya lihat banyak sekali jalan di ruangan ini.”
“ Terus gimana?”
“ Saya masuk tapi ada lagi pintunya. Saya masuk lagi ada lagi pintunya. Buanyaaaaak pintunya mbah.” Jawab pencuri itu sambil menundukkan kepala.
“ Ini pelajaran untuk kamu berdua ya? Sebab rumah ini sudah saya titipkan kepada Allah SWT Yang Maha tahu dan Maha menjaga. Kenapa?” mbah bertanya lalu dijawab sendiri olehnya,” Karena DIA lah pencipta dan pemilik apapun yang ada di dunia ini. Langit bumi bintang dan Matahari, bulan dan semua isi dunia ini milikNya. Kamu tahu sekarang ya?” tanya mbah Sastro dengan lemah lembut. Ibu saya menghela nafas panjang lalu melanjutkan cerita tentang Mbah Kakungnya.
“ Terus…. kamu mau tobat tidak?”
“ Inggih mbah. Inggih. Benar mbah. Kami mau berhenti jadi pencuri pribumi.”
“ Nah kalau gitu baca istighfar pada Allah.” Mereka beristighfar padaNya…
Maka setelah itu mereka bisa memandang wajah mbah Sastro dengan sedih dan malu serta perasaan menyesal tiada ukurannya. Orang-orang yang menyaksikan kemudian berdecak kagum sama kehebatan mbah Sastro.
“ Tidak usah heran. Gitu aja heran kalian ini.”
“ Kalian juga bisa mempunyai ilmu pagar besi seperti itu.”
“ Bagaimana mbah caranya?” tanya mereka serempak. “Kami juga ingin dong rumah kami aman dari pencurian mbah.”
“ Bisa njalani syaratnya?” tanya mbah Sastro penasaran.
“ Terus Bu syarat nya apa.” Saya juga ikut penasaran jadinya. Saya tatap terus ibuku. Lalu ibuku melanjutkan dengan menatap tajam padaku,” Bisa?”
“ Puasalah mulai hari Senin sampai dengan Ahad lalu malam hari dzikirkan ayat Kursi sambil keliling rumahmu. Tujuh kali dari kanan ke kiri seperti orang yang Thowaf di Ka’bah. Lalu berdo’a sambil menghadap ke Kiblat. “Allohummasholli’ala Muhammad waala’ali Muhammad. Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Ya Alloh…ya Robbi ya ‘Alim ya Roqib…. Hamba serahkan semua milikMu kepadaMu. Semua yang di tangan kami adalah titipan Engkau..ya Allah… hamba mohon sekiranya itu baik bagi kami tetapkan dan jadikan keberkahan dan sekiranya tidak baik …..ya Allah jadikanlah baik bagi kami dan oranglain. Hamba mohon lindungilah kami di dunia dan akherat. Janganlah Engkau jadikan harta yang ada pada kami fitnah dunia dan fitnah akherat. Ya Allah….mohon lindungilah kami dan menangkanlah kami atas orang-orang yang kafir. Amin Ya Robbal ‘alamin walhamdulillahirrobbil ‘alamin.” Dia diam sejenak dan kemudian melanjutkan,” Bisa ya?” orang-orang itu mengangguk setuju. “Kemudian jangan lupa INJAK BUMI 3 KALI dan katakan padanya, hei bumi! Jadilah kamu tentara Allah ya? Sebab semua yang ada di dunia ini tunduk kepadaNya!”
Orang-orang kemudian menyaksikan ke2 pencuri itu dilepas oleh mbah Sastro setelah mereka diberi sarapan dan bahan makanan dan sedikit uang untuk belanja. Mereka menangis…!Terharu.” Kata ibu saya setuju.
“ Sudah sekarang boleh pulang. Ingat pesan mbah. Tobat segera dan jangan tinggalkan sholat 5 waktu ya?’ mbah Sastro kemudian menyalami mereka dan memeluk ke dadanya.
“Assalamu ’alaikum mbah…..”
“Wa alaikumussalam…. Selamat jalan.”
“Terus……. orang-orang gimana Bu?”
“ Ya ada yang bisa meniru dan ada juga yang tidak bisa. Puasanya itu yang membuat mereka tidak kuat melakukan semuanya.” Ibu bercerita dengan sambil membayangkan masa silam itu.
“Kalau ayah gimana Bu? Tahu ayah ilmunya Mbah buyut?”
“ Tahu sih dia. Kan rumah kita tidak pernah kemasukan pencuri walaupun tidak pakai terali jendelanya. Sebab dijaga oleh Allah SWT dengan ayat Kursi itu.” saya mengangguk kagum dan mengerti akan amalan mbah buyut ketika masih hidup. Mungkin suatu hari kelak saya harus gunakan itu daripada menggunakan sandaran bantuan kepada makhluk. Lebih baik kita serahkan kepada Allah dengan ilmuNya. Benarlah dahulu kala para Nabi menyelesaikan masalah dengan bergantung dan berdo’a kepada Allah. Nabi Musa di pinggir lautan dan telah dikepung oleh masalah beliau hanya berdo’a kepadaNya. Ya Allah hamba mohonb lindungilah kami dari oang yang dholim itu. maka dibelahlah lautan olehNya untuk beliau. Nabi Isa sewaktu dilawan oleh ummatnya untuk menghidupkan orang yang sudah ratusan tahun matinya, beliau kemudian sholat 2 roka’at dan berdo’a. sehingga Allah SWT membantu beliau menghidupkan mayat yang sudah mati ratusan tahun itu. Nabi Muhammad ketika dikejar orang kafir dengan Abu Bakar Shiddiq di dalam gua persembunyian beliau-beliau berdo’a agar Allah SWT tolong. Alhamdulillah akhirnya ditolong juga oleh Allah SWT. Mungkin manusia sekarang mempunyai banyak masalah-masalah sehingga mereka stress dan down jiwanya karena mereka jauh dari ketundukan kepada Allah dan tidak mau segera mengembalikan setiap masalah kepada Allah SWT.

Suatu hari yang kelam ketika isterinya yang baik mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dokter tidak ada dan tidak mungkin memanggil Belanda untuk mengobati isterinya maka digunakan cara tradisonal dengan membuatkan magu dan air kunyit yang diparut. Memang rupanya ajal sudah tidak bisa diajak kompromi lagi Isteri mbah Sastro akhirnya meninggal dunia dikelilingi oleh tetangga-tetangganya yang mengiringinya dengan lantunan ayat suci Al Qur’an, dzikir dan Tahlil. Mereka menangisi mbah Sastro putri karena beliau seperti Ibu negeri mereka sendiri. Seluruh kehidupannya dibaktikan kepada rakyat yang di bawah kekuasaannya. Yang miskin disantuni dan yang sakit dikunjungi oleh mbah putri. Namun demikianlah kehidupan itu batasnya kematian. Dan kekayaan batasnya adalah kemiskinan. Sakit batasnya adalah kesehatan. Akan tetapi orang yang baik nampaknya tidak dibatasi oleh rentang waktu dan keadaan. Kaya miskin tetap dihormati. Dipuji-puji dan disegani. Demikianlah mbah Sastro putri tetap menjadi buah bibir yang wangi dan begitu tidak membosankan dibicarakan. Ibrat bunga yang tiada kunjung layu. Harum semerbak mewangi ke sekitar desa Kaligesing Kawedanan. Kutoarjo. Tidak lagi ada tergu sapa ramah dari mbah Putri kepada ibu-ibu yang membawa belanjaan dari pasar. Dan tidak adalagi senyuman pagi untuk mereka ketika mereka menuju pasar untuk berbelanja. Semua yang nampak indah mewangi telah hilang walaupun baunya masih tersisa dalam sekitar lingkungan kawedanan.

Mbah Sastro begitu tawakkal dengan kematian isterinya. Dia mengiringi isterinya dengan ketabahan yang mendalam. Kemudian di kubur juga dia sendiri yang mentalkinkan isterinya dengan menggunakan bahasa Jawa.
“Apa kata talkinnya mbah Buyut bu?”
“Dengarkan ya?”

“ Assalamualaikum isteriku. Jeng (panggilan wanita Jawa)…kamu sudah pergi mendahuluiku. Aku rela jeng. Allah niscaya akan ampuni dosa-dosamu. Karena aku relakan engkau dalam kematianmu. Sebentar lagi dirimu dikubur dan kami tinggalkan. Tidak ada lagi teman yang memberi tahu apa-apa dan melindungimu. Masa bertolong-tolongan telah musnah. Kini engkau sendirian. Tapi jangan gentar! Nanti kalau dua orang besar datang itu malaekat Munkar dan Nakir. Mereka akan bertanya kepadamu akan beberapa hal. Jika mereka bertanya siapa Tuhanmu? Maka jawab dengan tenang dan meyakinkan ALLAH SWT. Ingat jika ditanya siapa Tuhanmu maka jawablah Allah SWT. Kemudian jika ditanya siapa Nabimu? Maka jawablah dengan tenang dan sabar Nabi Muhammad SAW. Ingat Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Lalu jika ditanya apa Kiblatmu maka jawablah Ka’bah. Ka’bah kiblat kita. Lalu mereka akan bertanya juga apa imammu? Jawablah dengan baik Al Qur’an.sekali lagi Al Qur’an imam kita . jika kemudian mereka bertanya siapa saudaramu? Maka jawablah dengan senyuman saudaraku adalah kaum muslimin dan muslimat. Sekali lagi saya ingatkan jeng: siapakah Tuhanmu jawablah Allah. Siapakah Nabimu? Jawablah Nabi Muhammad SAW. Apakah kiblatmu? Maka jawablah kiblatku adalah Ka’bah. Apakah imammu? Jawablah AL Qur’an. Siapakah saudaramu? Jawablah kaummmuslimin dan muslimat. Jeng nanti sekitar 40 hari aku menyusul kamu jeng ya? Asaslamu ‘alaikum warrohmatullohi wabarokaatuh.

“Terus Bu, bagaimana kelanjutan pemakaman itu?”
“ Yah ….akhirnya dikuburkan juga setelah dipegang dahinya oleh mbah kakung.”
“Sapa? Mbah buyut putri itu?”
“ Iya sih. Dan benar saja kejadian itu seakan sebuah rencana panjang suami isteri. ”
“Maksud ibu gimana?”
“ Yah setelah isterinya kemudian suaminya menyusul menuju gerbang kematian. Seolah kematian bagi mereka adalah hari raya yang dirayakan bersama dengan gembira dan hati yang senang. Mereka tidak menghindari kematian namun menanti dengan mempersiapkan bekalnya. Ketakwaan dan keimanan disertai dengan amaln sholeh dan hubungan baik dengan manusia di sekitarnya.”
“Mbah Buyut itu gemuk atau kurus Bu?”
“ Yah biasa sedang-sedanglah. Agak sedikit jangkung. Karena kuat puasa sunnah mbah buyutmu sangat sehat. Hampir tidak pernah sakit beliau.”
“ Luar biasa bu yah orang dulu itu?” kataku mengagumi amalan orang dahulu.
“ Memang. Kalau orang sekarang takut kematian dan celakanya dia dijemput maut saat mereka berlari-lari menjauhinya. Bukannya saat siap. Karena bekal sudah ada cukup dipersiapkan. Mereka banyak yang lupa kematian dan akhirnya yang dipersiapkan adalah sesuatu yang tidak bermanfaat bahi kematiannya. Maka kelak mereka akan menemui kesulitan panjang di alam barzah sana. Sebab apa yang hartus disiapkan tidak dikerjakan.”
“Maksud Ibu sholat? Puasa dzikir do’a dan haji dan zakat?”
“ Iya sekitar amalan sholeh yang telah diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk kita kerjakansetiap hari itu lho. Kan banyak sekarang ini orang yang berduit tapi gak mau ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Takut habis uangnya yang hanya 27 jutaan rupiah itu kan?”
“ Iya betul. Bu. Syukur ibu juga sudah ke sana. Siapa yang memberangkatkan Bu?”
“ Ya Allah sih atas niat kita. Kalau tidak niat mana bisa menjalankan amal apapun walau sedikit saja. Ngerinya orang yang berhaji padahal dia mampu sampai dia dijemput MAUT maka orang itu matinya dalam keadaan berstatus Yahudi dan Nasrani. Masuk Neraka !”
“ Ibu tahu saja? Hebat Ibu nih.”
“ Kan Ibu ikut pengajian di masjid dan televisi? Makin pandai dong untuk bekal mati ibu kan?” kata Ibu saya menjelaskan dengan cerdasnya.
“ Jelas dong Bu. Sapa dulu dong anaknya? Terus Bu gimana setelah 40 hari kemudian?” tanya saya ingin tahu kelanjutan cerita itu.
“Oh iya sampai lupa jadinya. Yah memang kemudian akhirnya mbah buyut meninggal dunia ketika dia mendzikirkan isterinya bersama orang-orang kampung itu.”
“ Alhamdulillah hebat yah? Terus orang-orang gimana responsnya?”
“ Biasa saja kan mereka sudah menduga akan terjadinya peristiwa itu. Sebab mbah buyutmu kan sudah bercerita sejak mentalkinkan isterinya itu dulu kan? 40 har ikemudian dia akan menyusul isterinya?”
“Masya Allah. Luar biasa buy a? Bisa gak kita mengikuti kematian bergengsi seperti itu bu?”
“ Maksudmu bergengsi gimana? Mati kok bergengsi sih.”
“ Sekarang ini Bu, sangat jarang orang yang mati dalam keadaan tahu diri. Nabi memang dulu pernah bersabda tentang kematian beberapa perkara; mati yang menderita dengan siksaan seperti dibelah dengan 300 pedang, mati dengan kenikmatan sebab dia bisa melihat Surga, mati dengan dzikir dan mati dengan ucapan Lailaha Illallah atau mati dengan ucapan selain Allah- hanya ingat akan kebesaran dunia saja. Pendeknya mati Husnul Khotimahdan su’ul kKhotimah”
“ Naudzubillah….su’ul Khotimahitu.”

Demikianlah yang dialami oleh suami isteri dermawan itu. Memang Allah SWT tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya dalam kehidupan dunia ini. DIA tidak pernah mendzalimi hambaNya. Sebab telah menjadi kesepakatan dan janji Allah SWT bahwa siapapun yang mengikuti petunjukNya akan mendapatkan ketenangan jiwa dan mereka tidak takut dan cemas dalam kehidupan ini. Tidak ada yang tidak jelas dalam ISLAM. Yang baik selalu akan nampak baik. Dan kejelekan selalu akan tampak jelek. Dengan demikian manusia akan bisa meniru kebaikan dan menghindarkan keburukan ada dalam diri mereka. Mbah Sastro akhirnya menjadikan keteladanan bagi manusia lainnya untuk dijadikan patokan hidup agar mereka tidak merasakan ketakutan dan kecemasan dalam hidup ini. Bekal apakah yang harus disiapkan agar bisa mencapai tujuan dengan berhasil? Keadilan Allah SWT yang bisa menentukan keadilan itu. Yakni yang bisa dilaksanakan oleh si kaya dan si miskin si normal dan si cacad si sakit dan si sehat si pejabat dan si melarat. Semuanya dalam keadilan penilaian dan pahala atau gaji yang sama dari Allah SWT. AMALAN SHOLEH, seperti sholat; dzikir, do’a, zakat, puasa dan berbuat kebaikan sekecil apapun sesuai dengan kemampuannya.

Semoga Allah SWT memberikan kita taufiq untuk tetap dalam iman dan amal sholeh yang dikehendaki oleh Allah SWT hingga akhir hayat kita. Makin susah kita kerjakan amalan sholeh itu maka makin tinggi derajad kita di sisiNya. Dan makin banyak amalan sholeh kita, maka makin tinggi pula derajad kita di sisiNya. Untuk itu pula Allah SWT perintahkan kita agar membaca KitabNya dengan gaji 10 kebaikan untuk satu huruf dari Al Qur’an. Dan makin baik bacaan kita maka makin tinggi pula derajad kita di sisiNya. Makin banyak surat kita baca makin bertambah ilmu dan kepahaman kita akan Kitab suciNya. Tentunya manakala kita mau membaca artinya dalam bahasa yang kita pahami.

Harus bisa kita menjadi mbah Sastro-mbah Sastro kelak ketika menemui kematian kita. Jika tidak mungkin amalan kita hanya sampai di kubur dan selanjutnya kita akan jalan kaki atau mungkin merangkak kelak ketika melewati jembatan di atas shirot. Tidakkah sepatutnya mbah Sastro mendapatkan kebaikan akhir hayatnya? Di zaman penekanan kaum penjajah mbah Sastro berani mengamalkan perintah Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Bahkan dia juga mengajak orang lain untuk mengerjakan amalan sholeh itu. Resiko untuk dikenakan hukum yang berat berani diambilnya demi masa yang pasti sudah akan datang kepada kita. Maut. Dia juga mentransfer ilmunya dengan ikhlas agar dia bisa menjadikan ilmunya bermanfaat dan dirinya. Dia juga pernah menjadi orang yang sedikit bermanfaat bagi orang lain. Mangajak manusia padaNya dan NabiNya.Wasaalam*

0 comments

Post a Comment