Friday, January 21, 2011 at 11:13 PM
3. GADIS BERGAUN PENGANTIN INDAH.
( Seorang Gadis Yang Ta’at Pada Orang Tuanya)

Pak Wildan adalah seorang ayah yang tanggung jawab terhadap keluarganya. Dia bukan hanya mencarikan nafkah makan minum dan tempat tinggal sandang saja bagi anak isterinya, akan tetapi juga dia belajar agama dengan serius setelah bekerja sebagai guru di sebuah sekolah kejuruan di daerah propinsi kecil NTB. Tadinya dia tidak bisa ngaji kini dia bisa membaca Al Qur’an dan demikian juga pada anak isterinya diajarkan membaca AL Qur’an dan menepati dan menetapi sholat tepat waktu bagi wanita dan anaknya yang laki-laki diajaknya ke masjid agar terbiasa kelak di hari depannya.

Setiap hari sekali dua kali dia membaca Al Qur’an; pagi hari sepulang dari masjid dan malam hari sepulang dari masjid atau sepulang dari silaturahmi ke tetangganya. Dia mempunyai 4 orang anak 3 laki-laki masih kecil dan seorang anak gadis berumur enam belas tahun. Dia begitu ta’atnya dalam ibadah dan pada orang tuanya. Belum pernah dia membantah perkataan ibunya. Atau mengatakan sedikit kata untuk menolak atau mendebat pendapat ibunya. Setiap suruhan ibunya untuk melakukan apa saja dia selalu kerjakan dengan senang hati. Sehingga semua perilakunya ini menjadikan banyak orang memuji dan mengagumi. Mereka ingin mempunyai anak seperti dia. Mengaji Al Qur’annya juga bagus. Dan kata-katanya lemah lembut sekali. Akan tetapi tidak demikian yang terjadi dengan ibunya yang cerewet dan sering bicara keras. Meskipun hatinya baik, namun ada saja di antara familinya yang tersinggung dan akhirnya pecahlah hubungan silaturahmi mereka. Beberapa di antara mereka sampai detik ini masih ada yang belum bisa disambung atau tersambung kembali. Hal ini benar-beanr merisaukan gadis cantik ini. Dia sering memberitahukan hal inipada ayahnya.

“Yah….bukankah tidak bertegur sapa dengan saudara muslim lebih dari 3 hari itu dilarang ayah….?”
“Benar… Tun. Kenapa kamu tanyakan itu? Siapa yang putuskan hubungan itu……..?”
“Kan ..ayah sama bibi …dan paman Romli ……?”
“Bukan ayah dan ibumu, tapi mereka yang memutuskan hal ini.”
“ Tapi kenapa ayah tidak ke sana menyambung silaturahmi itu? Kenapa ayah…………?”
“ Entahlah….belum waktunya mungkin. Mereka tidak mau nerima kita ke sana.” Jawab ayahnya sekenanya.
“ Tolong ayah ya sambung silaturahmi itu. Guru Zaitun bercerita bahwa orang yang memutuskan silaturahmi itu amal-amalan sholehnya tidak diterima oleh Allah SWT. Benar ayah?“
“ Gurumu betul. Nanti kita lihat. Ayah mau ajak ibumu ke rumah paman dan bibi Romli.”
Zaitun tersenyum saja dan menganggukkan kepala. Memang dalam hati ayahnya dia masih sedikit sakit hati dengan sikapnya ketika diajak mengikuti dirinya untuk belajar agama dengan lebih intens. Malah dia dibilangnya ikut aliran sesat dan tarekat sesat. Kalau sesat dia tidak mungkin mengerjakan sholat. Dia akan mengatakan bahwa saya sudah tamat sholat dan sudah sampai pada hakekat sholat. Nah orang inilah yang sesat itu. Karena tidak pakai ilmu dalam mengamalkan agama kita. Amal tanpa ilmu bisa sesat. Ilmu tanpa amal kosong. Ilmu tanpa iman bisa sombong. Jadi lengkapnya Ilmu, Iman, Amal dan Dakwah semuanya itu harus wujud terpadu. Kakaknya menolaknya dengan kata-kata keras dan kasar di depan banyak orang dan mengatakan dirinya sesat dan ikut aliran tarekat sesat. Kalau tidak di depan umum, mungkin bisa disadari dan dimaklumi oleh pak Wildan. Tapi ini di depan umum. Kan gila begini ini? Demikian gerutunya jika mengingat beberapa saat yang lampau ketika dia menasehati kakaknya.

Rupanya pak Wildan tidak ingat bahwa para Nabi juga demikian adanya. Mereka diolok-olok dan dicaci maki dimana-mana bahkan ada pula yang dibunuh oleh ummatnya. Padahal beliau-beliau manusia suci. Dengan renungan itulah maka dia mulai menyadari akan kekeliruannya selama ini. Berarti selama ini dia belum sepenuhnya sabar dalam ujian dan hambatan dalam dakwahkan agama Islam ini. Dia harus sabarkan diri mulai hari ini. Sabar dan sabar harus berurat berakar dalam jiwa dan kalbunya yang murni itu.

Suatu hari dia mengantarkan anaknya pergi ke sekolah dan seperti biasanya dia hantarkan dengan sepeda motor. Dicium tangan ibunya dengan lembut dan lama sekali kemudian ibunnya dipeluknya dengan sedih dan dia menangis tanpa diketahui maknanya oleh ibunya. Kemudian adik-adiknya dipeluknya dan diciumi pipinya dengan air mata dia berkata pada adik-adiknya.
“ Sayangi ayah ibu ya sayang?” adik-adiknya menganggukkan kepala. Mereka tidak paham apa sebenarnya yang sedang terjadi pada diri kakaknya. Setelah itu barulah dia berangkat ke sekolahnya. Senyuman manis tersungging di bibirnya yang indah meranum.

Setelah ayahnya sholat dhuhur, maka dijemputnya anaknya dan ketika dalam perjalanan pulang dia melihat ada kemacetan, akhirnya dia melewati belakang Universitas Mataram. Ternyata kemacetan itu adalah anak-anak Unram sedang mengadakan demo. Entah demo apa dia tidak tahu. Kemudian ayahnya berbelok ke kanan dan tembus ke arah jalan raya. Tiba-tiba entah bagaimana terjadinya tidak ada yang bisa menyangka dan mencegahnya. Kecelakaan itu terjadi. Dia menabrak atau mobil angkot itu menabrak dia. Dan terjatuhlah dia bersama anaknya. Namun ajaibnya tidak ada yang berdarah. Mereka berjatuhan dari kendaraan mereka. Orang-orang di sekitarnya menolong ayah dan anak itu. Akan tetapi Zaitun rupanya bukan pingsan. Dia tidak lagi bernafas. Ayahnya panik. Bingung. Benarlah perkiraan orang ketika mereka mengangkat badan Zaitun. Dia telah tiada. Ayahnya sedih tiada terkira. Di rumahnya semua tetangga dan sanak kerabatnya dan handai taulan merasa kehilangan dengan kepergian Zaitun. Begitu banyak orang menghantarkan jenazahnya. Mereka beramai-ramai mendo’akan sampai 7 malam berturut-turut atas kepergian gadis manis yang terkenal halus dan lemah lembut ta’at pada orang tuanya itu. Dia sering bersilaturahmi dengan famili atau tetangga dan berusaha menyatukan yang hancur dan merapatkan yang renggang di antara mereka. Dia dikenal banyak gadis dan oleh tetangganya sendiri. Bahkan familinya yang jauhpun mencium bau harum sifat Zaitun itu. Dengan kematian Zaitun mereka merasa bahwa masih banyak benang antar sanak saudaranya yang putus belum tersambung, bahkan beberapa keluarganya yang masih sedang putus hubungan dengan ayahnya belum sempat tersambungkan. Dia kemudian dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Keluarga besar Sekolah SMEA juga merasa kehilangan dengan wafatnya Zaitun. Akhirnya mereka hanya pasrah dengan keadaan ini. Kebanyakan di antara keluarga Zaitun tidak senang dengan kegiatan Bapaknya yang suka mengajak mereka sholat. Dan bagi pria diajaknya sholat berjama’ah di masjid. Karena seringnya mereka diajak dan bahkan kesannya sedikit memaksa para pria, maka mereka menganggap kegiatan ayah Zaitun itu pemaksaan terhadap agama.

Padahal maksud ayat Allah jangan paksa dalam agama itu adalah jangan paksakan orang non Islam masuk Islam. Karena itu urusan Allah. Cukup sekali dua kali diajak, namun untuk melaksanakn ajaran Islam, maka keluarga itu harus sekali waktu diajak dengan sedikit paksakan bahkan jika perlu dipukul. Misalnya anak umur 6 tahun sudah diajari sholat dan jika sudah 10 tahun kemudian meninggalkan sholat, maka harus dipukul oleh orang tuanya. Bagaimana jika yang meninggalkan sholat itu orang yang lebih besar dari pada 10 tahun? Ya pemerintah dan polisi-polisinya yang memukuli mereka, bukan? Baru mereka bisa ta’at. Namun polisi dan pemerintah juga harus ta’at padaNya. Sebab orang yang tidak sholat itu sama dengan menghancurkan agama Islam. Dan merebahkan negara. Zaitun menjadi buah bibir tetangga atas kematiannya yang begitu cepat. Usia begitu muda. Belum menikah dan menikmati nikmatnya bekerja, berumah tangga, mempunyai anak-anak dan keluarga dsb.

Hari telah berganti hari. Lebih kurang sepekan setelah meninggalnya gadis itu, terjadilah suatu peristiwa yang menggegerkan kampungnya. Karena 5 atau 7 hari setelah dikuburkan, Zaitun datang dalam mimpi orang kampung termasuk keluarganya yang memutuskan silaturahmi dengan ayahnya. Mereka bermimpi hampir sama, bahwa Zaitun nampak seperti seorang pengantin wanita yang cantik jelita luar biasa dengan pakaian yang tidak bisa dilukiskan keindahannya dengan semua pakaian pengantin yang pernah dipakai oleh orang paling kaya sekalipun di dunia ini. Bahkan pakaian Lady Diane almarhumah. Mereka yang bermimpi melihat Zaitun terbengong-bengong dalam mimpinya dan bahkan sampai esok harinya mereka masih merasakan keindahan yang mereka lihat di dalam mimpi mereka. Mereka bercerita hampir sama. Ketika Bu Minah membuka cerita mimpinya, maka serta merta Bu Minil juga demikian. Bahkan pak Jono juga mimpi demikian. Ajaibnya, para keluarga Zaitun yang putus hubungan karena nasehat ayahnya ataupun karena masalah pribadi dan kekeluargaan, mereka didatangi Zaitun dengan mimpi yang berisikan nasehat agar menyambung kembali hubungan silaturahmi yang putus. Sebab orang yang memutuskan silaturahmi itu tidak akan bisa mencium bau Surga. Apalagi masuk Surga, mereka wajib masuk Neraka selama-lamanya. Zaitun meminta mereka dengan sabar dan lemah lembut dalam mimpi mereka.

Sejak saat itulah maka mereka berduyun-duyun datang ke rumah Zaitun meminta maaf pada ayah Zaitun atas kesalahannya memutuskan silaturahmi selama ini. Demikian juga Pak Wildan ayah Zaitun juga sudah lama memaafkan mereka. Sebab manusia selalu ada salah dan khilafnya. Akhirnya rukun dan damailah mereka. Sejak mereka menyambung kembali hubungan kekeluargaan mereka. Zaitun mendatangi mereka kembali dalam mimpi dan tersenyum begitu indah dan manisnya , ternyata senyum untuk terakhir kali dalam mimpi orang-orang itu.

Demikianlah manfaat silaturahmi bagi kehidupan manusia beriman. Akhirnya mereka bisa mengambil pelajaran dari kematian Zaitun agar mana kita tidak akan berbuat sesuatu yang sifatnya akan memutuskan silaturahmi dengan siapapun. Zaitun kematianmu meninggalkan pelajaran besar bagi kami yang masih hidup agar kami menjaga hati dan tetap silaturahmi dengan tetangga dan masyrakat luas termasuk di dalamnya keluarga dan kerabat sendiri. Sholatmu dengan keta’atan dan jilbabmu itu ternyata bermakna bagi jalanmu masuk ke dalam Surga yang telah dijanjikan olehNya bagi orang beriman. Dan Neraka disiapkan bagi mereka yang tidak mau beriman. Semoga kami bisa mengikuti langkah-langkah ketaatanmu kepada kedua orang tua dan Allah SWT. Sebab Allah hanya menerima anak yang mati dan diridhoi oleh ayah ibunya. Keridhoan Allah SWT adalah berdasarkan ridho ayah ibunya. Wassalam@!.

0 comments

Post a Comment