Friday, January 21, 2011 at 10:26 PM
. BERTEMU BIDADARI.
( Seorang  Pengusaha Restaurant).

Jika Allah SWT akan mendidik seseorang pasti ada saja jalannya untuk dapat pendidikanNya  itu. Hal ini terjadi ketika saya (penulis) baru mendengarkan nasehat-nasehat agama di sebuah masjid, kemudian ada seorang teman mengajak saya mengunjungi seorang teman yang sedang sakit keras. Dengan senang hati saya pergi mengunjunginya . Berikut inilah ceritanya :
Nama orang ini adalah Bapak Sugeng. Sehari-harinya sebagai pemilik warung BAHAGIA yang berlokasi di Mataram dekat dengan Mataram Mall. Anak-anak buahnya semua diperintahkan untuk menutup aurat dengan baik. Dia berumur kurang lebih 50 tahun dan berwajah hitam manis dengan hidung mancung dengan perawakan badan yang agak gempal dengan senyuman yang mengembang setiap saat manakala berhadapan dengan siapapun. Baik teman maupun orang yang belum dikenalnya.  Bahkan manakala anda datang makan di restaurannya atau tidak dia tetap dalam senyum menerima anda. Hingga suatu ketika setelah pulang dari  40 hari dalam program mengikuti kegiatan bertabligh dari masjid ke masjid dengan teman-temannya di Jakarta yang bermarkas di Masjid Kebon Jeruk Jakarta. Dia jatuh sakit dan harus masuk Rumah Sehat umum Mataram.  Ketika teman-temannya menjenguknya siang itu, dia bercerita tentang bidadari seolah-olah dia melihatnya. Beberapa kalimat yang diingat oleh teman-teman kami lebih kurang demikian ini:

“ Nanti kalau kita udah meninggal maka kita akan disambut oleh bidadari yang  bermata jeli bak telur unta yang bundar lagi suci.  Kemudian kita bisa berenang di sungai susu dan sungai madu dan tidak lagi susah dan takut. Pokoknya asyik kan? Lalu bidadari yang bermata bundar jeli bagaikan telur unta berhiaskan permata marjan dan mutiara manikam itu menjadi isteri kita dan mereka tidak pernah sakit dan mati  dan bahkan mereka tidak kencing dan buang air besar. Kemudian kita dengan bahagia akan berkumpul bersama.. bercengkerama di dekat sungai susu dan madu. Airnya menawan hati. Pokoknya luar biasa. Oh indahnya luar biasa………….bahagia………………kita bersama………………………..”

Teman-teman menyangka bahwa dia menghafal arti ayat-ayat Al Qur’an Surat 56 yakni Surat Al Waqi’ah itu. Namun ada seorang yang melihat sesuatu di matanya yakni dia memandang bahwa mata Bapak Sugeng ini sudah tidak mengandung kehidupan. Pandangannya kosong ke atas dan melihat orang yang mengunjunginya dengan pandangan jauh ke belakang orang-orang yang datang. Menurut pengalaman pak H Iwan teman yang melihat orang seperti ini, dia akan segera menemui ajalnya. Maka dia mengusulkan agar dibawa pulang saja dan dirawat di rumahnya.  Selain melihat kondisi Bapak Sugeng sendiri yang memang nampak lemah dan tidak bertenaga hanya mulutnya yang bercerita tentang bidadari yang cantik jelita itu, dia juga sudah kelihatan pasrah mau diapakan saja nampaknya dia menurut saja.
Dia akhirnya memang dibawa pulang. Saya mengunjunginya. Teman teman yang melihat dan mendengar cerita bidadari menganggap hal itu adalah cerita biasa yang sering kami dengar manakala ada ‘ulama bercerita tentang Surga. Akan tetapi pandangannya yang kosong itulah yang membuat seorang teman mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya. Meskipun memang Allah saja yang Maha Tahu akan perkara yang ghoib.  Saya juga merasa sesuatu bakal terjadi ketika melihat Pak Sugeng yang terbaring di tempat tidur. Matanya terpejam kaku dan padangan kosong dari kornea  matanya. Mungkin  dia akan segera meninggalkan kami. Entahlah karena mungkin benar juga. Saya sendiri juga sudah punya pengalaman dalam menemani orang hingga akhir hayatnya. Dan tanda itu justru saya lihat pada diri pak Sugeng  yang terbaring lemah.

Banyak orang berkerumun mengelilingi tubuhnya yang terbujur lemah dan nafasnya tinggal satu-satu dan agak serak. Setelah kami bisa mendekat, maka saya cium bau mulut yang memang khas, mulut orang yang akan mati.  Pak Sugeng terus berjuang dalam nafas-nafas yang berat. Bau mulutnya  persis  seperti tanda kematian Papa tiri saya sewaktu menemani beliau dulu. Dan nanti juga akan saya ceritakan kisah sejatinya dalam buku ini. Terbujur dengan nafas yang berat dari mulut bukan dari hidung. Beliau sudah tidak bisa apa-apa kecuali hanya bernafas dan tidak mengenal siapa-siapa.

Badannya saya pegang panas dan keringat mengalir di dahinya. Ketiga isteri beliau ada di samping beliau dan semua orang memandang pada tubuh lemas itu. Ada yang menangis dan ada yang bertanya-tanya dalam hati apa sebenarnya yang akan terjadi. Anak-anak angkat beliau juga ada di sekitarnya. 2 anak kandungnya belum datang dari Jawa. Menantu dan tetangga juga kumpul di dekat beliau. Kemudian saya lihat beberapa dari orang yang datang langsung membaca Yassin bersama dengan beberapa orang yang saya tidak mengenalnya. Teman-teman saya sendiri ada juga yang membaca Surat Yassin dan tidak satupun mentalkinkan beliau. Saya mendekat dan menyisir orang-orang itu untuk mendekat ke tubuh beliau. Saya sempat mendekatkan hidung saya ke dekat telinga beliau dan saya mencium bau nafas yang saya kenal betul, yakni nafas orang yang akan meninggal dunia.  Seakan gosong dan tidak nyaman dibau. Bau  yang khas. Saya yakin bahwa beliau tidak lama lagi akan menemui ajal. Tapi setelah saya raba kakinya ternyata masih hangat. Berarti masih lama.  Menurut pengalaman saya demikian tandanya.

Karena menurut ‘ulama paham jika ruh orang yang akan mati dicabut dan akan meninggalkan jasadnya pertama kali ruh itu akan lepas dari kakinya. Sehingga kakinya akan dingin. Kemudian ruh itu merayap ke atas dan naik ke lutut dan bahkan dalam cerita ‘ulama itu ruh itu pamitan dengan lutut dan naik seterusnya sampai keluar ubun-ubun. Yang mana ketika manusia masih bayi ubun-ubun itu bergerak seakan jalannya nafas manusia. Lalu saya mulai beraksi sesuai pengalaman saya dalam mentalkinkan orang yang akan meninggal dunia. Saya segera mengucapkan kalimat toyyibah dengan keras agar terdengar dengan baik oleh pak Sugeng. Saya sadar dia tidak mungkin bisa mendengar karena sekaratul maut itu luar biasa dahsyatnya dan beratnya. ‘Ulama katakan,  orang yang sedang sekaratul maut itu dikerubuti oleh tujuh rombongan syetan dan di sinilah akan nampak orang yang baik dan tidak baik. Orang yang mendapat rahmat atau tidak. Peran orang yang masih hidup adalah mendo’akan dia padaNya agar Allah SWT berikan rahmat pada orang yang akan meninggal dunia itu. Mentalkinkannya dengan keyakinan yang tinggi agar Iblis dan Syetan segera lenyap dari orang yang sedang sekaratul maut. Tidak heranlah jika orang yang mau meninggal dunia memanggil anak-anaknya, isterinya, suaminya, padahal anak-anaknya isterinya, suaminya  dan semuanya yang ditanyakan ada di depan matanya. Sering orang yang sekaratul maut juga dia tanya orang-orang di depan matanya apa yang ada di rumahnya. Mana mobilku? Mana rumahku? Mana HPku? Ini semua adalah ulah jelmaan Iblis dan syetan. Agar ruh orang yang akan mati itu tidak bisa ucapkan kalimat Lailaha Illallah dan bahkan lebih buruk lagi dia akan bisa musyrik mengakui Nabi ISA sebagai Tuhan.  Ada juga Iblis dan syetan itu menjelma  menjadi benda-benda yang dicintai olehnya. Sehingga dia akan mati dengan ucapan MANA RUMAHku, MANA MOBILku, MANA VCDku, MANA Tokoku bsb. Jika dia kedatangan El-Maut yang tidak ramah maka dia akan ketakutan dan berteriak; “  Tidak! Jangan ambil nyawaku! Jangan ambil nyawaku! Tidaaaaak! Ini ujian berat bagi orang yang akan meninggal dunia. Jadi sepantasnyalah kita yang masih hidup membantu dengan mengusir Iblis dan syetan dengan talkin, baca Al-Qur’an, do’a dan dzikir. Agar Allah memberikan rahmat pada orang yang akan meninggal dunia itu. Ini sangat penting sekali sehingga Nabi dulu mentalkinkan seorang pemuda Yahudi yang akan meninggal dunia dengan kalimat Lailaha Illallah dan alhamdulillah dia mau mengucapkan kalimat Agung itu  setelah diizinkan oleh ayah pemuda itu.  Kemudian Nabi bersabda bahwa beliau merasa sangat bahagia sekali.

Demikian pentingnya masalah talkin itu bagi yang akan mati, sebab dia sedang mengalami ujian yang sangat berat sekali. Maka saya terus mengucapkan dengan keras kalimat Toyyibah itu. Dan orang-orang sekitar juga membaca do’a dan, surat Yassin  dsb.

“ Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”
“ Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”
“ Lailaha IllallahMuhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”
“ Lailaha IllallahMuhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”
“ Lailaha IllallahMuhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”
“ Lailaha IllallahMuhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”
“ Lailaha IllallahMuhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim.”

Lalu saya memanggil namanya dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan beliau dalam menemui ajalnya. Atau segera diberikan  kesembuhan dengan mukjizatNya. Dengan sungguh-sungguh saya berdo’a kepada Allah SWT. Agar Allah berikan rahmat kepada Pak Sugeng yang sedang sekaratul maut. Namun jasad itu tetap tidak ada perubahannya.

“Pak Sugeng. Kami berkunjung kemari karena Allah semata. Jangan risau. Jangan bingung. Ucapkanlah kalimat-kalimat Toyibah dan berceritalah tentang bidadari agar kami bisa mendengarkannya dengan terang lagi. Lailaha IllallahMuhammadarrasulullah. Astoghfirullohal ‘adhim.Ya Alloh…hamba mohon ampunilah kami dan seluruh kaum muslimin dan muslimat. Demikian juga dosa pak Sugeng dan keluarganya. Hamba mohon mudahkanlah akhir hayatnya dan berikanlah rahmat kepadanya. Dia selalu memikirkan saudara muslimnya ya Allah agar bisa sholat di masjid dan menutup aurat dan berbuat kebaikan. Dia ikut dalam gerakan memakmurkan masjid dan mengajak penduduk sekitar untuk memakmurkan masjid-masjid Ya Allah. Dia juga membangun  masjid pribadi untuk orang di kampungnya di Lombok Timur Ya Allah. Mohon..mudahkanlah…..mohon mudahkanlah dia Ya Allah...mohon berikanlah kebaikan yang Engkau janjikan……..Ya Allah...Allohumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ’ali Muhammad walhamdulillahirrobbil ‘alamiin.”

Kemudian saya membaca beberapa surat-surat pendek dalam Al Qur’an terutama Annas dan Al Ikhlas dan Al Falaq. Lalu memandang ke wajahnya dan mengajak berdialog seakan ia begitu sehat mendengarkan kata-kata saya. Saya tidak berhasil membuatnya sadar. Juga tidak berhasil membuatnya segera dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Sementara itu saya lihat orang-orang sudah sebagian besar pulang tinggal beberapa isterinya dan anak-anak angkatnya. Teman-teman saya juga sudah hampir semuanya pulang.  Saya tidak pulang memang ingin menemaninya semalam suntuk agar tahu hasil kerja pak Sugeng dalam detik-detik terakhirnya ketika dijemput EL MAUT


Allah tunjukkan hasil kerjanya selama ini sebagai balasan yang telah dikerjakannya. Saya sungguh-sungguh ingin tahu hal itu. Karena dia  salah seorang yang menjalankan tabligh kemana-mana di antara masa hidupnya selain berdagang menjadi pengusaha Restaurant.
Janji Allah adalah akan dilindungi dan ditolong dan dimuliakan di dunia dan akherat. Bahkan ketika naza’ atau sedang menghadapi sekaratul maut dia akan dibantu olehNya.

Namun tubuh lemas itu tetap bernafas dengan susah dan matanya tertutup dan tidak bisa membuka sama sekali. Kemudian saya buka dengan telunjuk saya mata yang terpejam itu. Mata yang teduh dan diam namun tanpa makna. Mata yang rela  padaNya.
“ Jangan sampai ada air mata yang jatuh ke tubuh ini. Tolong agar kita semua ikhlas. Bahwa semua orang akan seperti beliau. Saya berkata sekenanya.” Hati kami rasanya begitu gundah dan bingung selanjutnya apa yang harus kami kerjakan. Kami hanya bisa mentalkinkan dan berdo’a dan memberikan kesempatan orang yang baru datang juga untuk membaca Yassin dan sebagainya.  Semua berusaha sebisanya untuk berdo’a dan membaca surat-surat di dalam Al Qur’an. Hingga larut malam satu persatu sudah pulang dan mengantuk hanya ada beberapa orang yang di sekitar beliau.  Kemudian saya menyuruh isteri-isteri beliau untuk tidur dan meninggalkan saya berdua dengan pak Sugeng. Saya yakin mereka bahwa saya akan menemaninya sehingga pak Sugeng sampai pada kebaikannya. Saya memang ingin tahu apa sebenarnya yang  akan diperoleh Pak Sugeng dari Allah SWT. Sebab saya yakin yang dikerjakan pak Sugeng adalah kerja mulia yang tidak banyak ummat Islam melakukannya. Ummat Islam cenderung pasif tidak bergerak dengan pikir dan risau kenabian. Namun pak Sugeng berpikir dan risau ikut dengan pikir yang pernah dirisaukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ummat beliau!!!

Benarkah dia bisa Husnul Khotimah karena dia ikut program yang luar biasa ini? Yakni bergabung dengan rombongan yang mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari berbuat kemungkaran dengan hikmah dan lemah lembut. Selain mengerjakan dunia yakni membuka warung BAHAGIA itu? Dia sempatkan sebagian waktu untuk khusus bisa beramal-amal agama dengan berkeliling ke beberapa masjid di Jawa dan juga Lombok. Memang ini perkara yang sungguh sulit bagi kebanyakan  manusia. Maka dari itulah Allah sendiri dalam KitabNya menjelaskan bahwa harusnya ada sebagian ummat yang menyeru manusia ke pada kebaikan dan mencegah mereka dari berbuat kemungkaran. Dan merekalah yang difirmankan oleh Allah SWT sebagai manusia yang beruntung. Dia akan dimasukkan ke dalam SurgaNya karena amalan itu.

Begitulah hingga tengah malam setelah tamu-tamu mulai pulang tinggallah saya serta beberapa teman saya. Mereka sudah mulai mengantuk. Saya suruh tidur semua yang mengantuk dan tinggal saya dan Pak Sugeng. Saya tidak mau tidur. Memang ingin mengetahui apa yang selanjutnya terjadi kepada beliau. Saya tidak mau ketinggalan peristiwa besar dalam kehidupan manusia. Ujung kehidupannya. Ibarat pelari marathon kita akan lihat di ujungnya. Garis finish-nya.  Sebagai penentu manusia yang baik dan manusia yang tidak baik. Manakala dia bisa mengucapkan kalimat Toyyibah yang dulu di sampaikan di telinganya ketika baru lahir sebagai bayi dan diiqomatkan di telinga kirinya. Dan kini kembali menuju pada Penciptanya melalui gerbang kematian manusia bisa mengucapkan kembali. Maka dialah manusia berhasil yang sebenarnya memperoleh keberhasilan sejati. Kebehasilan yang sebenarnya diburu-buru oleh manusia di dunia ini.

Saya benar-benar ingin tahu akan hal itu sebagai sumber keyakinan kepada diri saya sendiri khususnya dan kepada orang lain umumnya kelak di kemudian hari. Saya berdekatan dengan tubuh pak Sugeng lalu saya pandang dia dan berdialog lagi seperti kurang lebih kalimat di atas tadi. Setelah itu saya berdo’a pada Allah dan mohon petunjuk agar saya bisa diberi tahukan apa hasil kerja bapak ini.

Bukankah pakSugeng baru pulang dari Jakarta berkunjung dan i’tikaf ke masjid-masjid selama 40 hari? Tentunya sesuai dengan hadist barangsiapa keluar di jalan Allah sepagi sepetang saja itu lebih baik daripada bumi dan seluruh isinya. Dan barang siapa silaturahmi dan hanya berdiri saja di depan rumah saudara muslimnya di desa yang lain, maka nilainya sama dengan sholat di dekat hajar aswad pada malam lailatul qodar. Demikian juga Allah akan ampuni dosa-dosa orang yang silaturahmi sekaligus diberkahi umur dan rejekinya. Kemudian akan dido’akan oleh para malaikat dan seluruh makhluk yang ada di jagad raya ini. Bahkan sayap malaekat rela diinjak-injak oleh manusia yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan silaturahmi dan menuntut ilmu. Dia nampak belum berubah keadaannya. Dia tetap sulit bernafas dan nafasnya berbau khas  makin keras yang membuat  saya semakin yakin bahwa dia akan segera meninggalkan kami. Tetapi kapan kami tidak tahu hal itu. DIA lah yang maha tahu perkara yang ghoib dan yang nyata. Saya hanya terus mentalkinkan dia dan berdo’a dan berdo’a padaNya.

Namun hati kecil saya yakin bahwa beliau akan meninggal dunia dalam keadaan Husnul Khotimah sebab sebelum beliau komma, beliau sempat menceritakan akan Surga dan bidadari. Menurut pengamatan saya itulah yang dimaksud sebagai “akhirul kalam”. Nabi pernah bersabda barang siapa yang akhir kalamnya ketika dia menemui kematian dengan ucapan kalimat Lailaha Illallah, maka dia dijamin masuk Surga.  Semoga begitu.
Saya pegang kepalanya, hangat dan kemudian saya cium keningnya.  Bau mulutnya persis seperti bau mulut papa tiri saya dulu ketika akan wafat. Dengan sabar saya tunggu dan talkinkan dan do’a lagi kepada Allah agar segera diberikan keputusan. Hingga pagi hari menjelang subuh saya menemani beliau, belum ada perubahan apa-apa. Ketika waktu subuh tiba, saya pergi ke masjid dekat rumah beliau dan berjamaah dengan para tetangga. Pikiran saya masih konsentrasi ke pak Sugeng yang terbaring lemah lunglai.

Saya ingat nasehat ‘ulama yang menasehatkan kami  di masjid tadi malam ketika selesai sholat maghrib. Tentang langkah-langkah bagaimanakah kita  mempersiapkan kematian dengan teori keseimbangan, katanya. Kita harus pandai-pandai membagi waktu. Jika menuruti KitabNya yakniAl Qur’an, maka waktu dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Sepertiga untuk dunia dan dua pertiga untuk akherat agar selamat di dunia dan akherat terbebas dari siksa Neraka.  “Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah waqinna adza bannar” dan tentunya kebanyakan manusia akan KO tidak bisa memenuhi bagian ini bukan?

Itulah sebabnya harus ada kemauan untuk mensucikan diri dan beribadah dengan sebagian waktu. Mengerjakan dunia selain waktu itu. Dan memang orang seperti ini sangatlah sulit ditiru  dan ditandingi. Kemungkinan yang bisa kita kerjakan adalah   memenuhi adzan untuk sholat berjamaah di masjid dekat rumah kita atau masjid yang bisa kita jangkau dengan MOBIL atau sepeda motor kita.  Sebab sepeda motor dan mobil kita bisa berjalan hingga ratusan mil ke luar kota dan  ke Mall-mall dan ke pantai atau ke gunung-gunung untuk tujuan rekreasi kita. Tentunya  bisa juga membawa diri kita ke masjid-masjid yang menjadi RUMAH-RUMAH ALLAH SWT.

Memang ada orang yang ingin mensucikan diri.  Memang  mengikuti nasehat Nabi juga.   Beberapa cara seperti menyepi di gunung dan bukit-bukit atau hutan-hutan yang jauh dari keramaian kemudian di sana beramal sholeh sholat dan berdzikir kepada Allah SWT dan ada juga yang disarankan oleh Nabi Muhammad SAW  agar kita berkumpul dengan sebuah rombongan yang dipimpin oleh seorang Amir dan mereka dari berbagai ragam suku bangsa dan bahasa kemudian bertemu berpisah hanya karena Allah SWT. Dan dalam masjid memuja muji Allah SWT  bisa dalam beberapa hari. Di bulan Ramadhan  10 hari terakhir.  Nah mereka termasuk pak Sugeng memilih waktu 40 hari dan jika mempunyai keluangan waktu boleh 120 hari atau 4 bulan. Kemudian sekaligus hijrah dan silaturahmi dan refreshing ke berbagai daerah dan negara lain jika mampu.  Tentunya kita harus meninggalkan isteri dan anak yang belum bisa dibawa (Akil Baliq) dengan meninggalkan bekal yang cukup tentunya.

Tidakkah ada pendidikan yang bisa diperoleh dengan sistim hijrah ini? Ada. Mari kita ikuti pendidikan yang bisa diperoleh yang telah diwarisi dari Nabi Ibrahim ketika meninggalkan isterinya Siti Hajjar di padang pasir, agar mereka terbiasa ditinggalkan. Sebab kelak mereka akan segera kita tinggalkan selama-lamanya masuk ke kubur. Satu persatu dari kita ini akan memasuki rumah masa depan kita. KUBUR. Manakala suatu ketika suaminya meninggal dunia, hilang selama-lamanya, anak isterinya sudah terbiasa dan tidak meraung mengaduh dan mencela atau memaki Allah SWT karena sudah kesiapan yang matang untuk ditinggalkan oleh suaminya. Pada saat keluar hijrah ini inilah kesempatan bagi para pria untuk memperbaiki sholatnya, dzikirnya, bacaan Al Qur’an dan mungkin juga belajar baca Al Qur’an lalu juga mempelajari ilmu agama dengan tenang dan baik. Sebab tidak diganggu oleh kegiatan dunia yang jika tidak dibatasi akan memakan umur manusia dengan kejamnya. Siap tidak siap pasti mati. Sudah punya bekal atau tidak, bujangan atau sudah menikah. Kaya atau miskin. Muda atau tua. Waktu yang akan makan diri mereka dan menyerahkan kita kepada EL MAUT.  Inilah  yang

Mari kita periksa diri kita. Apakah kita sudah seimbang kerasnya dalam mempelajari ilmu agama dengan ketika kita mempelajari ILMU DUNIA? Kemudian apakah mobil dan kendaraan kita serajin ke masjid dan pengajian dengan ke tempat selain itu? Dan dalam ceramah itu kita ditanya manakah yang harus didahulukan akherat atau dunia. Jawabnya tergantung masa. Kapan itu. Jika sedang bekerja kemudian mendengar azan berkumandang, maka semua kegiatan harus berhenti. Sebab masa sholat telah tiba. Jika kita akan membeli mobil namun zakat belum kita penuhi. Maka harus berzakat dahulu.  Demikianlah contoh lainnya. Mau berhaji dahulu atau beli rumah lagi? Berhaji dahulu kan? Minum obat dulu atau berdoa dahulu. Berdoa dahulu baru minum obat. Berdoa dahulu baru kemudian bekerja atau melakukan pekerjaan, sehingga kerja dan kegiatan kita diberkahi olehNya.

Tentang pembagian waktu hari ini, manusia sering tidak paham, akibatnya mereka mencampur adukkan bahkan mencampakkan agama dari kehidupan mereka. Sehingga yang terjadi adalah banyak harta miskin amal dan ketenangan jiwa. Miskin hati dan perasaan kepada sesama. Dan yang paling fatal sekali adalah mereka menjadi buta akherat dan meremehkannya. Terus selalu berburu perkara dunia. Hingga kematian menjemput mereka, padahal nafsu belum terpuaskan dan angan belum sampai ujungnya.

Setelah mendengarkan BAYAN atau ceramah itulah tiba-tiba seorang teman mengajak saya menjenguk Pak Sugeng. Di sinilah, di rumah Pak Sugeng itu insya Allah saya akan mendapatkan pelajaran berharga.  Pelajaran yang harus saya ceritakan kepada orang lain agar bisa menjadikan tuntunan kepada kita semua.  Sebab akhir hayat Bapak Sugeng ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW. Husnul Khotimah yang perlu kita irikan agar kita bisa meninggal seperti beliau. Jalan yang telah ditempuh dan ditinggalkan beliau mudah dibaca dan kita bisa jalani. Asalkan kita punya niat kea rah jalan tersebut.

Sampai pagi menjelang Subuh bapak Sugeng tetap belum sadar.  Juga belum wafat. Kemudian saya pegang kakinya masih hangat. Kami tinggalkan sholat Subuh di masjid dekat rumah beliau. Setelah sholat, jamaah masjid datang dan melihat beliau dengan berbagai ragam keadaan. Ada yang berdiri dari kejauhan menyaksikan pak Sugeng yang sedang terbaring. Dan ada pula  yang tidak tertarik melihatnya, mereka hanya duduk di ruang tamu, hanya sedikit sekali yang mendekat kepadanya. Satu orang mendekati pak Sugeng di pinggir ranjang dan mentalkinkan dengan agak ragu-ragu. Kemudian saya ajarkan dia cara mentalkinkan orang.
“Pak, kita talkinkan dengan yakin. Jangan ragu-ragu. Kita talkin dengan kalimat Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah. Astoghfirulloh al ‘adhim. Lalu kita berdo’a kepada Allah  dengan sungguh-sungguh sehingga Allah berkenan memberikan rahmat kepadanya.”
Dia mengangguk lalu mentalkinkan pak Sugeng dengan lebih baik.
“ Pak Jika kita lihat orang itu tidak bisa apa-apa. Atau tidak sadar. Hanya kepada Allah kita berdo’a memohon belas kasihNya agar orang yang dalam keadaan demikian bisa diberikan rahmat,“ saya berkomentar dengan serius.
“ Sekaligus dengan harapan bisa Husnul Khotimah.” Orang itu paham. Dia kemudian melakukan seperti anjuran saya. Setelah mendekati pukul 6.00 saya tinggalkan karena kami harus sholat Idul Adha. Dan siang harinya kami juga harus sholat Jumat. Setelah sholat Jumat saya sholat sunnah dua rokaat. Dan tiba-tiba hati saya terasa “deg”.  Saya merasa bahwa pak sugeng telah meninggal dunia. Kemudian saya ke sana dan benarlah ternyata beliau telah meninggal dunia. Tangisan  keluarganya hanyalah isakan saja. Entahlah mungkin air mata sudah mulai mengering atau bagaimana saya tidak paham.  Semua nampak ikhlas. Saya dan teman saya, pak Haji Munsip mengikat rahang beliau dengan tali terikat ke atas agar mulut tidak menganga dan matanya tertutup dengan mulut yang sedikit terbuka. Kemudian sayup-sayup isteri pertama beliau berkata,” Saya mendekati beliau ketika selesai iqomat  di masjid untuk sholat Jum’at tadi dan kemudian beliau mengatakan “ Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah.. 2 kali.” Saya pikir dia akan sadar dan akan sembuh, ternyata dia telah dipanggil olehNya.”

Kemudian jasad pak Sugeng kami tutup dengan selimut atau kain panjang dan isterinya  mengatakan bahwa kami harus mengurus mayat beliau sesuai dengan wasiat beliau sebelum beliau parah sekali sakitnya. Kami telpon teman sana sini mengabarkan kematian beliau dan mepersiapkan pemandian mayat beliau. Setelah acara pemandian siap, kami akan mengangkat tubuh beliau ke tempat pemandian dan kami mulai membuka  kain yang menutupi tubuh beliau dari bagian atas yakni wajahnya dahulu. Ajaibnya setelah kami buka mayat beliau untuk kami mandikan kami dapati wajah beliau bersih padahal kulit beliau termasuk hitam. Dan yang mengagumkan kami semua, beliau senyum dengan senyuman yang tidak bisa hilang  meskipun kami guyur air dan hentakan halus tangan-tangan kami yang memandikannya. Sampai kami kafankanpun beliau masih tetap tersenyum simpul dengan bibir bagian ats tengahnya mancung berbentuk runcing ke atas. Seakan melihat sesuatu yang kami tidak bisa bayangkan apa yang telah dilihat oleh beliau. Selamat jalan dan semoga kita bisa seperti beliau. Beliau orang yang patut kita contoh karena telah melampaui kehidupan ini dengan baik dan berakhir sesuai dengan kehendak Allah, yakni meninggal dengan tetap ingat kepada Allah. Benarlah sabda Nabi Muhammad SAW orang yang beriman akan selalu meninggal setelah melihat tempatnya. Yakni di Surga. Dan beliau sudah menunjukkan hal ini. Beliau, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda bahwa orang beriman itu sadar dalam menghadapi kematian dan selalu ingat akan mana akherat yang ditujunya setelah dia dijemput oleh Malaekat IZRAIL. Pak Sugeng tersenyum dengan baik dan nampak ramah. Mungkin malaekat Izrail  tadi menjemputnya sambil tersenyum sehingga pak Sugeng ikut tersenyum.  Dia memang mengambil ruh orang beriman itu dengan senang hati dan setelah itu akan melaporkan kepada Nabi bahwa ruh yang dibawa ini adalah ruh yang baik dan diridhoi  oleh Allah SWT. Kemudian Nabi akan tersenyum dan kelak beliau akan menemuinya di dekat telaga Al Kautsar. Di sinilah jelas perkara yang memang menjadi kebanggaan Nabi pada pengikut beliau yang istiqomah dan ikhlas sehingga kematiannya menjadi kebanggaan alam akherat dan penduduk di langit dan penduduk bumi semuanya.  Islam mengajarkan kebenaran, kejelasan dan bukan keraguan  atas kebenaran.  Sehingga yang hidup bisa mengambil pelajaran dari sebuah fakta kematian yang selalu ada di depan mata kita semua. Semoga jalan yang telah ditempuh oleh pak Sugeng bisa menjadi jalan-jalan yang akan kita tempuh setelah kita membaca buku kecil ini. Atau bisa jadi kita sedang dan telah menempuhnya, maka kita bisa mengembangkan kepada lebih banyak hasil manfaat di jalan yang kita tempuh itu. Dengan demikian derajad kita akan bisa lebih tinggi dibandingkan pak Sugeng. Siap yang bersungguh sungguh dalam jalanNya, maka DIA akan Bantu menempuh jalan itu dengan baik.

Apakah saja amalan pak Sugeng ketika dia masih hidup? Marilah kita simpulkan dengan tidak ada penipuan fakta di buku ini. Semuanya ditulis dengan dasar kebenaran yang disaksikan oleh mata. Dia  selalu menjaga sholat fardu berjamaah di masjid sebanyak 5 waktu setiap harinya. Pak Sugeng juga  sholat sunnah duha di musholla restaurannya . dia juga sholat tahajjud dan sholat sunnah lainnya. Serta silaturahmi ke tetangga dengan baik. Dan mendp’akan dirinya dan keluarganya serta orang lain agar menjadi baik dan berman dan bertakwa. Dia juga memerintahkan anak buahnya di restoran agar menutup aurat dengan jilbab dan taat pada Allah SWT. Malam hari kadang sore hari dia memberikan nasehat agama kepada seluruh anggota keluarga. Kegiatan ini dilaksanakan  di rumah beliau dan kadang di rumah tetangga di sekitar beliau dengan sabar. Dia juga membangun masjid pribadi untuk orang kampung di sekitarnya. Selalu murah senyum. Menghadiri majelis agama sepekan sekali dan juga dia  sering menjamu makan dan minum tamu yang I’tikaf di masjid dekat rumah beliau. Bahkan jika ada musafir mengunjungi beliau, segera beliau menjamunya dengan senyuman dan keikhlasan dan memberinya makan.  Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufiq untuk dapat istiqomah melalui jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang sukses yang lebih dahulu melewati.

0 comments

Post a Comment