Friday, January 21, 2011 at 11:12 PM
DOKTER …PERAWAT …!
( Seorang Pedagang Kecil Yang Dakwah ).

Rupanya kebiasaan hidup orang akan mempengaruhi apa yang akan dikeluarkan mulutnya kelak ketika dia akan mati. Termasuk kebiasaan dari mulutnya, telinganya, tangannya, kakinya dan semua inderanya.

Kejadian ini menimpa seorang yang sewaktu hidupnya tidak pernah berhenti mendakwahkan agama Allah dimanapun berada dan kepada siapapun yang dia temui. Meskipun dia hanya berjualan mainan anak-anak dengan sepeda dayungnya, akan tetapi kebahagiaan dan ketenangan kehidupannya nampak dari raut wajahnya yang ceria dan air muka yang tenang damai. Sholatnyapun juga nampak dari wajahnya.

Orang menyebutnya sebagai si Besar Mulut atau Si Mulut Leber. Namun dia hanya senyum dan tetap mengajak manusia sholat dan baik dalam timbangan dalam jual beli . Ketika dia di pasar, maka dia keliling sambil menawarkan dagangan dan mengingatkan para Ibu.
“ Ibu…ibu jangan lupa sholat. Dan kapan tutup aurat dengan Jilbab ini ya? “
“ Kematian sudah dekat. Hidup hanya semenit saja. Dunia ini permainan yang menipu dan penuh kepalsuan saja. Jangan tertipu ya?” katanya mengoceh sekenanya di pasar.
“ Kalau menimbang yang benar ya? Jika tidak benar timbangannya nanti di akherat urusannya panjang tidak selesai dan di dunia ini akan menyebabkan kecelakaan besar. Bisa rugi Ibu-ibu. Bangkrut!!! Paham?”
“ Inggiiiih………” kata sebagian dari mereka. Namun ada pula di antara mereka yang menolak dan mengusir dengan kata-kata pedas menyakitkan hati.
“ Pak sudah sana jualan nanti gak dapat duit. Di sini bukan tempat khotbah. Bukan tempat ceramah! Sana di masjid atau musholla sana kita semua sibuk nih….cari duitttt!”
“ Kami mau pakai jilbab kek tidak kek, itu urusan kami sendiri.”
“ He… Lebeh…sana dah…… jualan…… nanti anak isteri ndak bisa makan. Kalau gak ada uang gimana mau makan? Gimana mau sholat…….? Gimana mau pakai jibab?”
“ Baiklah saya pergi tapi ingat ya Ibu-ibu, saya sudah sampaikan hari ini pesan Nabi MuhammadSAW dulu ketika beliau masih hidup. Sampai jumpa besuk ya. Salamu ‘alaikum…………..warrohmatullohi………………………………………………….. wabarokaatuh”

Hampir setiap hari dia kerjakan pekerjaan seperti itu ketika dia menjajakan dagangannya di pasar. Mereka yang mendengarkan ada yang senang dengan tersenyum namun ada pula yang berkomentar dia itu orang gila. Semua kata-kata orang tidak menyurutkan dia dari menyampaikan nasehat untuk kehidupan akherat. Ketika dia berjualan di sekolah-sekolah dia bercerita pada anak-anak sekolah tentang Nabi-nabi Allah SWT. Dan siapa Allah SWT dan hebatnya ciptaan Allah agar anak-anak senang dengan Allah SWT. Cinta dengan Allah SWT. Mau bertemu dengan Allah kelak di hari kemudian setelah dewasa.

Bahan-bahan ceritanya : Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad sehingga anak-anak berkumpul mengelilinginya sambil dia melayani pembeli. Anak-anak itu senang sekali mendengarkan. Bahkan mereka selalu bertanya jika Si Besar mulut tidak datang ke sekolahnya. Tetangga-tetangganya juga terpecah pro kontra dengan keadaan dia yang selalu berkomentar tentang akherat dimana-mana. Ada yang setuju dan ada pula yang tidak setuju. Yang setuju ya baik dan yang tidak setuju ya baik juga kalau sudah tahu.

Yang tidak setuju menganggap bahwa agama adalah urusan manusia dengan tuhannya jadi bukan intervensi manusia. Kemudian yang setuju menyatakan bahwa agama adalah urusan kita semua sebab bertolong-tolongan dalam kebaikan juga cabang dari agama. Manusia sakit membutuhkan manusia lain dan manusia bilamana mati juga membutuhkan manusia lain untuk menolongnya. Padahal dua-duanya adalah cabang agama. Jadi bukan urusan manusia itu sendiri dan hak asasi mereka mau memilih yang mana mereka senangi dan yakini. Bagi keluarga merupakan kewajiban untuk menyampaikan kebenaran. Nah Pak Jabbar si besar mulut ini menganggap bahwa dia pengikut Nabi SAW maka apa yang dikerjakan oleh Nabi adalah kerjanya juga. Apa yang dulu dituturkan Nabi juga akan dituturkan pula kepada manusia lainnya. Sebab Nabi bersabda barangsiapa menghidupkan kegiatan dan sunnah Nabi, maka itu tanda cinta kita pada Nabi. Dan siapapun yang mencintai nabi Muhammad SAW akan dijamin masuk Surga bersama beliau. Inilah yang menjadi harapan kehidupannya di dunia ini.

Manakah orang yang bisa mengerjakan pekerjaan seperti Pak Jabbar ini? Dalam kehidupan yang serba materi dan manusia memuja harta dunia dan jabatan dunia. Mereka cenderung melihat manusia dari kacamata harta dan kedudukan banyak sedikitnya uang dan harta. Ada secercah cahaya kecil dari mulut seorang Jabbar adalah merupakan rahmat. Mendatangi manusia mengingatkan akan kesalahan dan kealpaan manusia adalah suatu kerja yang dahulunya dikerjakan hanya oleh para Nabi dan orang-orang sholeh serta pengikut-pengikut beliau-beliau. Kini ada orang yang rela mengorbankan perasaan malu dan harga diri demi kebaikan manusia lainnya. Demi kebaikan kita semua sebab kebaikan manusia lainnya adalah kebaikan alam dan kebaikan ekonomi dan kebaikan rumah tangga dan kebaikan rumah tangga lainnya yang kelak akan membentuk Negara yang baik dan makmur adil sentosa dalam iman. Adakah kita berpikir bahwa orang seperti ini adalah orang-orang asing yang hampir tidak bisa ditemui di kancah perhelatan dunia hari ini. Bahkan mereka lebih sering membatasi segala keperluan dan hajad hidup demi manusia lainnya.

Mereka mengurangkan masa untuk berburu dunia akan tetapi mereka berburu amalan yang membawa mereka kepada derajad tinggi di sisi Tuhannya. Mereka bukan mendapatkan pujian dan sanjungan seperti pemain bola, bintang film, penceramah di tv-tv, mimbar-mombar dan di kantor-kantor akan tetapi memang mereka tidak ingin terkenal dan pujian dari kalangan manusia. Yang mereka mau dan dambakan hanyalah keridoanNya dan pujiannya dan terkenalnya mereka di atas langit di antara jajajaran makhluk suci Allah SWT yakni para penduduk langit, malaekat muqqorobin. Sehingga hujatan dan cacian manusia bahkan usiran dan sebutan jelek lain dari manusia tidaklah akan menjadikan mereka berhenti dari kerja yang maha besar ini.

Inilah proyek super mega raksasa yang semestinya diburu oleh setiap mukmin ,yang hakekatnya mereka sedang menuju kearah jurang kematian. Bukan…mereka bukan tidak punya kerja. Namun mereka membatasi kerja dunia mereka. Bukan ……mereka bukan …tidak berharta. Namun mereka menggunakan harta mereka untuk urusan agama yang mulia ini. Mereka gunakan mobil untuk ke masjid 5 kali. Sepeda motor juga demikian. Bahkan badannya juga dikorbankan untuk agama seperti bagaimana para Nabi memberikan contoh. Kemudian mobil mereka untuk silaturahmi ke desa dan bahkan pulau lain dalam urusan silaturahmi dan mempraktekkan ayat-ayat Allah agar kelak harta itu bisa membela diri mereka manakala ditanya oleh Allah SWT untuk apa harta itu.

Dan orang seperti pak Jabbar ini memang sengaja menyisihkan sebagian waktu untuk menyenangkan Allah SWT seperti bagaimana para Nabi dulu. Dan hari ini mestinya orang-orang yang mengaku mengikuti Nabi Muhammad SAW juga mempunyai sifat juang seperti Pak Jabbar. Agar Allah SWT jaga diri mereka dan keluarga dan harta mereka di dunia hingga akherat. Dahulu kala semenjak akan diciptakannya manusia, maka malaekat berkata kepada Allah mengapa Allah SWT hendak menciptakan manusia yang nanti kerjanya hanya saling bunuh dan berebut dunia saja. Maka Allah SWT menjelaskan bahwa tidak semua mereka demikian. Ada di antara manusia yang unggul dan baik dan selalu ingat akan perintah Allah dan mengajak manusia kepada Allah. Itulah yang ingin dikerjakan oleh Pak Jabbar dan orang-orang yang seperti dia itu. Bukan mereka orang yang tidak mau kerja dunia dan kedudukan dunia. Namun mereka menginginkan semua itu datang dengan halal saja. Mereka orang yang makan juga namun mereka ingin makan yang halal saja. Mereka juga bukan orang yang tidak berbicara, namun mereka berbicara akan tetapi berusaha bicara yang halal-halal saja.

Demikianlah kehidupan Pak Jabbar berlangsung hari demi hari. Waktu dibagi dengan begitu rapi agar tidak sia-sia. Sebab waktu adalah ibarat es. Didiamkan habis dan dimakan juga habis. Namun bagaimanakah agar es itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain termasuk keluarga. Malam dan siang merupakan dua waktu yang membahagiakan dan membahayakan manakala tidak pandai memanfaatkannya dengan bijak. Siapakah yang bisa ditiru dalam menapaki kehidupan ini dalam pengaturan waktu hidup kita? Jangan mencari kemana-mana dan kepada siapa-siapa, kecuali Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.

Kita sepakat bahwa orang seperti pak Jabbar ini sangat langka kita bisa temui di belahan bumi ini. Di masa manusia tidak lagi peduli dengan orang lain. Mereka berburu nafsu kehidupan bersaing dengan teman dan bahkan saudara kandung sendiri, masih bisa kita temukan orang yang risau dan peduli dengan orang lain seperti bagaimana para Nabi daulu kala risau kepada ummatnya. Di sela-sela manusia yang tidak lagi menghormati orang lain bahkan tidak lagi diri mereka sendiri. Jarang berpikir akan keselamatan diri mereka apalagi keselamatan orang lain. Namun masih ada seseorang Jabbar yang mengemban misi agar manusia menjadi makhluk terhormat di bumi dan kelak di negeri akherat. Bukan manusia pemburu dunia akan tetapi manusia pemburu Surga yang luasnya meliputi langit dan bumi. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki dia menjalankan keperluan dunia dan sekaligus menjalankan kewajiban dan tugas sebagai kholifah di bumi ini.

Marilah kita berkeliling di pasar dan di toko-toko adakah manusia yang mengingatkan manusia lain agar menimbang dengan baik. Jangan lupa Sholat. Agar wanita menutup aurat dengan sempurna. Jika ada maka dialah pak Jabbar itu. Tanpa merasa malu dan sungkan untuk mengajak manusia lain berbuat kebaikan hakiki. Dialah sebaik-baik manusia yang pernah disabdakan oleh Nabi SAW bahwa seutama-utama manusia adalah mereka yang keluar di tengah-tengah manusia kemudian beramar ma’ruf nahi mungkar dan bersabar atas apa saja yang menimpa dirinya.

Dialah kelak yang akan memperoleh ketinggian derajad di sisi Tuhannya. Mengalirlah pahala padanya walaupun jasadnya telah masuk ke dalam liang lahat. Dan dialah manusia yang mana kelak Allah akan malu bertanya tentang apa saja yang pernah dikerjakan di dunia dulu dan semua dosa menjadi ampunan Allah SWT dan digantinya dengan kebaikan-kebaikan. Dialah yang mana Allah akan malu bertanya tentang kegiatan sewaktu dia hidup, karena dengan kemahatahuan Allah, maka standar manusia yang demikianlah yang membuat Allah kagum kepadanya dan merasa segan bertanya tentang kegiatan sewaktu hidupnya.

Dan semua ini kelak akan dibatidakan di depan malaekat sebagai saksi bahwa memang benarlah Allah lebih tahu daripada mereka akan manusia dan semua ciptaanNya. Inilah tipe manusia yang mempunyai derajad tinggi. Yang bisa dibatidakan oleh Allah. Tidakkah sangat langka kita temui manusia demikian? Memang ada di antara manusia yang mengorbankan dirinya untuk Allah dan di sisiNya tentunya dia lebih tinggi derajadnya. Dan adilnya Allah YMK adalah bahwa Allah memberikan kesempatan melakukan kerja Nabi Muhammad ini kepada setiap orang Islam. Tanpa memilih ras dan golongan dan pendidikan. Siapapun yang beramal sholeh baik laki atau perempuan maka dia akan mendapatkan pahala yang besar di sisiNya dan kehidupan yang baik. Dan DIAlah sebagai wali dan pelindungnya dunia sampai akherat. Bukankah ini yang merupakan jawaban tuntutan persamaan hak yang banyak dituntut oleh wanita itu?

Ketika pak Jabbar melihat orang yang berjualan pot bunga dan sapu sedang istirahat di bawah pohon dekat masjid maka dia segera mengajak ke masjid kebetulan juga azan sedang berkumandang di dekat mereka. Dan kemudian berusaha meyakinkan kepada mereka dengan kalimat agung dari Allah SWT.
“ Rejeki sudah ada untuk kita pak. Dan rejeki sudah diatur oleh YME dan kita jalani asebabnya saja. Kita buru juga tidak pasti kena dan kita tinggalkan juga belum pasti hilang. Namun umur kita akan hilang tanpa amal manakala kita tidak beramal sejak dini. Dan hidup kita ini pendek. Jika kurang amal akan menjadikan diri kita sengsara di dunia dan akherat. Bahagia manusia itu dalam amalan sholehnya.”
“Nggih…nggih pak duluan saja,” kata mereka. Dan jawaban orang-orang seperti ini sebenarnya banyak dimiliki oleh bangsa kita di Indonesia. Meskipun itu masih baik daripada mereka yang menghina ajakan baik pak Jabbar agar kita ingat maksud kehidupan kita di dunia. Ibadah kepada Allah SWT. Mempersiapka kematian sejak dini.

“ Sholat-sholat saja. Kapan kerjanya?” sekiranya dijawab oleh pak Jabbar kerja-kerja saja kapan sholatnya? Gimana? Padahal umur hanya sedetik, sedang di depan mata pedang kematian dari malaekat Izrael siap segera dipenggalkan ke leher kita untuk menetapkan ajal datang.
“ Pak, hidup kita ini ada waktu untuk DIA dan ada waktu untuk dunia keluarga dan kerja. Kalau kita campur adukkan maka akan menjadi orang yang lalai dalam sholat dan amalan agama kita. Karena yang kecil dan besar tidak diletakkan dalam porsi yang sesuai dengan keadaannya. Dan inilah sebenarnya yang diancamkan olehNya bahwa kerusakan manusia manakala rusak pada sholatnya.

Suatu hari ketika ada orang yang beragama Hindu bertanya kenapa orang Islam sholat. Maka dijelaskan pak Jabbar bahwa ini perintah Allah Yang membuat manusia dan seluruh isi alam. Jadi bukan maunya manusia yang Islam, akan tetapi ini semua adalah kemauan Allah SWT. Manusia ada di dunia juga atas ciptaan dan kemauan Allah SWT. Agama adalah milik Allah dan kita juga milik Allah. Seluruh isi alam semesta ini milik Allah SWT. Maka nanti ada manusia yang kembali kepada Allah dan ada yang tidak bisa bertemu dan kembali kepada Allah. Mereka yang taat dengan aturan agama yang diturunkan oleh Allah maka merekalah orang beriman dan mereka akan bertemu dengan Allah. Dan manusia yang membuat-buat agama selain agama Allah maka mereka tidak bertemu dengan Allah SWT.

“Tapi pak kita kan ikut Bapak-bapak dan nenek moyang kita terdahulu.”
“Memang. Manusia hanya sering berkata demikian kepada Allah juga. Oleh karenanya manusia diberikan bekal otak, hati dan pikiran atau akal. Agar dia bisa mencari kebenaran dan jalan menuju kepada Allah. Pasti Allah akan tuntun manusia yang mencariNya kepadaNya. DIA ingat kepada orang yang ingat padaNya. DIA membantu manusia yang minta tolong padaNya. DIA memberikan jalan kepada orang yang bersungguh-sungguh menuju padaNya. DIA tidaklah lalai dari ciptaanNya.“
“ Jadi anu pak Jabbar kita gak boleh ikut-ikutan saja?”
“ Jangan Bu. Karena kelak semua manusia sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada Allah SWT. Kunci bahagia itu Lailaha Illallah Muhammadarrasulullah. Dan sholat. Ikut Nabi Muhammad SAW. ”

“Suami saya sudah meninggal pak Jabbar. Tapi saya dulu Islam. Saya dak kenal itu agama. Dan suami saya juga gak pernah ajarkan apa sebenarnya agama. Kami ikut-ikutan saja. Mereka gini kami ikut gini. Mereka gitu kami ikut gitu. Dan kami gak tahu siapa Allah dan Nabi siapa tadi…?”
“Muhammad SAW…... Ibu saya dulu gak ajarkan apa-apa, ayah saya bercerai waktu saya kecil. Di Lombok banyak kawin cerai kan pak? Makanya saya begini sekarang.”
“ Yah Ibu harus berpikir dong, kenapa tidak kembali saja kepada Allah SWT? Sebab kebanyakan manusia itu sesat bu. Jangan ikut-ikutan saja. Harus gunakan akal kita.”

Adakah kemungkinan Pak Jabbar ini riya’ dan tidak ikhlas? Dia dagang namun juga menyampaikan amanah yang harus disampaikan olehnya. Karena agama Islam ini memang amanah Allah yang mana gunung dan langit dan matahari bintang serta makhluk lainnya tidak mau menerimanya. Manusia yang bodoh dan kecil ini mau……..

Orang sederhana ini menempuh kehidupan berkah dengan serba sederhana. Taat padaNya menjalankan perintahNya dan tidak membuat-buat sendiri cara ibadah untuk mendekatiNya, karena pasti tidak bisa sampai kepada Allah SWT. Sebab semua aturan ibadah telah ditentukan dalam satu agama Islam olehNya dan manusia bisa melihat betapa sempurnanya agamaNya. Memang kita melihat banyak manusia menolaknya. Namun mereka diberikan kesempatan panjang untuk berubah keyakinan. Sebagai tukang promosi adalah semua orang Islam. Inilah yang dikerjakan oleh pak Jabbar. Pedagang mainan yang patut kita tiru. Mungkinkah dia bisa meninggal dengan nilai bagus? Baca terus ceritanya ini kisah nyata bukan khayalan penulis. Ingat ya? Semoga kita bisa memetik keteladanan dari pak Jabbar si Besar Mulut pedagang mainan.

Berjualan hanyalah merupakan keperluan hidup sedangkan dakwah adalah maksud hidupnya. Sehingga hal ini bisa kita lihat dalam kehidupan rumah tangganya yang sederhana dengan peralatan rumahnya. Isterinya yang tadinya belum berjilbab kini telah berjilbab mengikuti sunnah para isteri nabi dan isteri sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Setiap jengkal tanah yang dilalui pak Jabbar dia selalu gunakan untuk mendakwahkan ajaran agama Islam dan mengajak manusia sholat dan memakmurkan masjid. Dia menemui pula bermacam-macam keadaan manusia. Ada sebagian yang menerima dengan menganggukkan kepala. Ada yang menerima dengan diam. Ada yang tidak memberikan respon sama sekali. Namun adapula yang menolak dan bahkan mengusir dari kampung yang dia kunjungi itu.

Mereka menganggap Bapak Jabbar membawa aliran baru. Karena dia berjenggot dan kemudian menceritakan sesuatu yang jarang dilakukan orang banyak. Bahkan Kiai pun tidak melakukan hal seperti dia. Mendatangi manusia kemudian menasehati mereka tentang hidup di akherat yang bahaya dan menyesatkan bagi yang tidak tahu likalikunya. Apalagi dia mengajak orang kampung itu ke masjid. Dan mengatakan bahwa orang di sekitar masjid yang mendengar azan berkumandang wajib hukumnya mendatangi masjid untuk sholat berjamaah. Kalau tidak maka dianggap mereka tidak sholat jika sholat mereka di rumah mereka, apalagi mengulur-ulur waktu. Dia berkeliling dan sering berhenti di perempatan jalan-jalan desa menjajakan dagangannya yang khusus mainan anak-anak dan buku-buku agama. Perbincangan sering terjadi dengan orang –orang dengan topik pada umumnya selalu mengarah kepada kehidupan akherat. Dia kesana kemari menebarkan peringatan dan salam. Berita gembira juga disampaikan kepada mereka yang senang dengan masjid dan amalan sholeh mengikuti Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri teladan manusia dunia semuanya tanpat kecuali.

Pernah ada orang yang tidak setuju dengan topiknya dan mengatakan kita hidup di dunia kok tidak mbahas masalah dunia. Dia berkata dengan semangat bahwa masalah dunia, sudah banyak yang mengerjakan dan mengurusi meskipun seringkali tidak berhasil dan bahkan terjadi banyak kerugian. Dia ingin mengerjakan yang lebih besar dari pada itu. mengerjakan kerja Nabi-nabi dan para RasulNya .

‘ulama katakan kita banyak lalai dan salah dalam kehidupan ini. Lihatlah dengan tsunami, Korupsi, BBM naik, duit sulit, sopir-sopir mengeluh ibu-ibu kan banyak yang mengurangkan timbangan di pasar-pasar. Malah pabrik-pabrik juga seringkali mengurangkan timbangan misalnya cat-cat yang mengatakan 1 kilo beratnya ternyata hanya 9 ons dan semen yang 50 kilo ternyata juga hanya 49 kg atau mungkin kurang. Kalau masalah ini terjadi di suatu bangsa maka bangsa itu akan dikutuk oleh Allah dan didatangkan azab dan musibah dan berbagai ragam bencana alam dan kecelakaan-kecelakaan, paceklik, orang-orang jahat termasuk pemimpin-pemimpin bangsa itu juga jahat-jahat, kebutuhan hidup mahal.

Nah akan tetapi berapa orang yang membahas masalah sholat, dzikir, sedekah dan juga silaturahmi seperti saya ini. Adakah kiai atau ulama yang mendatangi pasar-pasar atau kampung kemudian menemui masyarakat lalu menasehatkan perkara seperti ini? Kan tidak ada? Adakah? Padahal amalan sholeh mendatangkan keberkahan negeri ini. Mendatangkan kebaikan dan kemenangan bagi negeri ini. Keuntungan bagi negeri ini.

Hanya banyak manusia tidak percaya. Siapa yang menjanjikan hal ini? DIAlah Allah SWT yang Maha Tahu dan menciptakan segala sesuatu hanya dengan berfirman “Kun Fa Yakun = Jadilah maka Jadilah”.

Kita bernafas misalnya pakai hidung, ketentuanNya. Sekarang kita tidak mau, lalu kita pakai telinga atau mata? Apa yang bakal terjadi ? Kecelakaan besar!

Demikianlah alam kita ini. Jika Allah berfirman bahwa sholatdan zakat adalah mencegah kerusakan dan kemungkaran. Maka rumusan mana lagi yang akan kita gunakan untuk mencegah terjadinya kerasakan alam semesta dan akhlak manusia? Adakah lagi yang lebi hebat dan lebih tahu daripada Yang Maha Tahu , Allah SWT? Mari kita berpikir dan berpikir dengan cerdas. Agar kita temukan keyakinan dalam diri kita akan kekuatan dan keperkasaan dan kehebatan DIA atas segala sesuatu sehingga kita bisa taat kepadaNya.

Sebagian mereka berpikir dan sebagian lainnya merenung. Kemudian mulai mengangguk-angguk.
“ Kerja Nabi ini tanpa dibayar lho? Seperti saya ini kan jualan mainan anak-anak tapi juga mengajak orang lain untuk sholat dan amalan sholeh. Ya kan?”
“Nah kalau anda Polisi, maka tugas anda bukan hanya di kepolisian dalam urusan kantor Polisi, namun bagaimana juga mengajak Polisi-polisi lain bisa taat pada Allah.” Yang mendengar diam berpikir mungkin.
“Jangan sholat sendiri dan membiarkan orang lain tidak taat kepadaNya. Jika anda guru, maka tugas keguruan dijalankan namun juga mengajak pada kebaikan dan memberi peringatan kepada murid-muridnya. Sehingga tidak kita lihat lagi murid pacaran dan berbuat yang tidak baik dan tidak senonoh dan tidak sopan dan tidak amoral.”

“Semua orang muslim berkewajiban dalam beramar ma’ruf nahi mungkar. Semuanya tanpa kecuali. Tergantung kemampuan mereka. Walaupun hanya satu ayat yang dia bisa. Sekarang ini kita hafal Al Fatihah ( 7 ayat) Al Kafirun (6 ayat). Al Ma’un (7 ayat). Demikian banyak kita tahu dan betapoa sedikit yang kita amalkan? Lebih sedikit lagi yang kita dakwahkan? Jadi inilah yang selama ini saya kerjakan.”
Sebagian percakapan yang sering terjadi kepada mereka yang menemuinya ketika istirahat selesai sholat di masjid setuju dengan pendapat Pak Jabbar. Hanya mereka belum bisa ke arah sana. Namun kapan? Mereka harus segera menjawabnya memang berat mengikuti Nabi kalau tidak niat. Akan ringan jadinya kalau kita berniat ke sana.

“Memang jika dipikirkan benar kata-kata pak Jabbar mengenai bangsa kita, komentar seorang pendengar setelah kepergian pak Jabbar. Mereka membiarkan rakyatnya rusak dan dirusak oleh bangsa lain. Membiarkan seenaknya orang lain membawa ekstasi bahkan membuat ekstasi di negeri kita ini? Coba kalau ditembak di tempat mereka yang seperti itu, seperti di Singapura dan Malaysia? Maka Allah akan senang dan memberikan keberkahan negeri kita Indonesia. Sebab itu ada di firmanNya. Barangsiapa membuat kerusakan besar bagi manusia lain maka mereka harus Qishash.” katanya sungguh-sungguh. Yang lain diam dan mungkin berpikir dan mengiyakan. Ini fikir besar bagiNya. Dan punya nilai di sisiNya bukan kosong saja.
“Sekarang ini malah pemerintah tidak pusing dengan penderitaan rakyat kecil dengan menaikkan BBM dan otomatis semuanya akan naik dan terus naik. Dan tidak ada kontrol dari pemerintah tentang harga di pasar. Timbangan yang jelek. Jika pemerintah berkiblat pada rakyat miskin, maka Allah akan mengabulkan do’a para pemimpin bangsa ini dan kemudian memberikan keberkahan negeri ini.”

“Bukankah Allah SWT bersama orang-orang miskin? Dan do’a dan kutukan orang miskin itu akan segera djadikan makbul oleh Allah SWT karena memang mereka orang yang menderita di dunia ini dan jarang menikmati kenikmatan dunia yang sering dinikmatioleh orang kaya saja. Bukan demikian? Padahal nantinya akan kethuan bahwa hati orang miskin lebih mulia dibadingkan orang kaya harta dunia selama ini. Jangan sampai negeri ini dikutuk oleh orang-orang miskin sehingga terjadi azab di mana-mana. Terutama penderitaan buta hati dan penyakit jiwa bagi si kaya dan kematian Su’ul Khotimah bagi mereka.”
“Pemerintah harus memberikan sangsi kepada mereka yang melanggar patokan harga dengan seenaknya saja menaikkan dan jelek dalam timbangan. Departemennya ada yaitu badan Metrologi . Lantas apa saja kerja mereka di kantor itu?” demikian kurang lebih komentar beberapa orang yang rupanya lebih berpendidikan daripada pak Jabbar.

Suatu hari pak Jabbar duduk-duduk di sebuah warung ketika minum Es. Mereka melihat pak Jabbar kemudian berkomentar.
“Nah ini baru Ustaz hebat? Gimana pak Jabbar? Tul tidak ?”
“ Betul pak betul. Dia ini ngolok-ngolok pak Jabbar.”
“ Terima kasih. Kamu mahasiswa yang rajin. Supaya pintar dan jangan tidak jujur.”
“ Wah kalau Syaruwi ini jagonya gak jujur pak Ustaz.” Nyontek saat ujian sudah biasa, dia ini.” Komentar temannya yang ternyata namanya Lorry.
“ Jujur itu penting. Kalau cari ilmu udah gak jujur, maka kelak cari kerja juga sulit dan setelah kerja juga tidak pernah bahagia dan bersyukur padaNya atas segala pemberianNya. Tidak diberikan keberkahan oleh Allah SWT,” kata pak Jabbar santai.
“ Yah sama juga sama dia ini pak Ustaz. Nyontek sih tidak tapi buka bukunya masya Allah.”
“ Sudahlah gak usah saling buka aib sendiri-sendiri. Saya hanya berpesan agar kita JUJUR. Sebab jujur menghasilkan kebaikan selama-lamanya. Yakinlah rumusan DIA.”
“ Baik pak Jabbar.” Akhirnya mereka bubar setelah membayar makan dan minuman masing-masing.

Di desa-desa yang dikunjungi pak Jabbar selalu saja meninggalkan kesan dan kritik pada mereka. Karena memang hampir tidak ada manusia seperti ini di zaman sekarang. Yang ada adalah menjajakan produk yang 24 jam dalam tivi maupun melalui radio dan apapun alat yang bisa untuk menyebarluaskan produk itu. Presidenpun juga tidak pernah menasehatkan kepada rakyatnya yang beragama Islam untuk beriman, bersedekah, berzakat, bersholat dimasjid, berdzikir atau berbuat kejujuran padahal dia sebagai pemimpin bangsa ini tugasnya bukan hanya mengurusi perut rakyatnya saja namun juga memberikan nasehat akan kebaikan tanpa menyinggung orang yang beragama lain. Jika memang dia Islam mestinya menjadikan dirinya seperti Umar, Abubakar, atau Usman atau syukur-syukur jika bisa seperti Nabi Muhammad hidup sederhana dan penuh kasih sayang kepada rakyat yang mengangkat dan dipimpinnya. Bahkan kalau kita mau mengikuti perjalanannya yang sederhana. Sosok pak Jabbar dengan sederhananya namun pemikirannya tinggi dan luas serta begitu risau dengan keadaan masyarakat muslim di Indonesia yang banyak tidak sholat dan tidak mau masuk ke masjid meskipun mereka membangun masjid dengan biaya yang milyaran dan megah-megah. Dia tidak berpikir bagaimana mempunyai banyak harta. Namun dia memikirkan bagaimana agar orang yang tidak punya harta bisa sholat. Apalagi yang punya mobil bisa ke masjid dengan mobilnya 5 kali dalam sehari. Dan orang Islam bisa memahami akan tugasnya sebagai ummat Nabi Muhammad yang diwajibkan dakwah walaupun hanya satu ayat yang dia bisa.

Keluh tidak pernah ada walaupun keringat dan panas matahari menyengatnya. Sebab dia telah mendapatkan iman dalam dadanya. Iman ini adalah ketenangan dan pertolongan dan kemuliaan dan perlindungan juga sumber segala kebaikan sifat manusia. Di rumah dia selalu membantu isterinya mencuci dan juga membersihkan rumah. Walaupun dia telah kerja keras di luar. Diapun juga menjahit baju sendiri. Isterinya yang sudah cukup tua itu merasa bahagia setelah suaminya menjalankan ibadah dengan baik dan mengajaknya berbuat seperti suaminya. Anak-anaknya sudah besar dan sudah menikah semua. Mereka juga senang dengan kegiatan bapaknya untuk selalu dalam amal hanya saja mereka belum bisa mengikuti langkah-langkah kerja orang tuanya. Semoga suatu hari estafet kerja seimbang ini akan dilanjutkan oleh anak-cucu mereka. Amin.

Ngajak-ngajak orang ke masjidlah berjilbablah berdzikirlah adalah serentetan kegiatan pak Jabbar. Dari beberapa rumah sebaliknya orang-orang merasa kasihan. Mereka berjanji dalam hati bahwa memang pak Jabbar dalam kebenaran yang mestinya dia kerjakan juga. Namun kini badan yang selalu membawanya pada amalan mulia itu tergolek lemah di atas kasur dan dipan yang sederhana. Badannya yang cukup gemuk dan tidak tinggi nampak pucat. Akan tetapi terpancar di wajahnya ketenangan dan cahaya yang menunjukkan akan kesabaran dan keikhlasan dengan keadaannya ini.

Beberapa orang yang datang membawa makanan dan minuman dan juga buah-buahan dia terima dengan baik dan senyuman ramah sekaligus mendoakan pengunjungnya agar dibalas oleh Allah SWT dengan yang lebih baik di dunia dan di akherat kelak. Dia juga minta maaf barangkali ada kata-kata atau tingkah lakunya atau isterinya yang tidak pas sehingga membuat mereka tersinggung. Tetap saja di sela-sela pembicaraan selalu mengingatkan tetangganya untuk tetap berbuat baik dan beramal sholeh. Sebab kehidupan ini pasti ada ujungnya. Yakni kematian. Dan kematian ini hanya ada dua. Mati baik dan mati tidak baik. Kemudian di akherat kelak juga ada dua saja. Neraka dan Surga. Sekaranglah masa untuk mendapatkan Surga itu. Bukan nanti setelah kematian. Mati itu tiba-tiba dan setelah mati bukan untuk sholat, namun untuk panen hasil sholat dan dzikir dan doa dan sedekah dan puasa dan amalan sholeh lainnya.

Bebera pahari kemudian dia semakin serius sakitnya sehingga harus dibawa ke Rumah Sehat. Tidak jauh hanya beberapa puluh meter saja dari rumahnya. Di Rumah Sehat dia tetap sholat dengan sekuat tenaga yang bisa dia kerjakan. Wudhu dengan cara duduk dan kemudian sholat dengan duduk. Dan di Rumah Sehat dia mengatakan kepada para perawat agar tidak memberi makanan. Sebab dia hanya ingin minum saja. Dia lebih tahu dirinya dari pada perawat, dia katakan. Nanti kalau saya minta makan baru beri saya makan ya? Nabi pernah bilang orang sakit itu diberi makan dan minum oleh Allah jadi jangan dipaksa saya makan. Perawat hanya mengiyakan saja. Sebab akhirnya hasil pemeriksaan juga tidak menunjukkan penyakit apa-apa dalam diri pak Jabbar. Badannya panas. Hingga suatu hari dia meminta agar perawat dan para dokter Rumah Sehat itu berkumpul dekat tempat tidurnya setelah dia sholat Ashar.


Kemudian dia mulai berbicara kurang lebih suaranya demikian,”Assalamu alaikum warrohmatullohi wabarokaatuh. Alhamdulillah saudara semua saya mengucapkan terima kasih atas semua kebaikan saudara-saudara. Perawat dan para dokter di sini. Saya dirawat dengan baik dan ikhlas. Semoga Allah saja yang membalas anda semuanya. Mungkin kita tidak ketemu lagi. Karena saya sakit. Bisa jadi mati. Saya ingatkan pada semua perawat meskipun anda mengerjakan kebaikan membantu orang sakit tapi jangan sampai meninggalkan kewajiban pribadi kepada Allah SWT yaitu sholat. Jangan ditinggalkan sholat. Jagalah sholat tolong dijaga sholat.

Kemudian pak dokter Made anda begitu baik kepada semua pasien semoga anda suatu hari mendapatkan hidayah bisa masuk Islam. Sebab orang yang belum Islam namun bersifat baik dan senang sedekah menolong fakir miskin, maka suatu hari dia akan diberi hidayah oleh Allah SWT menjadi orang Islam. Jangan lupa pesan saya karena saya sayang sama semua orang di sini dan orang yang telah saya temui. Nanti saya akan berangkat dijemput oleh seseorang. Ingat kunci Surga adalah Lailah Illallah Muhammadarrasulullah. Terima kasih. “ Kemudian dia rebahan kembali karena tidak kuat badannya menyangga tubuh pak Jabbar. Dia dzikrikan Ashadu ala ilaha Illallah wa ashadu anna Muhammadarrasulullah. Allohu akbar.”

Kemudian dia kelihatan lelah sekali dan tidak kuat lagi. Dia kemudian nampak tidur dengan tenang dan nafasnya teratur. Benarlah, ketika semua orang sibuk dengan kesibukan mengerjakan sholat dan yang sakit sibuk dengan penyakitnya pak Jabbar meninggalkan orang-orang termasuk isteri yang dicintainyapun tidak melihat kapan suaminya meninggal. Yang diketahuinya bahwa sekembali dari musholla Rumah Sehat, dia telah tiada. Matanya bagaikan orang yang tidur dengan nyenyak dan mulutnya tersenyum seolah melihat sesuatu yang menyenangkan dia dan tidak akan dia lupakan kesenangan itu sehingga senyumnya begitu khas sekali. Ramailah dengan pembicaraan akan kematian pak Jabbar di Rumah Sehat itu. Si mulut usil, si mulut besar dan banyak lagi julukan untuk dia, telah meninggalkan mereka dengan tenang menuju alam akherat negeri sesungguhnya untuk manusia dan jin selama-lamanya dan abadi.

Dia meninggalkan kesan yang sungguh mendalam dan terukir indah di hati para perawat dan dokter terutama dokter Made yang senang sekali dengan kebaikan orang lain. Situasi di Rumah Sehat itu dalam beberapa hari itu orang-orang selalu membicarakan kematian pak Jabbar yang hebat. Kematian inilah yang bergengsi yang tidak bisa dimiliki oleh bahkan mungkin setiap 59.999 an orang yang mati di dunia ini.

Di rumah tempat dia disemayamkan, orang-orang membicarakan keadaan jenazah pak Jabbar yang sangat lain dengan orang-orang kampung yang telah meninggal sebelumnya. Tidak satupun yang bisa tersenyum. Memang pada akhirnya orang-orang kampung itu mulai memikirkan kembali kegiatan pak Jabbar ketika masih hidup. Pada umumnya manusia tidak melakukan yang dilakukan oleh pak Jabbar ketika dia masih hidup. Manusia kebanyakan egois dan tidak pusing dengan tetangga dan orang lain yang ditemui. Kita bisa lihat buktinya ketika di program “Toloooooong “ di televisi. Bukankah hanya sedikit orang yang memikirkan orang lain dan jika sekiranya ada maka dia itu bukan orang kaya.

Demikian manusia sekarang ini cenderung memikirkan diri sendiri dan keluarganya. Tidak perduli dengan orang lain. Dan jika mereka ke masjid untuk sholat, maka dia tidak mau atau tidak berani mengajak lain. Cenderung kepada nafsi nafsi. Dan ini tidak bagus.

Akhirnya mereka mengangkat jenazah pak Jabbar sambil memikirkan orang baik yang diangkatnya masuk ke dalam kuburnya. Sehingga setelah kematian pak Jabbar beberapa orang yang tidak pernah sholat mulai memikirkan sholat dan orang yang tidak pernah sholat di masjid kemudian mulai naik masjid demikian juga ibu-ibu yang tadinya tidak mau menggunakan jilbab kini sudah mulai memakainya dengan ikhlas. Isteri Pak Jabbar juga tidak lagi menjadi bahan ejekan atau serangan omongan orang kampung. Namun dia mendapatkan pujian akan kebaikan suaminya sewaktu hidup.

Alhamdulillah, segala puja puji hanya bagi Allah SWT. Bahkan ada yang merasa rindu sekali dengan pak Jabbar karena biasanya jam tertentu pak Jabbar datang ke rumah mereka bersilaturahmi namun kini dia telah tiada lagi. Semoga saja ada pelanjut Pak Jabbar kelak tidak lama lagi di kampung ini. Selamat jalan pak Jabbar doa kami menyertaimu. Mudah-mudahan kita bisa bertemu di Surga kelak tidak lama lagi. Sabda Nabi memang benar bahwa orang beriman dijemput kematian dalam keadaan sadar. Wallohu a’lam. Allohummaj’alna minhum = Ya Allah masukkanlah kami ke dalam golongan mereka.

0 comments

Post a Comment