Friday, January 21, 2011 at 10:49 PM
4. BU YASSINKAN SAYA BU YA?
( Seorang Pemuda Yang Ta’at Pada Ibunya )

Sewaktu saya bertamu kepada ibu Nani dia bercerita tentang anaknya yang paling akhir, Herman, yang polos bekerja sebagai tukang mebel. Dia tamatan STM dan tidak ingin bergantung kepada pemerintah dengan menunggu dan mengandalkan lowongan kerja dari Pemerintah. Dia tekuni apa yang mungkin tidak banyak disukai oleh anak muda hari ini. Bertukang mebel. Pagi pergi pulang petang dan namun tidak pernah dia meninggalkan kewajiban sebagai manusia. Yakni sholat 5 waktu berjamaah dan berzikir kemudian berdo’a di masjid dekat tempat dia bekerja. Kegiatan sehari-hari lainnya ialah bermain bola pada sore hari Minggu dan kemudian malam hari dia mengaji dan mengunjungi teman-temannya yang tidak nampak mengaji di masjid itu. Sehingga dia paling tahu jika ada teman-temannya yang sakit dan mengalami musibah atau sejenisnya Hasan memang paling top dalam hal seperti ini. Pada umurnya yang 20 tahunan itu tidak mau mengikuti pergaulan yang dikerjakan oleh kebanyakan teman-temannya seperti berpacaran dan sejenisnya. Dia ta’at sekali mengikuti apa yang dimaui oleh Ibunya. Yakni bekerja dan mengaji malam hari serta main bola dan mengunjungi teman-temannya sebagai kegiatan silaturahmi yang sering dikerjakannya. Hingga pada suatu hari tiba-tiba dia jatuh sakit badannya menggigil panas tinggi. Setelah diperiksa di RS dan dokter menyimpulkan bahwa dia terkena penyakit paru-paru. Penyebab dari penyakitnya mungkin adalah partikel debu dari kayu-kayu yang digergajinya atau yang dihaluskannya dengan menggunakan kertas amplas. Setelah dirawat sekitar 30 hari di RS dalam kurun masa itu dia inginkan teman-temannya semuanya mengunjunginya sambil membacakan Yassin.

“BU tolong Yassinkan saya Bu ya?” permintaannya seperti sewaktu dia Yassinan bergilir dari rumah ke rumah di lingkungan desanya.
“ Ya nak. Bersabar ya dalam ujian Allah. Mungkin dengan sakitmu ini kamu akan bisa mempunyai daya tahan yang lebih baik lagi di masa depanmu kelak.” Ibunya berkomentar pada anaknya sekenanya.
Dalam masa penyembuhan itulah dia tidak lagi ingin dirawat di Rumah Sehat.
“ Bu saya sudah agak sehat biar dirawat di rumah saja. Dan suruh teman-teman saya membacakan Yassin untuk saya agar lebih cepat sembuh.”
“ Ya nak. Insya Allah Ibu kerjakan apa yang Hasan mau. Kamu sabar saja ya? Banyak dzikir dan do’a.“ kata ibunya dengan kasih sayang. Ditahannya air matanya agar jangan jatuh. Khawatir akan membuat anaknya semakin menderita dan semakin buruk keadaan penyakitnya. Ibunya sedih sekali melihat anak bungsunya yang begitu ta’at padanya dan rajin bekerja apa saja asalkan halal. Tangannya dipegang dan nampak begitu kurus dan badannya semakin nampak kering dengan tulang rusuknya.
“ Bu.”
“ Ya nak?”
“Kalau saya mati tolong dimandikan segera dan disholatkan kemudian segera bawa ke kubur bu ya?” dia berkata tanpa merasa apa akibat dari kata-katanya itu. Apakah ibunya sedih atau cemas atau akan menangis.
“ Jangan berpikir macam-macam Her. Kamu masih muda, masih panjang cita-cita dan masa depanmu.”
Sembuhlah dengan jiwa besarmu. Kan pemain bola itu harus optimis terus. Akan menang terus dan maju terus pantang mundur. Masak sakit gini saja mundur.” Ibunya memberikan semangat anaknya.
“ Bu. Saya sering bermimpi berjalan panjang dan jauh sekali bu. Mungkin saya tidak lama hidup. ”
“ Hasan. Ibu yakin kamu lekas sembuh sebab teman-teman dan tetangga ikhlas membacakan Yassin untuk kamu. Yakinlah bahwa Allah akan mengambil penyakitmu. Saya maafkan semua kesalahanmu nak. Ibu tidak punya ganjalan apa saja terhadap Ibu nak. Leka sembuh ya?”
“ Bu…saya mulai kedinginan bu. Tolong selimutkan saya Bu.”

Teman dan tetangga yang melihat keadaan Hasan semakin sedih. Sebab selama ini dia dikenal sebagai anak yang rajin membantu Ibunya baik urusan rumah tangga dan ekonomi ibunya. Walaupun dia harus kerja keras untuk ibunya dia sering bercerita betapa bangga dan bahagianya bisa membahagiakan ibunya semasa beliau hidup. Ingin dia menyenangkan ibunya yang sering susah dengan keadaan ekonominya. Dia ingat betapa ibunya kerja keras untuk menyekolahkan dirinya dengan bekerja di pabrik kain. Akhirnya dia selesai juga sekolahnya. Dan segera pula dia mengambil sikap untuk bekerja. Di sebuah tempat yang bisa memberikan dia penghasilan. Sebagai tukang Mebel. Dia senang dan bangga sekali bisa menyenangkan ibunya. Dan kemudian bisa menopang ekonomi ibunya yang telah ditinggal oleh kakak-kakaknya karena mereka semua sudah menikah. Dan berumah tangga sendiri. Ayahnya sudah meninggal dunia karena sakit yang hampir sama yakni penyakit paru-paru basah.

Kebanggan Hasan saat dia bisa membahagiaakan ibunya dengan memberikan gajinya. Dia tidak ingin menggunakan keuangannya untuk kepentingannya sendiri. Bahkan dia berikan semua untuk ibunya dan ibunyalah yang diharapkan mengatur keuangannya. Keinginannya juga tidak banyak. Sederhana dan sopan santunlah bisa diberikan predikat kepadanya. Anak kecil menyenanginya dan teman-temannya mencintainya karena Hasan juga rajin silaturahmi pada teman-temannya.

Hari demi hari berganti dan dia meminta ibunya mengadakan do’a syukuran dengan harapan agar dia bisa sembuh seperti sedia kala.
“Bu terakhir sekali saya mohon pada ibu untuk mengadakan syukuran dan bacakan saya Yassin buy ya?”
“ Baik nak. Berbesar hati dan jiwalah agar kamu segera disembuhkan olehNya. DIAlah yang maha penyembuh dan penjaga semua makhlukNya. Banyaklah berdo’a padaNya.” Ibunya menghiburnya. Memandang anaknya yang makin kurus dan lemah saja. Akan tetapi ibunya tidak beranggapan yang macam-macam. Dia tidak ingin hal yang disangka-sangka itu terjadi. Hasanlah penghiburnya selama ini. Kakak-kakaknya sudah saling jauh dan kemungkinan besar untuk bisa menghibur Ibunya setiap saat. Saat ini saja mereka belum bisa berkumpul karena mereka kerja di pabrik yang ketat aturannya dan tidak bisa pulang semudah mereka mau. Apalagi juga perkara ongkos dan sebagainya.

Akhirnya diadakanlah syukuran bacaan Yassin pada suatu malam Jum’at. Banyak yang hadir dan membacakan Yassin untuk Hasan. Mereka begitu ikhlas dan senang sekali. Mereka merasa sedih dan malam itu juga seorang mudin ( kiai kampung) membacakan do’a panjang untuk anak yang ta’at ini.
“ Allohumma Ya allah, kami menengadahkan tangan ke hadirat Engkau. Kami semua ikhlas ya Allah memohon kepada Engkau. Mohon ampunilah dosa-dosa kami. Penduduk kampung kami. Kami belum bisa mengikuti kebaikan anak muda Hasan ini ya Allah. Bekerja keras, mengaji, silaturahmi dan mengunjungi orang sakit bahkan dia sering mendidik anak-anak kecil dalam hal kebaikan. Baca Al Qur’an dan tentang budi pekerti. Anak-anak kecil semua sayang padanya ya Allah, maka sayangilah dia ya Allah ya Robbi. Kami hambaMu yang banyak dosa. Mohon ampunilah kami dari semua dosa dan kesalahan yang kami sengaja ataupun yang tidak kami sengaja ya Allah. Dia anak yang baik ya Allah Engkau tahu itu , maka dari itu mohon Engkau panjangkan umurnya dan mohon berikan kebaikan padanya ya Allah. Kami belum bisa sholat di masjid secara istiqomah ya Allah, namun Hasan telah melakukan itu ya Allah. Mohon berikanlah kesembuhan karena kebaikannya itu ya Allah. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau Maha menyembuhkan dan kami mohon sembuhkanlah Hasan ya Allah. Mohon percikkanlah kebaikannya pada semua anak muda dan kami yang sudah tua dan belum bisa beramal sholeh seperti dia ya Allah. Sehingga kami bisa bersegera beramal sholeh seperti dia ya Allah. Ibunya yang sudah tua dilindunginya dan diberikan kebahagiaan sesuai dengan kemauan ibunya ya Allah, maka kami mohon berikanlah kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit sedikitpun. Sebab hanya Engkaulah sebaik-baik penyembuh. Ya Allah ya Robbi Yang Maha pengasih dan penyayang. Kami mohon sayangilah kami semua untuk kelak di kemudian hari bisa menjadi orang yang termasuk hambaMu yang Engkau berikan nikmat bukan orang yang Engkau azab atau sesatkan. Allohumma sholli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad. Amiiiiiiiiiiiiiin.”

Ketika mereka selesai berdo’a dilihatnya Hasan telah tertidur nyenyak sekali. Nafasnya teratur dan naik turun dadanya rapi dan merupakan tanda bahwa dia tidur nyenyak sekali. Semua orang lega dan merasa bahagia bisa membuat dia tidur dan lega dalam malam Jum’at yang kelam. Kenangan telah tertinggal di sekitar rumah mereka dan kesan manis juga tercecer di hati anak-anak kecil dan para pemuda di kampung itu. karena hampir selalu kegiatan bersama Hasan hadir dan pengajian malam dia selalu yang mengajar anak-anak kecil dan bahkan banyak keinginan akan perubahan amalan di kampungnya masih banyak yang belum selesai tergarap.

Mereka semua menyangka bahwa dia tertidur, namun ternyata malam pukul 12:00 ketrika ibunya terbangun untuk melihat keadaan anaknya, dia telah kembali kepada pemilikNya yang Maha Kuasa! Tangisan berderai dari ibunya dan beberapa teman dekatnya yang masih tidur di ruang depan datang dan meneteskan air mata duka. Takdir telah memisahkan mereka, yang baik telah diambil pemilikNya. Tidak ada yang bisa menahannya. Tidak ada yang mampu menundanya. Bahkan di depan mata mereka tidak ada yang bisa menukarnya dengan apapun yang ada di dunia ini. Si sopan dan si santun Hasan, kesayangan mereka, telah mendahului mereka. Tanpa pesan khusus namun dia meninggalkan banyak PR bagi kampungnya agar menjadi lebih baik amalan sholehnya. Malam Jum’at hari baik bagi sebuah kematian. Ini hadiah bagi Hasan yang baik. Yang sholeh. Yang rela menderita demi bahagia ibunya. Tidak ada kebencian di antara mereka atas kematian Hasan. Kenapa Hasan yang baik segera meninggal? Yang jahat lebih banyak namun masih panjang umurnya? Mengapa yang santun cepat diambil Yang Maha Kuasa? Padahal yang menyakitkan hati orang lain masih saja berkeliaran? DIAlah perancang kehidupan dan kematian. DIAlah Yang Maha Tahu. Bisa jadi kitainginkan sesuatu namun hal itu tidak baik bagi kita. Sebaliknya bisa jadi kita benci sesuatu padahal dia baik bagi kita. Demikianlah pula keadaan Hasan. Mungkinkah dia lebih baik meninggal bagi mereka? Mungkin ada juga yang menginginkan kehidupan Hasan lebih panjang, akan tetapi bisa jadi itu akan buruk bagi dia dan meeka. DIA lah Yang Maha Tahu akan semua yang tersembunyi dan ternyatakan di alam semesta. Semuanya pasrah kepada keadaan yang dialami oleh mereka.

Kemudian orang-orang menutup kepalanya dengan kain panjang. Malam Jum’at telah kembali seorang pemuda yang baik. Umurnya tidak panjang. Namun kesan dan pesan yang teringgal akan sangat panjang. Ilmu baca Qur’annya ada di dada anak-anak kecil kampung itu. ilmu silaturahminya ada tercecer di rumah-rumah orang kampung itu. sopan santunnya tertinggal indah di mata-mata orang tua dan anak-anak muda kampung itu. ilmu bolanya yang baik juga masih terasa tersisa di kaki-kaki anak-anakmuda kampung itu. Demikian juga ilmu sholat berjama’ahnya masih segar dalam benak hati orang tua kampung dan pemuda desa itu. Air mata menetes mengiringi Hasan. Kasih sayang cinta dan rindu telah terbawa semuanya dalam balik kain panjang penutup jenazah Hasan yang masih dirindukan dan diharapkan.

Tak ada yang bisa protes dengan kehendak DIA. Dengan apakah maksud Allah SWT mengambil Hasan secepat itu? Yang jelas apapun yang telah datang pada Hasan harus mereka terima. Apapun yang dialami oleh manusia itu dipilihkan oleh Allah adalah dari hal terbaik bagi manusia itu sendiri. Oleh karena itu dilarang menyesali keadaan yang berlaku pada diri seseorang karena sesuatu hal atau derita. Sebab bisa jadi yang diharapkan sebaliknya , malahan tidak baik bagi mereka. Pemuda ini akhirnya kembali kepada Yang Maha Pemilik dari semua yang ada di alam semesta. Dia telah menuju peristirahatan yang terakhir.

Bagi orang beriman kubur adalah taman-taman Surga tempat peristirahatan awal, namun sebaliknya bagi orang kafir atau tidak beriman maka kubur adalah tempat derita awal sebelum derita di hari kiamat kelak yang lebih dahsyat lagi. Tidak lama lagi.

Inilah Hasan dengan sederet prestasi amalan sholehnya yang indah patut dicontoh oleh para pemuda agar bisa mencapai derajad bahagia dunia akherat. Dia meninggalkan banyak kenangan yang mudah dan bisa ditiru oleh manusia lain untuk bekal perjalanan kehidupan ini,yaitu ; rajin sholat berjamaah , rajin silaturahmi, rajin menasehati orang lain akan kebaikan, rajin membantu orang tuanya, rajin bekerja tanpa melupakan kewajibannya sebagai manusia yakni menyembah Allah SWT, rajin membahagiakan ibu ayahnya, rajin mengunjungi tetangga yang sakit, rajin membaca Al Qur’an dan mengajarkannya, mencintai anak-anak dan menebarkan salam pada mereka, memberi makan orang miskin. Marilah kita persiapkan diri kita menanti kematian yang setiap saat bisa datang kepada diri kita dan keluarga kita. Kita persiapkan mereka dengan saling nasehatkan dan tolong menolong dalam perkara kebaikan. Seluruh muslimin dan muslimat adalah bersaudara. Mereka sama di sisiNya yang berbeda adalah tingkatan ketakwaannya. Makin banyak amal sholehnya maka makin dekat dia kepadaNya.

Semoga kita semua bisa memilih manakah yang akan menjadi panutan kita dari semua orang di buku ini sesuai dengan kemampuan kita. Sebab Allah sendiri tidak memberikan beban kepada manusia melebihi kemampuannya. Akan tetapi manusia juga dilarang malas melemahkan kemampuan optimal yang telah dianugerahkanNya kepadanya. Apalagi hingga meremehkan kemampuan itu untuk urusan agama namun sebaliknya mengoptimalkan untuk urusan dunia yang kecil tiada makna di sisiNya itu. Dunia tiada makna oleh sebab itulah Allah berikan kepada siapa saja yang ta’at maupun yang kafir atau atheist sekalipun. Akan tetapi Surga hanya diberikan kepada hamba-hamba kekasihNya dan itu hanyalah orang-orang beriman yang mengikuti petunjuk para NabiNya dan RasulNya.

Adakah sekarang ini anak yang begitu yakin kepada Yassin untuk menyambut kematiannya? Bukankah lebih banyak manusia hari ini tidak mau mati? Mungkinkah anak-anak kita bisa seperti Hasan? Dimanakah letak kebaikan yang dimiliki oleh Hasan? Mungkinkah Allah tega membiarkan kebaikan dibalas dengan keburukan? Ketaatan dengan siksa? Tidaklah mungkin hal itu terjadi……… Bukankah keridhoan ibu akan membawa keridhoan Allah…………..? Sudahkah kita sendiri berkiblat ……..pada keadaan yang dimiliki oleh Hasan………………. terhadap ibunya? Tidakkah kita selalu berkunjung ke rumah ibu kita? Menanyakan kesehatan dan memijitinya di usia tuanya? Menyiapkan air panas untuk beliau? Memasakkan makanan kesenangan beliau seperti bagaimana beliau dahulu menyiapkan segala sesuatu untuk kita sejak bayi hingga anak-anak, remaja bahkan dewasa? Sudahkah sebagian tejeki kita berikan kepada Ibu kita? Yang membesarkan kita? Yang bangun malam menyusui kita dan menggantikan popok kita yang ngompol seenaknya? Sudahkah kita tidur berdampingan dengannya kemudian menceritakan betapa berharganya ibu kita dan betapa banyaknya jasa ibu kita terhadap kehidupan kita?

Betapa banyak uang dan pengorbanan yang telah diberikan kepada kita sehingga kita bisa sekolah dan menjadi orang yang baik dengan nasehat dia dan berbudi pekerti luhur? Dia bela kita sewaktu kita akan dipukul orang yang lebih besar dan kemudian juga dia lebih banyak terbangun daripada kita? Baju kita sewaktu masih kecil kita beraki dan kencingi kemudian ibu kita bersihkan dan cuci padahal badannya sedang sakit saat itu? Namun beliau rela korbankan diri demi baiknya diri kita. Sehatnya diri kita sewaktu kita kecil dulu? Mungkinkah kita pernah memikirkan betapa agung dan mulianya sifatnya yang mengajarkan kita mengenal siapa Allah SWT. Sehingga kita tidak menjadi orang yang kafir. Kita menjadi orang yang tahu agama. Orang yang tahu sopans antun? Tidakkah itu semua kita yakini sebagai hasil kerja besar yang nyata dari ibu kita? Hasan telah sukses menapaki jejak kebaikan semasa hidup dengan berbakti kepada Ibunya. Harga dirinya dan uangnya dan waktunya banyak dihabiskan untuk membahagiaakan ibunya. Bukankah suatu hal yang patut manakala Allah berikan keyakinan yang mantap kepadanya akan negeri akherat untuk bertemu denganNya? Dia sambut kematian dengan bacaan ayayt-ayat suciNya yang indah dan penuh berkah ini? Inilah rahmat yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang beramal sholeh semasa hidupnya. Pahala yang besar di sisiNya yang akan dinikmati selama-lamanya kekal abadi!

(Ali imron 132 : Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.)

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (Surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (An Nisa 175 )

Hasan termasuk dalam firman-firman Allah SWT di atas ini. Wajarlah dia diberikan keyakinan yang hebat untuk menjemput kematiannya dengan iringan lantunan ayat-ayatNya. Adakah kiranya manusia hari ini bisa seperti Hasan? Bukankah para pemuda hari ini mengidolakan penyanyi , bintang film, model, pengusaha, pemusik dan manusia lain yang tidak dibebutkan dalam kitab suciNya? Al Qur’an. Mungkinkah manakala kematian akan datang kepada mereka dalam bentuk indah seperti Hasan? Marilah kita renungkan kematian Hasan yang rahmah dengan diiringi bacaan Yassin. Dia meninggal dunia dengan ruh yang beriringan dengan malaekat pembawa surat Yassin. Ruhnya harum mewangi terbang ke langit bersama dengan para malaekat dan kemudian dibatidakan oleh penduduk langit dan dibatidakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dipuja puji penduduk langit dan Allah SWT. DIA firmankan,” Dialah hambaKu yang beriman itu. Dialah hambaKu yang mencintai suratKu. Dialah hambaKu yang yakin padaKu dan surat-suratKu. Dialah hambaKu yang mencintai wanita yang melahirkannya dengan mengharapkan ridhoKu .dialah hambaKu yang selalu hadir ke rumahKu. Dialah hambaKu yang selalu menyambung rahim kasih sayangKu. Dialah hambaKu yang mengajarkan ayat-ayat suciKu. Dialah hambaKu yang rela dengan kematian untuk menemuiKu. Malaekat siapkan permadani indah dan tempat yang indah di alam ruh. Dan hiburlah dia dengan bau wangi dan makanan Surga pagi dan petang. Beritakan kabar gembira bahwa dia akan memasuki SurgaKu bersama dengan orang -orang yang beriman lainnya dari keluarganya dan orang lain.”

Inilah Hasan yang baik yang menjadi manusia yang diteladani di era global penuh mara bahaya yang tidak diduga oleh banyak manusia hingga mereka menemui kematiannya sekalipun. Semogalah dia bisa menjadikan tolok ukur sederhana bagi kita melangkahkan kaki dan hati serta pikiran kita untuk tetap menjadi manusia akherat walaupun jasad kita ada di dunia. Selamat jalan……Hasan semoga …….kami bersamamu.

0 comments

Post a Comment